sign up SIGN UP search

parenting

7 Dongeng Sunda Penuh Nasihat: Si Kabayan, Lutung Kasarung & Situ Bagendit

Hasna Fadhilah   |   Haibunda Kamis, 30 Mar 2023 13:24 WIB
Dongeng sunda caption

Bunda pasti familiar dengan kisah Bawang Merah dan Bawang Putih yang merupakan salah satu dongeng dari wilayah Jawa Barat. Selain kisah tersebut, ternyata masih banyak cerita dongeng sunda lainnya yang dapat Bunda ceritakan kepada Si Kecil. 

Meskipun dongeng sunda berasal dari wilayah Jawa Barat, namun semua orang dapat menikmatinya karena jenis cerita dongeng banyak mengandung pesan moral.  Selain itu, dengan memperkenalkan dongeng dari berbagai wilayah akan menambah wawasan kebudayaan bagi anak-anak.

Berikut 7 dongeng sunda yang dapat Bunda jadikan referensi bacaan untuk Si Kecil. Mulai dari Si Kabayan hingga Dongeng Sasakala Gunung Geulis.


1. Dongeng sunda Si Kabayan

Kisah ini menceritakan tentang seorang pemuda bernama Si Kabayan. Pemuda ini dikenal sebagai seseorang yang banyak akal namun pemalas. Si Kabayan telah menikah dengan seorang perempuan bernama Nyi Iteung. Mereka berdua tinggal di rumah Nyi Iteung.

Suatu hari, Kabayan diminta oleh mertuanya untuk memetik buah nangka yang sudah matang. Dengan berat hati, Si Kabayan mengiyakan permintaan mertuanya tersebut. Pohon nangka yang dimaksud oleh sang mertua terletak di pinggir sungai dan batangnya menjorok di atas sungai. 

Sesampainya di sana, Si Kabayan berusaha untuk mengambil satu buah nangka yang sudah tua dan besar. Namun karena nangkanya terlalu besar, Kabayan tidak kuat mengangkatnya. 

“Ini susah bawa nangkanya. Tidak terangkat oleh saya.” ujar Si Kabayan dalam hati. 

Ia kemudian berpikir bagaimana caranya membawa pulang nangka tersebut. Karena pohon nangka berada di pinggir sungai, Si Kabayan pun menghanyutkan nangkanya. 

“Pulang duluan ya, kan sudah besar.” ujar Kabayan kepada nangka. Kemudian ia pun pulang ke rumah. 

Sesampainya di rumah, mertuanya merasa bingung melihat Si Kabayan yang pulang dengan tangan kosong. Karena penasaran, ia bertanya pada Kabayan kemana perginya buah nangka yang dipetiknya. “Bagaimana, dapat nangkanya?” tanya mertuanya.

“Ya dapat dong, besar, dan tua lagi.” jawab Kabayan. 

“Mana nangkanya? Kok kamu pulang tidak membawa apa-apa?” kata mertuanya. 

“Lho, belum datang ya? Padahal aku tadi sudah minta pada buah itu untuk berjalan duluan ke rumah. Ternyata buah nangka itu belum sampai juga.” ucap Kabayan. 

Sang mertua masih kebingungan dan memintanya menjelaskan kembali. 

“Jadi, tadi aku sudah memetik nangkanya, namun karena terlalu berat, aku menghanyutkannya di sungai agar pulang sendiri.” jelas Si Kabayan. 

“Kamu jangan bercanda! Tidak ada ceritnya, nangka bisa pulang sendiri.” ujar mertuanya kesal. 

“Hah yang bodoh itu nangka itu, udah tua masa nggak tau jalan pulang.” kata Si Kabayan sambil melengos pergi. 

  • Pesan moral: Berdasarkan dongeng sunda Si Kabayan yang lucu di atas, Bunda dapat mengajarkan pesan-pesan moral kepada Si Kecil bahwa kemalasan hanya akan mendatangkan kerugian di kemudian hari untuk diri sendiri ataupun orang lain. Terapkanlah sifat rajin dan giat pada Si Kecil agar nantinya mereka bisa meraih kesuksesan yang diinginkan. 
  • Watak tokoh: Berdasarkan ceritaLutungSiKabayan berikut watak setiap tokohnya:
    • Si Kabayan memiliki watak banyak akal namun pemalas.
    • Mertua Si Kabayan memiliki watak yang penyabar dan baik hati, meski sering dibuat kesal oleh Si Kabayan.
  • Latar cerita: 
    • Latar tempat: rumah Si Kabayan dan pohon nangka di pinggir sungai.
    • Latar waktu: tidak disebutkan.
    • Latar suasana: jenaka dan menjengkelkan.

2. Dongeng Sasatoan Lutung Kasarung

Dikisahkan di wilayah Jawa Barat terdapat sebuah kerajaan dengan seorang raja bernama Prabu Tapa Agung, Sang raja memiliki dua putri bernama Purbararang dan Purbasari. Meski keduanya bersaudara dan mempunyai wajah cantik, namun sifat mereka sangat berbeda. Purbararang memiliki sifat sombong, serakah dan juga pemalas. Sementara itu Purbasari dikenal sebagai putri yang ramah, rendah hati, dan juga rajin. 

Purbasari tidak pernah menganggap dirinya sebagai putri raja. Ia bergaul dengan siapa saja, termasuk rakyat jelata sekalipun. Maka tak heran, banyak rakyat yang mencintainya. 

Sang ayah juga mengetahui hal tersebut. Sehingga ingin mengambil keputusan terkait masa depan kerajaan yang dipimpinnya.

Suatu hari, ketika sang raja sudah semakin tua, beliau kemudian memilih Purbasari untuk meneruskan takhtanya. Tentu saja, Purbararang yang mengetahui hal tersebut menjadi berang. 

“Seharusnya aku, Ayah! Akulah putri tertua!” kata Purbararang. 

Prabu Tapa Agung kemudian menjelaskan dengan penuh kasih sayang, “Bukan masalah siapa yang sulung atau bungsu. Ayah memilih Purbasari karena melihat rakyat begitu mencintainya.” ujarnya. 

Purbararang lantas semakin jengkel, sehingga munculah niat untuk mencelakai adiknya. 

Pada suatu pagi, tiba-tiba terdengar teriakan dari kamar Purbasari. 

Tubuh Purbasari mendadak dipenuhi dengan totol-totol hitam yang sebagian di antaranya bahkan mengeluarkan nanah yang bau. Ia pun juga terkejut mengapa kulitnya tiba-tiba berubah. 

Melihat tangisan sang adik, Purbararang justru tidak merasa kasihan. Ia malah menghasut sang ayah untuk mengasingkan Purbasari. 

“Ayah, jangan-jangan penyakit ini menular. Dia harus diasingkan! Ayah pasti tak mau kan seluruh negeri terserang penyakit mengerikan ini?!” 

Prabu Tapa tampak bimbang, apalagi tabib istana pun juga tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada kulit Purbasari. 

Pada akhirnya, Purbasari pun diasingkan ke hutan. Di sana patih istana telah membuatkannya sebuah rumah sederhana. Hati Purbasari amat sedih, namun demi rakyatnya, ia akhirnya ikhlas.

Hingga pada suatu hari, Purbararang bertemu dengan seekor lutung berbulu hitam yang bersikap baik padanya. Lutung itu sering membantu Purbasari untuk mencari makanan. Lutung tersebut bernama Lutung Kasarung. 

Mesku sudah tinggal di hutan berbulan-bulan, namun penyakit Purbasari tak kunjung sembuh. Lutung Kasarung yang diam-diam melihat hal tersebut lantas mengajak Purbasari untuk pergi ke sebuah telaga yang airnya harum dan bening. Purbasari lalu membasuh diirnya dengan air telaga. 

Ajaibnya, penyakit di kulit Purbasari langsung hilang! Kini kulitnya kembali bersih tak berbintik, bau busuknya pun hilang. 

Bersamaan dengan itu, datanglah Purbararang yang berniat menjenguk adiknya. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat penyakit kulit di tubuh Purbasari sudah hilang. 

Purbararang kemudian berusaha memikirkan sebuah rencana agar adiknya tidak kembali ke istana. “Aku harus menjadi ratu! Apalagi kini aku sudah menikah dengan Indrajaya. Kami berdua akan menjadi raja dan ratu yang hebat.” gumamnya. 

Kemudian Purbararang memberikan tantangan ‘siapa yang memiliki tunangan paling tampan’ kepada Purbasari. Namun Purbasari merasa bingung karena ia belum memiliki tunangan. 

Tanpa pikir panjang, Purbasari memilih Lutung Kasarung dan menjadikannya tunangannya. 

Mendengar jawaban dari Purbasari, Purbararang tertawa geli. “Mana mungkin seekor lutung seperti dia bisa mengalahkan tunanganku yang tampan ini” kata Purbararang menunjuk Indrajaya di sampingnya.

“Kamu kalah. Tinggallah disini selama-lamanya!” ucap sang kakak ketika ia dan Indrajaya hendak bersiap naik ke kereta kencana  dan kembali ke istana.

Namun tiba-tiba terdengar aneh, tubuh Lutung Kasarung mendadak tertutup cahaya putih. Perlahan cahaya itu pudar dan tampaklah seorang pria yang jauh lebih tampan daripada Indrajaya. 

“Si-siapa kamu?” tanya Purbararang terkejut. 

“Aku Lutung Kasarung, calon suami Purbasari.” jawabnya. 

Lutung Kasarung kemudian menceritakan asal-usulnya. “Aku adalah seorang pangeran. Saat masih bayi, aku dikutuk oleh musuh ayahku menjadi seekor lutung. Kutukan itu akan hilang apabila ada seorang perempuan yang berbaik hati mau mengakuiku sebagai calon suaminya.” jelasnya. 

Purbararang, Indrajaya, dan Purbasari yang mengajak Lutung Kasarung kemudian pergi ke istana. Setibanya disana, Purbasari lalu diangkat menjadi ratu. Lutung Kasarung pun juga meminangnya sebagai istri. Akhirnya mereka menikah dan hidup bahagia.

  • Pesan moral: Pesan moral dari cerita sunda di atas ialah bahwa jadilah seseorang yang selalu rendah hati. karena rasa iri hanya akan membawa pada kesengsaraan. Bunda dapat menanamkan kepada Si Kecil bahwa rasa iri hanya akan merugikan diri sendiri dan membawa kesengsaraan. Selain itu kebaikan hati tidak akan pernah kalah melawan kejahatan sampai kapan pun. 
  • Watak tokoh: BerdasarkanceritaLutungKasarung berikut watak setiap tokohnya:
    • Purbasari memiliki watak baik, rendah hati, ramah, dan suka menolong.
    • Purbararang memiliki watak licik, iri hati, dan sombong. 
    • Prabu Tapa Agung memiliki watak lembut, bijaksana, dan penyayang.
    • Lutung kasarung memiliki watak baik hati dan suka menolong.
    • Indrajaya memiliki watak sombong.
  • Latar cerita:
    • Latar tempat: saat di istana, di dalam hutan, dan telaga air.
    • Latar waktu: pagi hari dan siang hari.
    • Latar suasana: bahagia, sedih, dan mengharukan.

3. Kisah Asal Usul Situ Bagendit

Di sebuah desa di wilayah kota Garut, tinggalah seorang wanita bernama Nyi Endit. Nyi Endit merupakan janda yang sangat kaya. Ia juga disegani oleh masyarakat di desanya. Berkat kekayaannya, Nyi Endit dapat melakukan apa saja sesuai keinginannya. 

Karena kekayaannya pula, banyak warga desa yang meminjam uang kepadanya. Namun uang yang dipinjam harus dikembalikan dengan bunga yang tinggi. Bagi warga desa yang tidak mampu membayarkan hutangnya maka pengawal dari Nyi Endit tidak segan-segan akan melakukan kekerasan. 

Ketika musim paceklik datang, warga desa banyak yang mengalami kelaparan karena hasil panen mereka gagal akibat kekeringan. Sebaliknya, Nyi Endit dan keluarganya malah asik melakukan pesta, tanpa memperdulikan bagaimana keadaan warga di desanya. 

Pesta yang digelar oleh Nyi Endit sangatlah meriah. Ketika sedang asyik berpesta, Nyi Endit lalu diberitahukan bahwa di depan rumahnya ada seorang pengemis yang datang. 

“Kurang ajar! Berani-beraninya ia mengganggu pestaku. Segera usir dia!” perintah Nyi Endit kepada pengawalnya. 

Namun, tanpa diduga pengemis tersebut berhasil menerobos masuk ke halam rumah Nyi Endit. “Nyi Endit, kau benar-benar adalah orang yang kejam dan serakah! Berikanlah sedikit makanan yang ada di pestamu kepada para warga desa yang kelaparan.” katanya. 

“Berani-beraninya kau berkata seperti itu! Cepat usir dia dari rumahku!” kata Nyi Endit memerintahkan pengawalnya. 

Mendengar perintah tersebut, para pengawal Nyi Endit bersiap untuk mengusir paksa si pengemis. Namun hanya dengan sekali gebrakan, si pengemis dapat membuat pengawal Nyi Endit terlempar beberapa meter. 

Kemudian pengemis tersebut mengambil sebatang ranting pohon dan menancapkannya ke dalam tanah. “Jika kau berhasil mencabut ranting pohon ini, maka kau termasuk ke dalam orang-orang yang mulia di dunia ini. Namun jika kau tidak berhasil, kau dapat meminta bantuan kepada pengawalmu.” seru si pengemis. 

Nyi Endit berusaha mencabut ranting pohon tersebut, namun tak berhasil begitupun dengan para pengawalnya. Tanpa diduga, setelah itu si pengemis berhasil mencabut ranting pohon tersebut dengan mudah. Sekejap dari tanah yang ditancapkan ranting tersebut menyemburlah air yang begitu banyak. 

Air yang terus-terusan menyebur itu kemudian membuat satu desa menjadi terendam. Hingga akhirnya membentuk sebuah danau yang bernama Situ Bagendit. Situ artinya danau, sedangkan Bagendit diambil dari nama Nyi Endit. 

  • Pesan moral: Cerita mengenai Situ Bagendit tersebut memiliki pesan moral bahwa janganlah menjadi seseorang yang sombong dan serakah. Semua hal di dunia ini sejatinya hanyalah titipan Tuhan. Maka dari itu, jadilah seseorang yang rendah hati dan suka menolong. 
  • Watak tokoh: BerdasarkanceritaLutungKasarung berikut watak setiap tokohnya:
    • Nyi Endit memiliki watak tamak, kikir, serakah, dan sombong.
    • Pengemis memiliki watak bijaksan dan tegas.
    • Para penduduk desa memiliki watak yang umumnya pasrah dan tidak berani memberontak atas keserakahan Nyi Endit.
  • Latar cerita:
    • Latar tempat: di sebuah desa di wilayah Garut.
    • Latar waktu: saat terjadinya pesta yaitu musim paceklik.
    • Latar suasana: menyedihkan karena banyak warga desa yang sengsara.

4. Dongeng Sunda Sasakala Gunung Geulis 

Dongeng ini dikisahkan pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri yang sudah lama menikah namun tak kunjung dikaruniai anak. Siang dan malam, sang suami tak kunjung berhenti memohon kepada Tuhan. Sampai akhirnya, suatu malam ia mendapat petunjuk melalui mimpinya. 

Ia harus pergi ke sebuah gunung di sebelah timur desanya dan bertapa di lereng gunung tersebut. Maka saat pagi harinya, ia menceritakan mimpi itu kepada istrinya. Mendengar mimpi tersebut, sang istri meminta sang suami untuk mengikuti petunjuk tersebut.

Kemudian berangkatlah sang suami mencari gunung yang akan dijadikan sebagai tempat untuk bertapa. Setelah menemukan gunung yang dimaksud, ia mulai bertapa selama 40 hari 40 malam. 

Pada malam terakhir, ia didatangi oleh seorang putri yang sangat cantik. Putri tersebut tak lain merupakan makhluk gaib penghuni gunung tersebut. 

Melihat kecantikan sang putri, si suami langsung lupa dengan niatnya semula. Akhirnya ia menikah dengan putri tersebut. Sebenarnya putri tersebut merupakan jelmaan dari seekor ular besar. 

Setelah berbulan-bulan menunggu sang suami tak kunjung pulang, sang istri kemudian menjadi dimana keberadaan suaminya. Sampai akhirnya ia menemukan suaminya sedang dililit oleh seekor ulang besar. 

Ia terkejut dan takut akan keselamatan suaminya. Namun karena rasa sayangnya kepada sang suami begitu besar, ia membulatkan keberaniannya. 

Sang istri mencari cara untuk menyelamatkan suaminya dari jeratan ulat tersebut. Ia lalu menjerat ular tersebut. Setelah berhasil dijerat, sang istri mencari kuda dan menyeret ular tersebut dan di bawanya turun dari lereng gunung. 

Sesampainya di suatu tempat, kuda tersebut kemudian diikat pada sebatang pohon. 

Sang suami yang diam-diam mengikuti, melihat rencana sang istri yang hendak membunuh ular tersebut. Ia segera menghalangi perbuatan istrinya. Karena rupanya apa yang dilihat oleh suaminya bukanlah seekor ular besar, melainkan seorang putri yang cantik jelita. 

Sang istri lantas merasa kesal melihat tindakan suaminya yang berusaha menghalanginya membunuh ular. Ia lantas membunuh ular dan suaminya. 

Beberapa hari kemudian, bangkai ular dan jasad suaminya hilang tak berbekas. Konon katanya, jasad suaminya telah berubah wujud menjadi ular yang kemudian hidup di gunung tersebut. Gunung itu kini dikenal namanya dengan Gunung Geulis.

  • Pesan moral: Dari dongeng Sasakal Gunung Geulis banyak pesan moral yang dapat Bunda ajarkan kepada Si Kecil. Ketika sudah menetapkan tujuan untuk mendapatkan sesuatu, maka harus tetap fokus. Selain itu, janganlah menjadi seorang yang serakah dan mudah terpengaruh hanya demi nafsu belaka. 
  • Watak tokoh dan latar cerita: BerdasarkanceritaSasakalaGunungGeulis, berikut watak setiap tokohnya:
    • Sang suami memiliki watak mudah terpengaruh dan serakah.
    • Putri jelmaan ular besar memiliki watak licik .
    • Sang istri memiliki watak yang baik.
  • Latar cerita:
    • Latar tempat: rumah tempat tinggal suami-istri dan lereng gunung.
    • Latar waktu: pada zaman dahulu kala.
    • Latar suasana: mengejutkan dan sedih.
Mother read fairy tale for her daughter to listen at home. Leisure at home. Night scene with love and care.Ilustrasi Bunda yang membacakan dongeng sunda untuk si kecil/ Foto: iStock

5. Cerita Sunda Talaga Warna

Pada zaman dahulu kala, hiduplah sepasang suami-istri yang memimpin sebuah kerajaan dengan bijaksana. Negeri tersebut dipimpin oleh sang Prabu dengan aman dan tentram. Meski sudah menjadi raja, sang Prabu masih gundah gulana karena tak kunjung diberi keturunan. Padahal berbagai tabib sudah didatangkan, namun belum ada satupun yang berhasil. 

Sang Prabu semakin merasa sedih karena permaisruinya selalu murung setiap hari. Kemudian sang Prabu akhirnya pergi ke hutan untuk bertapa agar segera dikaruniai seorang anak. Setelah berbulan-bulan melakukan pertapaan, akhirnya sang permaisuri mengandung seorang bayi. Kabar bahagia ini terpancar ke seluruh kerajaan. Para rakyat ikut bersuka cita dengan memberikan ucapan selamat dan berbagai macam hadiah kepada sang Prabu dan istrinya. 

Akhirnya sang permaisuri melahirkan seorang putri. Tahun berlalu, hingga putri sang Prabu sudah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik bernama Putri Gilang. Tak terasa, kini Putri Gilang akan memasuki usia 17 tahun. Namun sayangnya, sang Putri berperangai buruk, ia terlalu manja. Sifat manjanya ini disebabkan karena kasih sayang berlebihan dari kedua orang tuanya. 

Sang Prabu kemudian mempersiapkan pesta yang mewah dengan mengundang seluruh rakyat untuk hadir. Sang Prabu juga menghadiahi putrinya sebuah kalung emas dengan permata yang berkilauan. Saat pesta tiba, sang Prabu menyerahkan hadiah istimewanya itu. 

Namun kalung itu malah dibuang sang Putri ke lantai hingga semua batu permatanya terlepas dan pecah berantakan. “Kalung apa ini? Jelek sekali! Aku tidak ingin menggunakan kalung ini.” kata sang putri. 

Para tamu yang menyaksikan kejadian tersebut hanya bisa terdiam. Tidak berapa lama, permaisuri menangis melihat perilaku putrinya dan ia merasa kecewa. Sang permaisuri juga merasa sedih karena putrinya tidak menghargai hadiah pemberian dari para penduduk. 

Ternyata tidak hanya permaisuri, namun semua orang yang hadir pada pesta itu juga ikut menangis. Hingga akhirnya, istana dibanjiri oleh tangisan air mata. Hal yang tak terduga pun terjadi, tiba tiba muncul mata air dalam alun-alun istana.

Semakin lama air tersebut semakin deras hingga membentuk sebuah danau dan menenggelamkan istana. Danau tersebut bernama talaga warna, dikarenakan warnanya dapat berubah-ubah. Konon, warna-warna yang ada pada Telaga Warna berasal dari batu-batuan kalung sang Putri yang tersebar di dasar danau. 

  • Pesan moral: Berdasarkan dongeng Talaga Warna, Bunda dapat mengajarkan pesan-pesan moral kepada Si Kecil untuk selalu menghargai pemberian dari orang lain dengan tulus. Selain itu sebagai orang tua, hendaknya memberikan kasih sayang yang cukup dan tidak berlebihan kepada anak. Agar nantinya mereka tidak tumbuh menjadi seseorang yang manja. 
  • Watak tokoh dan latar cerita: BerdasarkanceritaTalaga Warna, berikut watak setiap tokohnya:
    • Sang Prabu memiliki adil, bijaksana, dan penyayang.
    • Permaisuri memiliki watak penyayang dan baik hati.
    • Putri Gilang memiliki watak manja, durhaka kepada orang tua, dan tidak mampu menghargai pemberian dari orang lain.
  • Latar cerita:
    • Latar tempat: istana kerajaan dan di dalam hutan.
    • Latar waktu: pada zaman dahulu kala dan saat pesta ulang tahun Putri Gilang.
    • Latar suasana: bahagia, senang, sedih, dan mengejutkan.

6. Dongeng Fabel Sunda Gagak Hayang Kapuji 

Kisah bermula ketika seekor burung gagak mencuri dendeng dari tempat penjemuran. Gagak lalu terbang sembari memakan dendeng ke pohon dadap di samping desa. Pada waktu yang bersamaan, seekor anjing melihat gagak yang sedang memakan dendeng. Karena dendeng merupakan makanan kesukaannya, maka anjing tersebut mendatangi si gagak. Namun setelah sampai di atas pohon, si gagak tidak melirik sama sekali ke arah si anjing. 

Anjing pun berpikir keras mencoba mencari akal agar ia bisa mendapatkan dendeng tersebut. Ia kemudian bergumam, “Ada seekor burung yang bagus sekali, pematuknya panjang, bulunya hitam namun saNgat halus. Burung apa ya namanya? Sepertinya tidak akan ada tandingannya jika dibandingkan dengan cendrawasih pun juga takkan kalah.” 

Ucapan anjing tersebut awalnya tidak didengar. Namun setelah terdengar ucapan ‘tidak akan kalah oleh cendrawasih’ si gagak merasa gembira sekali. 

Awalnya si gagak sempat memberitahu kepada anjing bahwa cendrawasih adalah burung paling bagus. Namun anjing tetap berkata bahwa dialah burung yang paling bagus. 

Karena sangat gembira dengan pujian yang diberikan si anjing, gagak kemudian berpikir membagi dua dendeng yang dimilikinya. Ia kemudian berusaha membagi dua dendeng tersebut, namun ternyata sulit dilakukan. 

Dari bawah pohon, anjing dapat melihat wajah gagak yang berseri-seri setelah mendapat pujian darinya. Ia berpikir bahwa usahanya berhasil. 

Anjing kemudian berkata lagi, “Sebetulnya aku berteman dengan burung yang begitu bagus sepertimu. Namun aku sadar diri, aku hanyalah makhluk yang hina. Karena sepanjang hidupku, aku harus tidur di tangga rumah, dan kadang-kadang memakan sisa makanan. Jadi biarpun aku tidak bisa berteman denganmu, setidaknya aku bisa mendengar suaramu agar aku tidak begitu penasaran.”

Setelah mendengar pujian dari anjing yang begitu enaknya, si gagak lupa sedang memakan dendeng. Sehingga ketika ia berbunyi “Gaak gaaak”, pematuknya menganga dan kemudian dendeng itu jatuh.

Anjing yang sudah bersiap di bawah cepat-cepat mengambil dendeng itu dan lalu memakannya di tempat yang kotor. 

Bahkan gagak yang menyesali perbuatannya pun tidak diperdulikan oleh anjing. Si gagak hanya bisa terdiam di dahan pohon. 

Ia baru mengerti bahwa anjing memujinya habis-habisan dikarenakan ingin memakan dendeng miliknya. Si gagak kemudian memutuskan untuk terbang ke arah pohon bambu untuk mencari ulat sebagai pengganti dendeng yang sudah disambar oleh anjing. 

  • Pesan moral: Cerita gagak yang ingin dipuji tersebut memberikan banyak pesan moral yang dapat Bunda ajarkan kepada Si Kecil. Bahwa ketika memiliki makanan berlebih, maka alangkah baiknya untuk berbagi ke sesama. Dan janganlah kita menjadi orang yang besar kepala saat dipuji sedikit oleh orang lain, jadilah seseorang yang selalu bersikap rendah hati. 
  • Watak tokoh dan latar cerita: Berdasarkan cerita Gagak yang Ingin Dipuji, berikut watak setiap tokohnya:
    • Gagak memiliki watak yang besar kepala dan mudah terpengaruh.
    • Anjing memiliki watak banyak akal dan cerdik.
  • Latar cerita: 
    • Latar tempat: tempat menjemur dendeng dan pohon dadap.
    • Latar waktu: siang hari.
    • Latar suasana: mengejutkan.

7. Dongeng Kancil dan Buaya atau Si Kancil jeung Buhaya

berawal ketika si kancil melihat banyak pohon yang sudah berbuah di area di seberang sungai. Namun karena aliran air sungai yang deras, kancil kesulitan untuk melompat. 

Lantas ia menemukan ide cemerlang dan memanggil seekor buaya. “Hey, buaya keluarlah! Aku punya kabar gembira!” seru si kancil. 

Buaya pun datang menghampirinya, kemudian kancil bercerita bahwa ia akan membagikan daging segar untuk seluruh buaya di sungai. 

Mendengar hal tersebut, si buaya lantas memanggil teman-temannya. 

Agar bisa membagikan daging dengan adil, si kancil meminta para buaya untuk berbaris rapi. “Berbarislah agar aku bisa menghitung berapa jumlah kalian,” perintahnya. 

Para buaya lantas percaya dan mulai berbaris membentuk jembatan. 

Kesempatan ini kemudian si kancil gunakan untuk menyeberang sungai sambil berpura-pura menghitung. 

Sesampainya di seberang, ia pun tertawa terbahak-bahak. 

“Sebenarnya aku tidak punya daging, aku hanya membutuhkan bantuan kalian untung menyebarang! Hahaha” kata kancil. 

Para buaya pun marah dan mencoba menangkapnya, tetapi si kancil sudah terlanjur lari menjauh dari tepian sungai. 

Bunda dapat mengajarkan nilai-nilai kebaikan dari pesan moral si kancil di atas agar sebaiknya gunakan kecerdasan hanya untuk hal-hal yang baik. Jangan meniru perbuatan si kancil yang hanya menggunakan kecerdasannya untuk menipu para buaya di sungai. 

  • Pesan moral: Cerita si kancil dan buaya mengajarkan banyak pesan moral. Sepertinya halnya kancil, kita juga memiliki kecerdikan sebagai manusia. Namun, pertanyaannya apakah kecerdikan tersebut akan digunakan untuk hal baik atau justru memanfaatkannya untuk sesuatu yang buruk misalnya mengelabui orang lain? Bunda dapat mengajarkan kepada Si Kecil, bahwasanya kecerdikan yang kita miliki harus digunakan untuk hal-hal baik dan tidak merugikan orang lain. Selain itu, janganlah kita seperti buaya yang mudah tertipu dan terhasut sesuatu hanya demi nafsu semata. Pada akhirnya, kita sebagai sesama makhluk hidup harus saling tolong menolong dan tidak memanfaatkan kekurangan setiap orang untuk keuntungan pribadi. 
  • Watak tokoh dan latar cerita: Berdasarkan cerita si Kancil dan Buaya, berikut watak setiap tokohnya:
    • Kancil memiliki watak cerdik.
    • Buaya memiliki watak mudah percaya dan mudah ditipu.
  • Latar cerita:
    • Latar tempat: tepi sungai.
    • Latar waktu: siang hari.
    • Latar suasana: menegangkan.

Bagaimana, Bunda kira-kira hari ini akan memilih cerita dongeng sunda yang mana? Semoga informasi ini bermanfaat, ya!

Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.

Simak dongeng pengantar tidur lainnya dalam video di bawah ini:

(rap/rap)
Share yuk, Bun!
BERSAMA DOKTER & AHLI
Bundapedia
Ensiklopedia A-Z istilah kesehatan terkait Bunda dan Si Kecil
Rekomendasi
Ayo sharing bersama HaiBunda Squad dan ikuti Live Chat langsung bersama pakar, Bun! Gabung sekarang di Aplikasi HaiBunda!
ARTIKEL TERBARU
  • Video
detiknetwork

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Pantau terus tumbuh kembang Si Kecil setiap bulannya hanya di Aplikasi HaiBunda!