
kehamilan
Kenali Penyebab Preeklamsia dan Waspadai Bahaya Eklamsia pada Ibu Hamil
HaiBunda
Minggu, 17 Jul 2022 10:35 WIB

Sebagian Bunda pasti sudah tak asing dengan kondisi preeklamsia dan eklamsia. Bunda hamil sebaiknya waspada, karena kedua kondisi ini saling terkait satu sama lain.
preeklamsia dan eklamsia dapat dialami oleh ibu hamil karena tekanan darah tinggi. Saat preeklamsia mengalami komplikasi dapat berubah menjadi eklamsia, yaitu kejang pada ibu hamil, yang mengancam nyawa Bunda dan janin.
Sejauh ini, preeklamsia dan eklamsia masuk dalam tiga penyebab kematian tertinggi pada ibu hamil dan bersalin di Indonesia. Angka kejadiannya tercatat sekitar 3,8 sampai 8,5 persen, dan menjadi 24 persen penyebab kematian ibu secara keseluruhan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Preeklamsia
Preeklamsia adalah kondisi meningkatnya tekanan darah ibu saat hamil, yang bisa mencapai 140/90 mmHg. Preeklamsia sendiri terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu, Bunda.
Preeklamsia dapat terjadi pada Bunda dengan kehamilan sehat. Pada Bunda yang sudah tinggi tekanan darah tingginya sebelum usia kehamilan 20 minggu, kemungkinan sudah tinggi sebelum hamil.
Diagnosis preeklamsia
Ada tiga cara untuk menegakkan diagnosis preeklamsia pada ibu hamil. Berikut 3 caranya:
1. Melihat riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya
Bila ada riwayat preeklamsia dan kejang di kehamilan sebelumnya, ibu hamil perlu berhati-hati. Bila setelah diperiksa ulang tekanan darah mencapai 140/90 mmHg, Bunda sebaiknya waspada karena kemungkinan terjadi preeklamsia.
Riwayat ini juga termasuk ada atau tidaknya gangguan pertumbuhan pada janin di kehamilan sebelumnya.
2. Pemeriksaan protein di urine
Pemeriksaan urine juga digunakan untuk menegakkan diagnosis preeklamsia, Bunda. Diagnosis ditegakkan bila hasil pemeriksaan protein di urine positif dalam 24 jam, atau dengan urine dipstick testing hasilnya 2+ (dua positif lebih).
Kadar protein yang tinggi dalam urine, sangat berhubungan dengan terjadinya pembengkakan atau edema di tungkai. Tanda ini dapat termasuk di dalam kriteria untuk menilai kondisi preeklamsia ya, Bunda.
Jika terdapat riwayat tekanan darah tinggi pada kehamilan sebelumnya, atau dijumpai adanya peningkatan tekanan darah dan pemeriksaan protein di urine pada kehamilan sudah cukup untuk menilai kondisi preeklamsia. Terutama pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu.
3. Pemeriksaan darah
Pada kasus tertentu, pemeriksaan darah dibutuhkan untuk menilai preeklamsia pada ibu hamil. Biasanya, ini dilakukan bila hasil pemeriksaan urine negatif, tapi tekanan darah tinggi dan ada riwayat preeklamsia di kehamilan sebelumnya.
Pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat nilai trombosit. Bila hasilnya kurang dari 100.000, kemungkinan ibu hamil mengalami preeklamsia.
4. Pemeriksaan lainnya
Selain ketiga pemeriksaan di atas, diagnosis preeklamsia juga dapat ditegakkan dengan melihat tanda-tanda yang muncul, seperti:
- Penurunan fungsi hati
- Penurunan fungsi ginjal
- Muncul sesak napas
- Sakit kepala
- Gangguan penglihatan
Pemeriksaan penunjang lainnya adalah ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk melihat kondisi janin, peredaran darah dari ibu ke janin, serta volume air ketuban.
Bila janin terlihat tidak berkembang, dokter dapat mencari hubungannya dengan preeklamsia. Meski begitu, USG tidak bisa dijadikan patokan untuk menegakkan diagnosis.
Setelah diagnosis menyatakan bahwa seorang Bunda hamil mengalami preeklamsia, sebaiknya kenali juga beberapa tipenya.
![]() |
Tipe preeklampia
preeklamsia dibagi 2 tipe sesuai penyebabnya. Berikut 2 tipe preeklamsia:
1. Early onset preeclampsia
Early Onset Preeclampsia atau preeklamsia awitan dini terjadi pada usia kehamilan antara 20 sampai 30 minggu. Tapi, kondisi ini lebih sering terjadi di sekitar usia kehamilan 30 minggu, Bunda.
Penyebab Early Onset Preeclampsia adalah kelainan imunologi atau kelainan sel-sel imun di rahim ibu yang tidak berfungsi dengan baik. Kelainan ini membuat rahim tidak bisa menerima adanya embrio seutuhnya, seolah-olah ditolak atau penerimaan itu hanya parsial (separuh).
Akibat penerimaan parsial, maka embrio (trofoblas) akan mengalami kesulitan untuk mencapai pembuluh darah ibu. Kalau penerimaan baik, pembuluh darah dan embrio akan melekat erat, sehingga oksigen dan nutrisi dari ibu dapat ditransfer dengan baik ke janin.
Sebaliknya, penerimaan yang bersifat parsial menyebabkan proses pembentukan plasenta terganggu, di mana embrio melekat tidak dalam (parsial) menyebabkan:
- Gangguan aliran darah
- Reaksi peradangan meningkat
- Transfer oksigen dan nutrisi tidak bagus
- Hipertensi
- Gangguan ginjal dan fungsi liver
Pencegahan Early Onset Preeclampsia
Pada kondisi Early Onset Preeclampsia, prinsip penanganannya adalah menyelamatkan ibu. Jadi untuk mencegah komplikasi, ibu hamil perlu mengontrol tekanan darah dan mencegah kejang.
Tujuan kehamilan pada fase ini adalah untuk mempertahankan kehamilan selama mungkin. Obat preeklamsia adalah melahirkan atau memutus kehamilan agar plasenta tidak lagi melekat di rahim.
2. Late onset preeclampsia
Late Onset Preeclampsia dapat terjadi pada usia kehamilan 36 sampai 38 minggu kehamilan. Kondisi ini dapat terjadi karena beberapa faktor, yakni:
- Pengaruh lingkungan
- Tidak bisa menjaga berat badan atau mengalami obesitas
- Pengaruh pola makan
- Diabetes melitus
- Sindrom metabolik
Pada Late Onset Preeclampsia, kehamilan berjalan baik mulai dari trimester awal. Selain itu, implantasi juga bagus, Bunda.
Pencegahan Late Onset Preeclampsia
Pada Late Onset Preeclampsia, perkembangan bayi sudah sempurna. Artinya, ibu hamil dapat melahirkan dengan cepat untuk menyelamatkan dirinya dan sang bayi.
Late Onset Preeclampsia sebenarnya dapat dicegah sebelum hamil. Bunda perlu menjaga kondisi tubuh saat memulai promil, termasuk mengendalikan penyakit dan menjaga berat badan.
Indikasi melahirkan saat preeklamsia
Ibu hamil dengan preeklamsia dapat melahirkan secara normal. Indikasi melahirkan secara caesar hanya dapat dilakukan bila ditemukan kelainan pada janin, seperti gangguan pertumbuhan janin besar atau kegawatan pada janin; atau jika terjadi komplikasi pada ibu seperti tekanan darah meningkat sangat tinggi dan sulit diobati, sakit kepala hebat, gangguan penglihatan, gangguan jantung, gangguan paru, gangguan pembekuan darah, dan sebagainya.
Contoh, ibu hamil dapat melahirkan normal pada usia 37 minggu bila tekanan darah dan protein dalam urine tinggi, tapi kondisi janin baik dan Bunda tidak mengalami gangguan fungsi ginjal dan hati. Proses persalinan normal dapat dibantu dengan diinduksi sambil terus mengontrol tekanan darah ibu.
Komplikasi preeklamsia
Berikut komplikasi yang dapat terjadi pada ibu hamil saat mengalami preeklamsia:
- Eklamsia
- Sindrom HELLP (Hemolysis, Elevated Liver Enzymes dan Low Platelet)
- Gagal ginjal
- Gangguan pembekuan darah
Komplikasi preeklamsia juga dapat memengaruhi kondisi janin. Pertumbuhan janin dapat terhambat, kelahiran premature dan janin meninggal.
Eklamsia
Seorang ibu hamil juga dapat mengalami eklamsia setelah melalui fase preeklamsia. eklamsia dalam Bahasa Latin berarti 'petir'.
Eklamsia merupakan kejang yang dialami ibu hamil. Pada umumnya, ibu hamil akan melalui fase kehamilan yang sehat, tapi bisa tiba-tiba saja muncul kejang.
Pada kondisi eklamsia, Bunda juga dapat mengalami kejang hingga tidak sadarkan diri. Kejang juga dapat terjadi sampai berulang-ulang.
Eklamsia tak dapat muncul begitu saja selama masa kehamilan. Sebelum mengalami eklamsia, Bunda hamil sudah terlebih dahulu didiagnosis preeklamsia.
Tanda-tanda eklamsia
Berikut tanda-tanda eklamsia yang dapat terjadi menjelang persalinan:
- Tekanan darah tinggi
- Tungkai dan kaki bengkak
- Kejang
- Cortical blindness, yakni gangguan penglihatan karena masalah di otak
![]() |
Penanganan eklamsia
Bunda yang mengalami kejang yang terjadi di tahap pertama akan diberikan obat anti kejang. Tujuannya agar kejang tidak kambuh atau berulang.
Untuk mengatasi hipertensi, Bunda juga akan diberikan obat penurun tekanan darah. Prinsip penanganan eklamsia adalah mencegah kejang berulang yang dapat menyebabkan pendarahan di otak hingga bayi meninggal dalam kandungan.
Selain pemberian obat, dokter juga akan melakukan tindakan sebagai berikut:
- Memperbaiki fungsi pernapasan
- Mengecek fungsi ginjal, hati, otak, dan paru-paru
Sebenarnya, setelah ibu hamil mengalami kejang, dia masih memiliki waktu 4-6 jam untuk perbaikan kondisi. Bila tidak ditangani dengan benar di waktu krusial tersebut, dapat terjadi perburukan kondisi ibu hamil.
Indikasi melahirkan saat eklamsia
Bila usia kehamilan sudah cukup bulan, ibu hamil dengan eklamsia dapat melahirkan normal. Dokter akan memberikan obat anti kejang, obat hipertensi, dan bantuan oksigen saat proses persalinan.
Tapi, bagaimana penanganan Bunda hamil yang mengalami kejang tapi belum ada tanda melahirkan? Pada kondisi ini, Dokter perlu memperbaiki kondisi ibu hamil terlebih dahulu sekitar 4-6 jam, kemudian diupayakan berbagai cara untuk membantu kelahiran janin.
Ibu hamil yang sudah diberikan obat anti kejang dan obat hipertensi juga perlu dipantau selama persalinan. Jika dalam prosesnya terjadi gawat janin disertai kejang, proses persalinan dapat dibantu dengan menggunakan alat.
Faktor risiko preeklamsia dan eklamsia
Preeklamsia dan eklamsia dapat terjadi karena beberapa faktor risiko yang sama. Berikut 4 faktor risiko preeklamsia dan eklamsia:
- Usia ibu di bawah 20 tahun atau di atas 35 tahun
- Hamil anak kembar
- Riwayat diabetes gestasional
- Riwayat preeklamsia dan eklamsia di kehamilan sebelumnya
- Kekurangan vitamin D dan kalsium
Pentingnya kontrol ke dokter selama hamil
Untuk mencegah komplikasi preeklamsia menjadi eklamsia, Bunda perlu rutin memeriksakan kandungan ke dokter ya. Berikut jadwal atau waktu
kunjungan ke dokter selama kehamilan:
- Usia kehamilan sampai minggu ke-28: 1 bulan sekali
- Minggu ke-28 sampai ke-36: 2 minggu sekali
- Minggu ke-36 sampai ke-40: 1 minggu sekali
Semoga informasi mengenai preekalampsia dan eklamsia ini membantu, Bunda. Sehat selalu hingga hari persalinan tiba.
Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.
Bunda, simak juga yuk serba-serbi eklamsia dalam video di bawah ini:
ARTIKEL TERKAIT

Kehamilan
Ini Penyebab Mata Tak Bisa Melihat Usai Melahirkan Menurut Dokter

Kehamilan
Waspadai Hipertensi Pada Ibu Hamil: Jenis, Penyebab, dan Cara Pencegahannya

Kehamilan
Tangis Arjuna AFI Kenang Luri, Baru Tahu Sang Istri Tak Boleh Hamil Usai Meninggal

Kehamilan
Fakta Eklamsia & Preeklamsia, Penyebab Kematian Ibu Hamil No.1 di Indonesia

Kehamilan
Mengenal Eklamsia, Komplikasi Parah pada Ibu Hamil


7 Foto