sign up SIGN UP search

parenting

11 Cerita Fiksi Mulai dari Dongeng Hewan, Persahabatan, Kerajaan & Sekolah

Hasna Fadhilah   |   Haibunda Sabtu, 25 Mar 2023 15:12 WIB
7 Dongeng Sebelum Tidur Penuh Makna, Cerita Kancil dan Buaya Salah Satunya caption

Membacakan cerita fiksi mulai dari dongeng hewan, persahabatan, kerajaan, sekolah, dan lainnya bisa menjadi kegiatan yang menarik untuk Si Kecil. Selain mendengar cerita, anak-anak akan memelajari banyak hal, Bunda.

Mulai membiasakan membaca buku atau cerita kepada Si Kecil sejak dini bisa menambah perbendaharaan kosakata untuk Si Kecil. Kegiatan membaca juga dapat merangsang otak anak-anak agar mereka mampu untuk berpikir imajinatif dan kreatif.

Lewat beragam cerita yang dihadirkan, Ayah dan Bunda juga dapat sesekali mengajarkan nilai-nilai kebaikan di dalamnya agar ditiru oleh anak-anak. Cerita fiksi pendek anak dengan beragam alur sederhana banyak mengandung nilai kebaikan untuk Si Kecil.


Apa itu cerita fiksi dan ciri-cirinya?

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, cerita fiksi adalah cerita rekaan dengan beragam tema yang bersumber dari imajinasi sang pengarang.

Sementara itu, berbeda halnya dengan cerita fiksi, cerita non fiksi ialah cerita yang ditulis oleh pengarang dengan lebih banyak memasukkan unsur factual (nyata) ketimbang imajinatif.

Contoh cerita fiksi dan non fiksi pun tentunya berbeda. Contoh cerita fiksi yang umumnya dikenal misalnya kumpulan cerita pendek (cerpen), cerita inspiratif, novel, naskah drama, puisi, dan lain sebagainya.

Cerita fiksi terbagi ke dalam dua jenis, yaitu cerita fiksi panjang dan cerita fiksi pendek. Keduanya tidak memiliki perbedaan signifikan, dapat dilihat dari panjang atau pendeknya alur cerita yang ditulis.

Dikutip dari buku Pengkajian Prosa Fiksi (2014), ciri-ciri cerita fiksi yaitu sebagai berikut:

  • Banyak menggunakan bahasa yang konotatif (kata-kata yang biasanya mengandung kiasan atau bukan arti sebenarnya untuk memperindah kalimat)
  • Bersifat khayali atau imajinatif
  • Memenuhi syarat-syarat estetika seni.

Bagi Ayah atau Bunda yang sering kebingungan atau kehabisan topik memilih cerita fiksi agar anak tidak mudah bosan, bisa melihat rekomendasinya berikut ini. Simak kumpulan cerita fiksi berikut ini ya, Bunda.

1. Contoh cerita fiksi tentang hewan: Si Kancil dan Buaya

Cerita bermula ketika si kancil yang sedang mencari makan di hutan, melihat banyak pohon yang sudah berbuah di area di seberang sungai. Namun karena aliran air sungai yang deras, kancil kesulitan untuk menyeberang.

Sungai tersebut juga menjadi tempat tinggal dari para buaya.

Lantas ia menemukan ide cemerlang dan memanggil seekor buaya. “Hey, buaya keluarlah! Aku punya kabar gembira!” seru si kancil.

Buaya pun datang menghampirinya, kemudian kancil bercerita bahwa ia memiliki daging segar dan hendak membagikannya untuk seluruh buaya di sungai.

Kancil kemudian menyuruh buaya tersebut untuk memanggil teman-temannya yang lain, agar mereka juga mendapatkan daging segar tersebut.

Mendengar hal itu, si buaya lantas memanggil teman-temannya.

Agar bisa membagikan daging dengan adil, si kancil meminta para buaya untuk berjejer rapi. “Berbarislah agar aku bisa menghitung berapa jumlah kalian,” perintahnya.

Para buaya yang percaya lantas mulai berbaris membentuk jembatan dari tepi sungai hingga ke tepi wilayah di seberangnya.

Kesempatan ini kemudian digunakan oleh si kancil untuk menyeberang sungai sambil berpura-pura menghitung jumlah buaya.

Sesampainya di seberang, ia pun tertawa terbahak-bahak.

“Sebenarnya aku tidak punya daging, aku hanya membutuhkan bantuan kalian untung menyebarang! Hahaha” kata kancil.

Para buaya pun marah dan mencoba menangkapnya, sayangnya si kancil sudah terlanjur lari menjauh dari tepian sungai.

2. Cerita fiksi tentang kehidupan sekolah: Hari Pertama Sekolah

Namaku Sesi. Umurku enam tahun. Aku akan pergi ke Sekolah Dasar Manyinga untuk pertama kali.

Hari pertamaku sekolah berlangsung sangat baik. Aku bangun pagi lebih awal. Ayah menemaniku ke sekolah. Kami berpapasan dengan banyak siswa yang lain di jalan. Beberapa siswa ditemani dengan orang tua mereka.

Bel masuk sekolah berbunyi. Siswa-siswa yang lain mulai berlari. Aku berlari dan masuk ke dalam barisan. Sambil memperhatikan mereka, aku merasa sangat kecil. Mereka semua terlihat jauh lebih tua.

Seorang siswa perempuan yang lebih tua memegang tanganku dan membawaku ke barisan siswa yang seumuran denganku.

Ternyata aku salah kelas!

Sementara aku berbaris di samping siswa-siswa yang seumuran, aku mendengar seseorang berteriak, “Bu Guru, dia kencing di celananya!”

Kami semua menoleh. Aku melihat seorang anak laki-laki memegang celana pendeknya dengan malu-malu.

Kakinya basah. Matanya penuh air mata. Seorang siswa laki-laki yang lebih tua, memegang tangannya dan membawanya mencari bantuan.

Kemudian, ibu guru menunjukkan kelas kami. Ruangannya besar dan bersih.

Seorang siswa laki-laki datang terlambat dengan menjinjing sepatunya. Ibu guru bertanya mengapa dia melakukan hal itu.

Dia menjawab bahwa ibunya selalu mengajarinya untuk melepas sepatu sebelum masuk ke dalam ruangan. Kami semua tertawa terbahak-bahak mendengarnya.

Bel sekolah kembali berbunyi.

Kami semua bergegas keluar dan mulai berbaris. Ibu guru datang dan memberitahu kami bahwa sekarang saatnya istirahat dan tidak perlu berbaris. Waktunya bermain!

Setelah beberapa saat, bel sekolah berbunyi lagi. Semua siswa bergegas ke kelas mereka. aku sedikit tersesat. Aku tidak tahu harus pergi ke mana. Aku lupa di mana letak ruang kelasku!

Aku melihat sebuah kelas dan masuk ke dalamnya. Dua siswa lain mengikutiku. Tak seorang pun dari kami yang tahu harus ke mana.

Salah satu siswa yang bersamaku mulai menangis. Seorang siswa perempuan yang lebih tua bertanya apa yang terjadi.

Siswa yang menangis itu menjawab bahwa dia ingin bertemu dengan ibunya.

Beberapa siswa tertawa, tapi ada anak lain yang ingin membantunya. Salah satu siswa perempuan yang lebih tua mengantar kami kembali ke kelas.

Ibu guru menerangkan kepada kami bahwa sebentar lagi waktunya pulang ke rumah dan kami harus menunggu orang tua untuk datang menjemput kami di sekolah. Bel sekolah kembali berbunyi.

Teng! Teng! Teng!

Kami sangat gembira melihat orang tua kami menunggu di luar!

Setelah makan malam, ayah dan ibu bertanya kepadaku bagaimana hari pertamaku sekolah berlangsung. Aku bercerita kepada mereka bahwa aku dan siswa-siswa lainnya salah masuk kelas.

Mereka tertawa dan menasihatiku agar aku harus mendengar perkataan ibu guru dengan baik. Aku susah tidur malam itu. Aku tidak sabar untuk memulai hari keduaku di sekolah!

Pengarang: Rehema Egbert.

3. Contoh dongeng fiksi tentang kehidupan: Kisah Hidup

Keluarga Smith adalah keluarga kecil yang terdiri atas Bu Emily, Pak Peter, dan putri mungil mereka yang berusia 5 tahun, June. Mereka bertiga hidup sederhana dan bahagia.

June adalah anak lucu yang menyukai segala hal, kecuali anak anjing.

June selalu menangis atau memeluk orang tuanya ketika didekati oleh hewan peliharaan teman dan saudaranya. Bu Emily dan Pak Peter tak habis pikir kenapa putri mereka bisa takut pada hewan peliharaan yang begitu menggemaskan.

Suatu hari, pulang dari sekolah, June merasa seperti ada seseorang atau sesuatu yang mengikutinya. June menengok ke belakang, rupanya ada seekor anak anjing liar menggemaskan yang mengikutinya.

Dia berusaha keras mengusirnya, tetapi tidak berhasil. Anak anjing itu terus mengikutinya sampai ke rumah. Saat Bu Emily membuka pintu, June langsung berlari dan bersembunyi di belakang ibunya. Bu Emily bertanya apakah dia baik-baik saja.

June pun bercerita tentang anak anjing yang mengikutinya dan kini masih menunggu di halaman depan.

Bu Emily meyakinkan putrinya bahwa anak anjing itu tidak akan masuk ke dalam rumah. Namun, June bersikeras agar ibunya mengusir anak anjing itu. Anak anjing itu berlari, tetapi kemudian kembali lagi dan bersembunyi di balik semak-semak.

Malam harinya, Bu Emily menceritakan kejadian itu kepada suaminya dan dia menanyakan keadaan June. Pak Peter meminta mereka agar berhati-hati karena itu anjing liar.

Keesokan paginya, June berjalan menuju halte bus dan terus menengok ke belakang untuk memeriksa apakah anak anjing itu masih mengikutinya. June terus melihat ke belakang dan hampir menyeberang jalan tanpa melihat kiri kanan.

Guk! Guk! Guk!

Tiba-tiba, dia mendengar suara anjing menggonggong dan melihat ada mobil yang melaju kencang ke arahnya. June hanya berdiri terpaku sampai dia melihat anak anjing yang kemarin itu berlari ke arahnya. Untungnya June langsung melangkah mundur dan lari menyelamatkan diri.

June mengambil jalan memutar saat pulang. Dia terkejut ketika melihat anak anjing yang sama mengibas-ngibaskan ekornya kegirangan saat melihatnya kembali. June lekas berlari ke rumahnya.

Dia memberi tahu ibunya tentang kejadian yang dia alami. Ibunya lega, June selamat berkat anak anjing yang memperingatkannya. Bu Emily ingin menghadiahi anak anjing itu semangkuk susu.

Lalu dia keluar untuk mencarinya. Dia menemukan anak anjing itu sedang bersembunyi di balik semak-semak dan membujuknya agar mau minum susu. Anak anjing itu pun patuh dan meminumnya hingga tandas.

Bu Emily mengelus-elus anak anjing itu dan ternyata ada kalung nama di lehernya. Bu Emily membawa masuk anjing itu ke gerasi dan membuatkannya kendang sementara.

Malam harinya, Pak Peter coba mencari tahu. Rupanya anak anjing itu adalah milik seorang wanita tua yang baru saja meninggal.

Karena tidak ada keluarga yang mau merawatnya, anak anjing itu pun dibiarkan berkeliaran. Bu Emily memberi tahu June bahwa sekaranglah saatnya jika dia ingin berterima kasih kepada anak anjing itu.

Mereka akan membawa anak anjing itu ke tempat penampungan besok. June tidak mau dan langsung pergi ke kamarnya.

Sepanjang malam, anak anjing itu terus melolong di garasi. Pak Peter berusaha menenangkannya, tetapi anjing itu benar-benar ketakutan. June bergegas turun ke garasi.

Saat anak anjing itu melihatnya, ia langsung berhenti melolong, mengibas-ngibaskan ekornya, dan berlari ke arah ayahnya. June ketakutan dan berlari ke arah ayahnya.

Pak Peter meyakinkan June bahwa anak anjing itu sangat menyukainya dan hanya ingin bermain-main.

Anak anjing itu sangat senang berada di dekat June dan mengikutinya ke mana-mana. June merasa kesal dan akhirnya mengelus-elusnya. Anak anjing itu mulai melompat-lompat dan June tidak bisa menahan gelak tawanya.

Keesokan harinya, ketika Bu Emily dan Pak Peter bersiap-siap membawa anak anjing itu ke tempat penampungan, mereka mendengar June bertanya kepada orang tuanya apakah anak anjing itu bisa tinggal bersama mereka.

Orang tuanya bilang bahwa mereka ingin sekali June memiliki hewan peliharaan. Namun syaratnya, dia harus memberi nama anak anjing mungil itu.

Karena anak anjing itu telah menyelamatkan hidupnya, June sudah memilih nama yang pas untuknya, yaitu Hidup. Hidup pun mengisi hati June dan menjadi sahabat yang paling dia sayangi.

Penulis: Rubi Thomas.

4. Contoh kisah fiksi tentang kerajaan: Raja yang Gemuk dan Anjing yang Kurus

Alkisah terdapat sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja. Raja tersebut bertubuh gemuk karena ia hobi makan.

Raja yang gemuk itu memiliki seekor anjing peliharaan yang kurus.

Suatu saat, sang raja memutuskan pergi bersama anjingnya yang kurus untuk bertamasya di sebuah hutan.

Sesampainya di sana, si anjing melihat seekor burung yang terbang ke sana ke mari sehingga menarik perhatiannya. Lalu, anjing itu berlari untuk menangkap burung tersebut.

Sang raja yang melihat hewan peliharaannya mengejar seekor burung, lantas mulai berlari mengejar anjing peliharaannya.

Mereka berlari dan terus berlari.

Mereka berlari selama beberapa hari tak kenal waktu. Sampai akhirnya, kemudian sang raja berhasil menangkap anjing itu. Karena sang raja terus berlari selama berhari-hari untuk menangkap anjingnya, tubuhnya pun kini menjadi kurus. Ia bukan lagi raja yang gemuk sekarang.

Penulis: Parismita.

5. Contoh cerita fiksi tentang cinta: Aku Cinta Ibuku

Di dalam rahim ibu, aku menghisap tenaganya. Namun, ibu tidak menyerah meski semua tenaganya kuhabiskan.

Ibu menyisakan sedikit untuk dirinya, banyak untukku, di hari itu.

Masa sembilan bulan yang berat dan melelahkan terasa seperti bertahun-tahun lamanya.

Ibu, oh Ibu.

Engkau kumpulkan sisa-sisa tenagamu untuk membawaku ke dunia yang muram ini. Engkau memilih kelaparan agar aku kenyang.

Engkau compang-camping agar aku bisa berpakaian layak. Ibu rela miskin agar aku kaya.

Ibu rela tidur di tikar agar aku dapat terlelap di kasur. Ibu rela terjaga agar aku terlelap dengan nyenyak.

Aku cinta padamu Ibu, aku cinta padamu.  

Pengarang: Acaro Ruth.

6. Cerita fiksi tentang persahabatan: Sahabat Merpati

Seorang kakek bercerita pada cucunya tentang kisah persahabatan merpati dan bagaimana mereka bertahan hidup.

“Tim, aku ingin mengajarimu sesuatu.” Kata Kakek. Sang cucu yang bernama Tim mengikuti kakek menuju balkon.

“Apa yang kamu tahu tentang merpati?”

“Tidak banyak,” kata Tim.

“Aku tahunya merpati berkumpul dalam jumlah besar dan orang-orang memberi mereka makan roti.”

“Merpati itu burung yang luar biasa. Burung-burung itu keturunan merpati batu, yang hidup di pegunungan dan tebing di tepi laut.”

Ketika kata burung disebut, Benny si kucing bangun dan menegangkan cakarnya.

“Lihat, ada kawanan merpati datang,” kata Kakek.

“Apakah mereka selalu bepergian dalam jumlah besar?” tanya Tim.

“Ya, jumlahnya antara lima puluh sampai seratus. Mereka suka bergerombol. Artinya, mereka adalah spesies sosial. mereka bergerak bersama dan berburu makanan untuk kelangsungan hidup kawanannya.”

Kakek menunjuk sepasang burung yang terbang bersama di atas atap.

“Kedua burung itu berpasangan, Tim. Mereka berkembang biak dan tinggal bersama seumur hidup. Merpati itu binatang yang setia.”

Tim melihat seekor merpati akan hinggap di balkon. Benny si kucing juga melihatnya dan mengayunkan cakar berusaha menjangkaunya.

“Benny ingin memakannya,” Kata Tim.

“Gerakan burung itu terlalu cepat untuk Benny,” Sahut Kakek.

“Ada biji-bijian dan buah beri di pagar dan lantai balkon kita,” Kata Kakek.

“Burung-burung itu ingin memakannya. Perhatikan, mereka berkerumun sambil berusaha tetap terbang.”

“Sepertinya mereka membentuk pola,” Kata Tim.

“Itulah yang mereka lakukan. Mereka akan membentuk kawanan di sekitar sumber makanan.”

Kemudian nenek Tim muncul. “Aku sedang mengajari Tim tentang merpati,” Kata Kakek.

“Sekarang Tim tahu bahwa merpati jantan berjalan lucu dan tegap, membusungkan bulu mereka, dan berusaha keras untuk menarik perhatian betina.”

“Kau melakukannya juga padaku!” kata nenek.

“Dulu kamu suka berdiri gagah dan menari.”

“Aku bisa melihat mereka berkelahi,” seru Tim.

“Mereka berbalik dan berputar di udara.”

“Salah satu dari mereka akan berkuasa dan yang lain akan menyerah,” jelas Kakek.

“Apakah merpati punya musuh?” tanya Tim.

“Ya, mereka punya pemangsa.”

“Apa itu?”

“Ada burung lain yang memangsa merpati,” jawab Kakek.

“Alap-alap kawah namanya, burung tercepat di langit. Mereka memangsa merpati di kota-kota.”

“Terkadang merpati juga mengganggu,” Kata Kakek.

“Seperti sekarang. Merpati itu menjatuhkan kotorannya di kepala kucing! Hus! Pergi!”

Merpati itu menjatuhkan kotorannya di kepala Benny, lalu terbang pergi, meninggalkan Benny yang kesal. Merpati lain bertengger di lampu luar dan yang lain mulai berjalan masuk ke rumah. Kakek Tim kehabisan kesabaran dan menakuti sekelompok burung itu agar pergi dari balkon karena mereka ada dimana-mana.

“Apakah menurut Kakek, aku bisa terbang?” tanya Tim.

“Tidak mungkin,” jawab Kakek sambil tertawa.

“Tubuhmu tidak dirancang untuk terbang. Tubuh merpati bisa karena bersifat aerodinamis.”

Pada saat itu, Benny si kucing sedang mengayunkan cakarnya. Ia mencoba menangkap seekor merpati, membuat si merpati meloncat ke udara dan terbang menjauhi si kucing. Tim mulai bersiul dan merpati yang ada di dekatnya menikmati nadanya.

“Mungkin aku harus menjadi lebih kuat dan lentur,” kata Tim.

“Sehingga aku bisa mengangkat diriku sendiri dan terbang,” lanjutnya.

Tim melakukan serangkaian peregangan dan Gerakan untuk membuat tubuhnya lebih lentur dan Benny menirunya.

Tim mengepakkan tangannya ke samping sekuat tenaga dengan cepat, mencoba terbang.

“Tidak ada gunanya,” keluh Tim. “Tubuhku terlalu berat. Aku tak bisa terbang.”

Kakek tertawa. “Sudah kubilang, kamu tidak bisa terbang.” kata Kakek.

Merpati menyaksikan Tim dengan antusias dan penuh minat menggunakan kacamata perekam khusus untuk mengambil video dan berencana menunjukkan video itu kepada teman-temannya nanti.

“Banyak daerah menganggap merpati sebagai hama,” kata Kakek.

“Namun aku menganggap mereka tidak berbahaya. Mereka adalah teman. Mereka hanya mencari makanan. Mereka memang berantakan, membuang kotoran di sepanjang alun-alun, tetapi makhluk mana yang tidak berantakan sama sekali? Jika kamu melihat merpati, perlakukan mereka dengan baik.”

Salah satu merpati merasa begitu tenang di sekitar Tim. Ia bertengger di lengan Tim dan beristirahat.

“Sepertinya, kamu telah berteman dengannya.” kata Kakek.

Pengarang: Hallo English.

7. Cerita fiksi pendek untuk penghantar tidur anak: Hari yang Mengesankan

Seorang anak menikmati hari yang tidak akan pernah dia lupakan.

Hari itu hujan, aku pulang untuk mengeringkan badan. Setelah badanku kering, aku mencium aroma sedap masakan Ibu.

Setelah makan, aku mendengarkan musik.

Kemudian aku pergi ke kebun sambil tersenyum lebar. Aku lapar. Aku melihat pohon apel yang besar di kebun dan berlari menuju pohon itu untuk makan apel.

Esok harinya, hujan turun lagi. Ayah menampung air di ember sebelum hujan berhenti. Kota kami ditutup sehingga kami tidak punya air untuk mandi.

Kemudian kami pergi ke toko untuk berbelanja. Aku menyukai syal warna ungu. 

Nenekku membacakan buku kesukaanku. “Wuuus, angin berembus ketika rubah-rubah itu lari,” baca nenek.

Kami pergi membeli aneka manisan untuk tamu yang akan datang besok. Aku suka manisan.

Kami akan duduk bersama dana makan manisan dengan tamu kami.

Aku juga suka merajut!

Ibu mengajakku naik unta, menyenangkan sekali!

Itulah hari yang kulewati. Aku tak akan pernah melupakan kejadian hari itu!

Pengarang: Mia Singh.

Kumpulan cerita pendek terbaik untuk Si KecilKumpulan cerita fiksi dengan beragam tema untuk anak-anak/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Jub Job

8. Cerita fiksi pendek tentang kisah anak: Berjalan-jalan bersama Mama

Hari ini adalah hari yang sangat sibuk. Banyak sekali yang akan dilihat dan dilakukan oleh Mama dan aku. Kami berjalan kaki ke stasiun dan mendapati orang-orang sedang mengantri. Baik tua maupun muda, yang pendiam dan yang bawel, semua pergi ke kota.

Lewat jendela minibus, aku melihat mobil-mobil melaju. Ada yang cepat, ada yang lambat, ada yang besar, ada yang kecil. Di kota ada banyak sekali gedung! Di mana-mana aku melihat gedung yang tinggi dan yang rendah, yang berdinding kaca dan bertembok bata.

Mama dan aku berjalan masuk keluar toko. Toko pakaian, toko buku, toko tas, dan banyak lagi. Mama mencoba beberapa sepatu. Ada sepatu merah, sepatu hijau, sepatu berhak tinggi, dan sepatu berhak datar.

Bonjour! Ola! Hello! Jambo!

Di sebuah toko besar, kami memenuhi troli dengan makanan. Ada kotak-kotak sereal dan berkantung-kantung buah. Ada tepung berkantung-kantung dan jus berbotol-botol.

Mama menunjukkan padaku mainan-mainan dan menyuruhku memilih! Ada mainan yang empuk, ada yang bulat, ada yang berisik, ada yang cepat.

Hari ini kami sudah membeli banyak barang. Berkantung-kantung makanan dan berbungkus-bungkus pakaian. Ada sepasang sepatu dan beberapa camilan.

Sesampainya di rumah, di dalam tempat tinggal kami yang sunyi, aku membuka hadiah istimewa dari Mama yang dibeli hanya untukku!

Pengarang: Cisanga Mukuka.

9. Cerita pendek tentang ayah: Ayah, Ayah Warna Apa yang Kau Lihat?

“Silakan, belilah cashmas, penuh warna dan cerah. Lihatlah dunia dengan warna-warni baru,” Kata seorang penjual yang menjajakan cashmas atau kacamata dengan lensa beraneka warna.

Aku pergi jalan-jalan dengan Ayah dan langsung tertarik dengan kacamata warna-warni yang dijual tersebut.

“Ayah, ayo, kita main tebak-tebakan. Kami akan memilih satu warna. Lalu, Ayah harus menebak warna apa itu,” ujarku.

Ayah dan aku kemudian menghampiri penjual tersebut dan membeli satu kacamata berwarna kuning.

“Cepat, Ayah, ayo, kita segera mulai permainannya!” aku berseru riang.

“Apa warna balon ini, Ayah?” tanyaku sembari menunjuk salah satu balon yang juga dijual di dekat sana.

“Gampang sekali. Menurut Ayah, warnanya hijau,” jawab Ayah dengan yakin saat melihat balon yang kupegang.

“Bukan, Ayah, warnanya bukan hijau! Balon ini berwarna biru muda!” kataku.

“Kalau gula buatan Ayah, warnanya apa coba?”

Pengarang: Ekta Bharti.

10. Cerita pendek tentang petualangan: Petualangan Gum-gum yang Menyenangkan

Suatu ketika, Gum-gum sangat bersemangat. Dia pergi bersenang untuk pertama kalinya. Keluarganya juga bersemangat menanggapinya. “Bbbrrrraaaab! Grrroomb!”

Moncong Gum-gum menyentuh air dan kemudian “Wuusss…”

Gelombang besar di sungai mengepungnya. Gum-gum menggerak-gerakkan kakinya, mengibaskan ekornya, dan berkata, “Papa, lihat! Aku sedang berenang! Lihat!”

“….Papa?” Gum-gum melihat ke depan dan ke belakang, lalu ke kanan dan ke kirim dan berkata sekali lagi, “Papa?”

Dia benar-benar sendirian, keluarganya telah berenang jauh tanpanya.

Seekor berang-berang lewat di sebelahnya sambil mengambang. Gum-gum bertanya kepadanya, “Tuan berang-berang, apakah kamu melihat keluargaku?”

Berang-berang menjawab, “Tidak, tetapi aku telah melihat begitu banyak bintang, apakah kamu melihat keluargaku?”

Berang-berang menjawab, “Tidak, tetapi aku telah melihat begitu banyak bintang, apakah kamu ingin melihat beberapa?”

Dia berkata, “Mungkin lain kali saja. Terima kasih!”

Pada saat itu, “Brrroooorft! Rrraap!”

Itu suara keluarganya! Gum-gum pun tertawa gembira dan berenang ke arah suara tersebut.

Tiba-tiba seekor lumba-lumba melompat keluar dari air di depannya. Gum-gum pun bertanya padanya, “Nyonya lumba-lumba, apakah kamu tahu di mana keluargaku?”

Lumba-lumba menjawab, “Tidak, tapi aku tahu di mana ikan-ikan terbaik berada, apakah kamu ingin memakannya satu?”

Gum-gum berkata, “Mungkin lain kali. Terima kasih!”

Pada saat itu, “Drrrb! Grrraaaab!”

Itu adalah suara keluarganya! Gum-gum tertawa gembira dan berenang ke arah suara itu. Di sana ada siput yang berada di atas sebuah batu keras di tepi sungai.

“Kakak siput, bisakah kamu membantuku menemukan keluargaku?” tanya Gum-gum.

“Jika kamu mau, aku dapat membantumu menemukan sebuah batu datar untuk kamu duduki,” jawab Siput.

Gum-gum berkata, “Mungkin lain waktu. Terima kasih!”

Pada saat itu, “Pppsrrr! Frrraft!”

Itu suara keluarganya! Gum-gum tertawa gembira dan berenang menuju suara itu. Gum-gum melihat seekor buaya gavial (buaya pemakan ikan) besar yang tua sedang bersama dengan beberapa buaya gavial kecil yang berenang di sekelilingnya.

Gum-gum pun bertanya kepadanya, “Kakek Gavial, apakah kamu melihat keluargaku?”

Buaya tua itu bertanya kepadanya, “Apakah namamu Gum-gum?”

Dia menjawab, “Ya, aku Gum-gum.”

“Kalau begitu, ya, aku telah melihat keluargamu! Mereka telah mencarimu kemana-mana, sayangku. Dengar!”

Gum-gum mendengarkan dan buaya-buaya kecil itu masih bersamanya. Pada saat itu, terdengar suara dari hulu sungai (aliran sungai yang berada di atas atau dikenal sebagai pusat sumber sungai).

“Grrraaaab! Gom! Prraaft! Gom! Goom! Gooom!” itu suara keluarganya dan mereka tidak jauh dari tempatnya! Gum-gum tertawa gembira dan berenang ke arah suara itu. Setelah beberapa saat, Gum-gum mencapai tepian berpasir dan merangkak ke sana, ia terlalu lelah setelah berenang jauh. Sebuah suara memanggil, “Gum-gum?”

“Papa?” Gum-gum bertanya-tanya.

Gum-gum melihat sesuatu yang besar menuju ke arahnya. “Papa!” Papa membungkuk dan memberinya dorongan kecil penuh kasih sayang.

Papa berkata padanya, “Selamat datang kembali, Gum-gum! Ke mana kamu pergi?” Gum-gum menjawabnya sambil tertawa.

“Aku telah melakukan petualangan yang menyenangkan dan besok aku ingin pergi lagi!”

Gum-gum tinggal di Sungai Gangga Besar dengan keluarga besar buaya gavial yang ramai. Gum-gum pergi berenang setiap hari guna menangkap serangga-serangga dan ikan-ikan untuk makan siang. Ketika berenang setiap hari, dia bertemu dengan berbagai jenis makhluk seperti lumba-lumba, berang-berang, siput, unggas air, para nelayan di atas perahu mereka, kerbau, ular, dan sebagainya.

Pengarang: Aparna Kapur.

11. Cerita legenda: Danau Toba

Alkisah pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang pria bernama Toba. Suatu hari, ia hendak pergi memancing ikan di danau. Namun, saat memancing, Toba ternyata mendapatkan seekor ikan mas. Ikan tersebut lantas di bawanya pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, saat hendak dimasak, ikan mas tersebut tiba-tiba berubah menjadi seorang putri yang cantik jelita.

Putri tersebut kemudian berterima kasih kepada Toba karena telah membebaskannya. Sang putri lantas bersedia dipersunting dan menjadi istri Toba. Namun ia mengajukan syarat, bahwa Toba tidak boleh menceritakan asal-usulnya.

Mereka akhirnya menikah dan dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Samosir.

Samosir tumbuh menjadi anak yang aktif namun sedikit nakal.

Suatu ketika, Samosir diminta oleh ibunya agar mengantarkan bekal makan siang untuk ayahnya yang bekerja di ladang. Saat di pertangahan jalan, Samosir yang merasa lapar lantas memakan bekal makan siang tersebut hingga tersisa sedikit.

Ketika bekal tersebut diberikan kepada ayahnya, sang ayah terkejut karena bekal yang dibawakan hanya sedikit.

Merasa kecewa, Toba lalu memarahi anaknya, Samosir. Karena terbawa emosi, Toba menyebut Samosir sebagai anak ikan yang tidak tahu diuntung. Ia telah melanggar janjinya kepada istrinya dahulu.

Mendengar ucapan ayahnya, Samosir kaget dan merasa sedih. Ia lantas pulang dan mengadu kepada ibunya.

Mengetahui bahwa janjinya telah dilanggar oleh sang suami, Samosir dan ibunya tiba-tiba menghilang.

Tidak lama, munculnya sebuah semburan air dahsyat di dekat tempat tinggal mereka. Semburan tersebut kemudian berubah menjadi sebuah danau yang kini dikenal dengan nama Danau Toba. Sementara pulai kecil di tengah danau tersebut diberi nama Pulau Samosir.

Demikian dongeng cerita fiksi yang bisa Bunda pilih untuk dibacakan kepada Si Kecil sebagai pengantar tidur.

Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.

Simak juga dongeng lain dalam video di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]



(rap/rap)
Share yuk, Bun!
BERSAMA DOKTER & AHLI
Bundapedia
Ensiklopedia A-Z istilah kesehatan terkait Bunda dan Si Kecil
Rekomendasi
Ayo sharing bersama HaiBunda Squad dan ikuti Live Chat langsung bersama pakar, Bun! Gabung sekarang di Aplikasi HaiBunda!
ARTIKEL TERBARU
  • Video
detiknetwork

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Pantau terus tumbuh kembang Si Kecil setiap bulannya hanya di Aplikasi HaiBunda!