Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

3 Dampak Negatif Anak Kurang Beraktivitas, Konsentrasi Menurun Salah Satunya

Mutiara Putri   |   HaiBunda

Selasa, 15 Nov 2022 19:00 WIB

Asian mother and son Playing Soccer In Park Together
Ilustrasi Dampak Negatif Anak Kurang Beraktivitas/Foto: Getty Images/iStockphoto/anurakpong

Kebugaran jasmani merupakan salah satu hal penting, terutama pada perkembangan anak-anak, Bunda. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri menjelaskan setidaknya anak-anak perlu melakukan aktivitas dengan intensitas tinggi selama 60 menit setiap harinya.

Indonesia sendiri masih memiliki nilai yang buruk dalam segi kebugaran jasmani anak-anak. Hal ini diungkapkan langsung oleh Dr. Agus Mahendra selaku Country Leader Active Healthy Kids Indonesia sekaligus Dosen di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Agus menjelaskan kebugaran jasmani anak-anak di Indonesia diberikan nilai F oleh dunia. Hal ini membuat Agus berharap agar program-program pemerintah terkait kebugaran jasmani untuk anak turut dibantu oleh seluruh pihak.

"Jadi untuk 24 hours movement behavior, nilainya F, jadi yang terendah. F itu merespon di under 20 persen dari jumlah populasi (di Indonesia)," katanya dalam acara Konferensi Pers Peluncuran Program Build Our Kids Success (BOKS) Sun Life & Wahana Visi Indonesia, Senin (14/11/2022).

Aktivitas yang dilakukan oleh anak setiap harinya akan menjadi penentunya di masa depan, Bunda. Ketika anak kurang melakukan aktivitas, anak akan mendapatkan berbagai macam dampak negatif.

Dampak negatif anak kurang beraktivitas

Dalam kesempatan yang sama, Agus turut menjelaskan dampak negatif yang bisa terjadi pada anak jika kurang beraktivitas. Berikut ini deretannya:

1. Pertumbuhan anak terganggu

Ketika anak-anak tidak beraktivitas dengan baik, pertumbuhannya akan terganggu. Hal ini lantaran fisik anak turut dipengaruhi oleh aktivitas jasmani.

"Kalau anak-anak kita tidak terpenuhi baik waktu atau durasi melakukan aktivitas jasmani dan intensitasnya kurang, maka yang disebut pertumbuhan optimal anak akan terganggu," papar Dr. Agus.

"Karena dari fisik tidak terbantu dengan adanya aktivitas jasmani. Kita sudah mengetahui secara teoritis pertumbuhan anak secara fisik kan dibantu," sambungnya.

Klik baca halaman berikutnya untuk melihat dampak negatif lainnya ya, Bunda.

Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.

Saksikan juga video tips olahraga untuk balita menurut dokter berikut ini:

[Gambas:Video Haibunda]



DAMPAK NEGATIF ANAK KURANG BERAKTIVITAS

Teenager student girl are sitting at desk while using laptop with pile of books and frustrated takes hands on head.

Ilustrasi Dampak Negatif Anak Kurang Beraktivitas/Foto: Getty Images/iStockphoto/jittima kumruen

2. Konsentrasi anak berkurang

Aktivitas jasmani pada anak ternyata juga berpengaruh pada konsentrasi dan perkembangan otak Si Kecil, Bunda. Penelitian bahkan menjelaskan aktivitas pada anak bisa mengembangkan otaknya.

"Konsentrasi bisa berkembang kalau banyak bergerak. Dan dari sisi penelitian, manfaat dari aktivitas ini kan terutama membantu perkembangan otak," tutur Agus.

"Jadi anggaplah anak yang jarang melakukan aktivitas jasmani, itu akan kelihatan kalau kita naik ke gunung kemudian melihat otak kecil, cahayanya sedikit. Tapi kalau anak yang banyak beraktivitas seperti kita naik ke Monas dan melihat kota Jakarta yang terang benderang," lanjutnya.

Banner Tips Melahirkan Lancar

4. Terganggunya gula darah

Gula darah dalam tubuh bertambah setiap kali anak selesai makan, Bunda. Jika gula darah tidak diturunkan dan membebani kinerja insulin, insulin akan kehilangan fungsinya sehingga anak rentan terkena diabetes tipe 2.

"Kalau kita tidak melakukan aktivitas fisik, tubuh kita akan memperlelah atau membebani kerja dari apa yang disebut insulin. Lama-lama insulin tadi akan kehilangan fungsinya yang efektif untuk menurunkan gula darah. Dari situlah timbul diabetes tipe 2," jelas Dr. Agus.


(mua/fir)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda