Jakarta -
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) memang bukan pendatang baru. Seperti Bunda tahu, penyakit yang disebabkan virus dengue ini seakan hadir musiman. Meski pasien pengidap DBD bisa sembuh, namun penyakit ini juga bisa mematikan.
Menurut penjelasan World Health Organisation (WHO) atan Badan Kesehatan Dunia,Â
demam berdarah umumnya ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini banyak ditemukan di tempat beriklim tropis seperti Indonesia.
Nyamuk ini menggigit di siang hari dengan periode puncak menggigit setelah matahari terbit dan terbenam. Namun, bisa saja menggigit setiap saat di sepanjang hari dan sering bersembunyi di dalam rumah atau tempat tinggal lainnya, terutama di daerah perkotaan. Satu gigitan nyamuk dapat menyebabkan penyakit.
Setelah digigit nyamuk yang membawa virus, masa inkubasi untuk demam berdarah berkisar antara 3 hingga 15 (biasanya 5 hingga 8) hari sebelum tanda dan gejala demam berdarah muncul secara bertahap.
Dijelaskan John P. Cunha, DO, FACOEP, board-certified Emergency Medicine Physician, demam berdarah bisa mematikan, tetapi dengan perawatan suportif yang tepat, kebanyakan orang bisa mengalahkan virus.
Perlu Bunda ketahui juga, angka kematian DBD ini signifikan. Dengan perawatan yang tepat, WHO memperkirakan angka kematian 2,5 persen. Namun, tanpa perawatan yang tepat, angka kematian meningkat hingga 20 persen.
"Sebagian besar kematian terjadi pada anak-anak. Bayi di bawah 1 tahun terutama berisiko meninggal akibat DBD," demikian penjelasan Cunha, mengutip
Medicene Net.
Menurut Cunha, DBD bisa menyerang siapa saja tetapi cenderung lebih parah pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Karena satu dari lima serotipe virus dengue yang menyebabkan demam berdarah, mungkin bisa terkena demam berdarah beberapa kali. Tapi, serangan demam berdarah bisa menghasilkan kekebalan seumur hidup terhadap serotipe virus dengue tertentu yang diderita pasien.
 Ilustrasi gigitan nyamuk sebabkan DBD/ Foto: Getty Images/iStockphoto/ruiruito |
Gejala DBDGejala demam berdarah, kata Cunha, meliputi nyeri sendi dan otot yang parah, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit kepala, demam, kelelahan, dan ruam. Petechiae (bintik-bintik merah kecil atau bercak ungu atau lecet di bawah kulit), pendarahan di hidung atau gusi, tinja hitam, atau mudah memar merupakan tanda-tanda kemungkinan pendarahan.
Bentuk demam berdarah ini yang bisa mengancam jiwa dan dapat berkembang menjadi bentuk penyakit yang paling parah, yakni sindrom syok dengue.
"Gejala terburuk dari penyakit biasanya berlangsung satu hingga dua minggu, dan sebagian besar pasien akan pulih sepenuhnya dalam beberapa minggu tambahan," katanya.
Penyakit ini belum memiliki obat atau antibiotik khusus untuk mengobatinya. Namun Cunha mengatakan, untuk DBD tersedia vaksinnya. Pada April 2016, WHO menyetujui Dengvaxia Sanofi Pasteur (CYD-TDV), vaksin tetravalen rekombinan hidup untuk demam berdarah.
Dengvaxia dapat diberikan sebagai rangkaian tiga dosis pada orang berusia 9 - 45 tahun, yang tinggal di daerah denganÂ
demam berdarah yang bersifat endemik.
Untuk pencegahan DBD, kata Cunha, membutuhkan kontrol atau pemberantasan nyamuk pembawa virus yang menyebabkan demam berdarah. Penduduk di negara-negara tempat mewabah demam berdarah, biasanya diminta mengosongkan genangan air di ban bekas, tong sampah, dan pot bunga.
Untuk mencegah gigitan nyamuk, Cunha mengimbau mengenakan kemeja berwarna lengan panjang dan celana panjang, menggunakan penolak serangga, tinggal atau tidur di dalam ruangan ber-AC jika memungkinkan, dan menggunakan kelambu di atas tempat tidur jika tersedia.
"Untuk perlindungan pribadi, gunakan semprotan anti nyamuk ketika mengunjungi tempat-tempat di mana demam berdarah endemik," tegasnya.
Bunda, simak juga penjelasan dokter tentang pemberian vaksin saat anak demam, dalam video berikut:
[Gambas:Video Haibunda]
(muf/muf)