Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Dampak Positif & Negatif Strict Parents bagi Anak, Kenali Juga Ciri-cirinya

Hasna Fadhilah   |   HaiBunda

Rabu, 28 Dec 2022 22:05 WIB

Angry mother scolding the disobedient child
Pola pengasuhan strict parents dan dampak yang ditimbulkan terhadap anak-anak/ Foto: Getty Images/iStockphoto/gpointstudio

Pola pengasuhan seperti apa yang Bunda dan Ayah terapkan dalam keluarga? Apakah Bunda termasuk tipe orang tua yang menerapkan strict parents atau banyak aturan atau malah membebaskan anak-anak untuk membuat pilihannya sendiri?

Pola asuh otoriter atau lebih dikenal sebagai gaya parenting strict parents juga menjadi salah satu yang paling disorot belakangan ini. Banyak orang tua yang percaya jika mereka menerapkan pola pengasuhan yang ketat, maka mereka dapat mengontrol perilaku sang anak dan menjadikannya sebagai anak yang hebat.

Namun, apakah pola pengasuhan strict parents semacam ini terbukti akan memberikan hasil yang terbaik untuk sang anak? Bagaimana dampak yang ditimbulkan jika orang tua menerapkan pengasuhan yang strict dalam keluarga?

Kenali lebih jauh mengenai apa itu strict parents dan dampak yang ditimbulkannya dengan menyimak penjelasannya sebagai berikut ya, Bunda.   

Apa itu strict parents?

Banyak orang tua yang bermaksud baik dan percaya bahwa apa yang mereka lakukan adalah yang terbaik untuk anak-anaknya. Misalnya dengan menetapkan aturan atau batasan yang ketat atau otoriter.

Orang tua dengan pola asuh yang otoriter inilah yang dinamakan strict parents. Biasanya para orang tua menerapkan pola pengasuhan yang seperti ini dengan dalih demi kebaikan anaknya di masa depan, mereka tidak ingin anak-anaknya terjerumus pada hal-hal yang bersifat negatif dan merugikan.

Orang tua akan meminta anak-anak mereka untuk mematuhi segala aturan yang ada, tanpa meminta persetujuan dan tidak memberikan kesempatan kepada sang anak untuk membuat pilihan. Seringkali hal ini dilakukan agar sang anak mampu memenuhi ekspektasi yang diharapkan oleh orang tuanya.

Namun sebetulnya, apakah pola pengasuhan yang strict akan memberikan hasil yang terbaik terutama untuk sang anak? Bagaimana dampak yang ditimbulkan ketika orang tua menerapkan pola pengasuhan yang strict dalam keluarga mereka? Baik atau burukkah dampak yang ditimbulkan? Simak penjelasannya berikut ya, Bunda.

Efek atau dampak pola asuh strict parents bagi anak

Dampak dari pola pengasuhan strict family ternyata dapat dilihat sisi positif dan negatifnya sebagai berikut.

Dampak positif pola asuh strict parents

Meski cenderung terkesan negatif, namun terdapat dampak positif dari pola pengasuhan strict parents. Anak-anak yang tumbuh dengan orang tua yang strict atau otoriter seringkali berperilaku baik. Hal ini dikarenakan orang tua dengan tegas menetapkan aturan dan ekspektasi yang jelas mengenai perilaku anaknya. Sebaliknya, sang anak pun tahu apa yang diharapkan oleh orang tua mereka darinya.

Perilaku baik ini juga terkadang didorong oleh rasa takut. Anak-anak akan mengerti bahwa jika mereka tidak memenuhi harapan orang tuanya, maka akan ada konsekuensinya. Dengan mengikuti beberapa aturan ketat tersebut, sang anak merasa bahwa akan memberikan manfaat dan membantu menjaga mereka tetap selama beraktivitas.

Dampak negatif pola asuh strict parents

Anak-anak yang dibesarkan dalam pengasuhan strict parents cenderung menjadi anak yang keras kepala dan memberontak. Hal ini memicu tingginya konflik antara orang tua yang strict dan anaknya.

Sejak awal mereka tidak diberi kesempatan untuk menentukan pilihan, Anak cenderung harus menuruti segala aturan dan pilihan yang sudah ditentukan oleh orang tuanya. Tekanan-tekanan tersebut menyebabkan mereka memilih jalan memberontak untuk mendapatkan kebebasan dan tidak lagi dikekang hidupnya.

Selain itu, anak strict parents berpotensi menjadi anak yang kurang bahagia dan menunjukkan gejala depresi. Berdasarkan penelitian ilmiah dari Korean Academy of Child and Adolescent Psychiatry pada tahun 2020 menjelaskan bahwa anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh strict parent lebih rentan memilih upaya mengakhiri nyawa mereka dengan cara bunuh diri.

5 ciri-ciri strict parents

Terkadang, orang tua tidak menyadari sama sekali bahwa apa yang mereka lakukan kepada anak-anaknya menandakan pola pengasuhan yang strict. Oleh karena itu, Bunda, kenali ciri-ciri strict parents sebagai berikut.

1. Memiliki banyak aturan dan terlalu menuntut

Memiliki aturan yang jelas dalam mengasuh anak memanglah penting, namun Bunda dan Ayah harus menyadari bahwa terdapat beberapa pengecualian di dalamnya.

Misalnya, jika orang tua mendapati diri mereka harus mengomeli anaknya agar tahu kapan harus mengerjakan PR, kapan harus berlatih les piano, dan hal-hal lainnya, sang anak cenderung tidak akan melakukannya. Mereka akan merasa terlalu dikekang dan diatur.

2. Tidak segan memberikan hukuman berat kepada anak

Terkadang beberapa orang tua akan memberikan hukuman berat kepada anaknya karena telah melanggar aturan atau berbuat salah. Mereka bahkan tak segan memberi hukuman fisik. Hukuman berat ini bertujuan agar sang anak merasa jera dan tak mengulangi kesalahannya lagi.

Alih-alih memberi jera kepada si anak, ternyata hukuman berat dikhawatirkan malah menimbulkan trauma dan berdampak secara mental dan fisik bagi mereka.

3. Anak-anak memiliki waktu yang sedikit untuk bersenang-senang

Banyak anak dengan orang tua yang strict, harus beranjak dari satu aktivitas ke aktivitas yang lain dengan waktu istirahat yang sedikit. Meskipun akan memberikan dampak yang positif di beberapa aspek, orang tua harus memahami bahwa anak-anak juga mempunyai hak untuk memiliki waktu luang dan bermain.

4. Memiliki harapan tinggi yang tidak realistis kepada anak

Orang tua yang terlalu strict biasanya menaruh harapan tinggi kepada anaknya, tanpa melihat kondisi sang anak. Misalnya orang tua memaksakan sang anak untuk mendapatkan nilai yang tinggi pada ujian matematika, padahal anak tersebut memiliki kelemahan berhitung dan lebih unggul di bidang olahraga.

Selain itu, orang tua yang strict biasanya jarang memberikan pujian kepada anaknya. Mereka cenderung lebih melihat hasil yang sempurna ketimbang proses yang dilalui sang anak.

Pujian akan dilontarkan karena sang anak berhasil meraih nilai 100 dalam ujian, bukan mengapresiasi proses belajar yang dilalui sang anak untuk mendapatkan nilai sempurna tersebut.

5. Merasa sikap mereka selalu benar, tidak menolerir kesalahan anak

Strict parent biasanya merasa bahwa apa yang mereka lakukan adalah pilihan terbaik untuk anak-anaknya. Apa yang mereka putuskan adalah pilihan yang benar.

Jika sang anak berbuat salah, maka strict parents tidak memberikan kesempatan kepada anaknya untuk menjelaskan mengapa mereka berbuat salah. Strict parents juga cenderung tidak membuka diskusi dan tidak memberikan kesempatan kepada sang anak untuk memutuskan pilihannya sendiri.

Daripada mengambil sikap yang otoriter terhadap anak, lebih baik tunjukkan keterbukaan dengan mengajak anak untuk sama-sama mengevaluasi diri apabila berbuat salah.

Ajak anak untuk mengobrol dan tanyakan dengan tenang apa kesalahan yang diperbuatnya. Jika sang anak sudah mengakui kesalahannya, sampaikan nasihat bijak agar ia tidak mengulangi kesalahannya.

4 Jenis pola asuh anak

Terdapat 4 pola pengasuhan yang secara umum diterapkan oleh para orang tua kepada anaknya. Berikut penjelasan masing-masing dari jenis pola asuh anak dalam keluarga.

1. Pola asuh otoriter

Orang tua yang memiliki pola pengasuhan anak yang otoriter cenderung keras dan tidak fleksibel. Mereka akan memaksakan beragam aturan ketat pada anak mereka dengan harapan akan dipatuhi dan sang anak tidak mempertanyakan aturan tersebut.

Pola pengasuhan ini mudah ditemui pada keluarga yang mana orang tuanya yang memutuskan pilihan dan sang anak tidak diberikan kesempatan untuk memilih.

Jika orang tua menerapkan pola pengasuhan yang otoriter, maka kemungkinan mereka memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap anak-anaknya. Hal ini akan berdampak buruk kepada sang anak apabila ternyata mereka tidak mampu memenuhi ekspektasi orang tuanya dan lantas harus menerima hukuman.

Tentu ini tidak adil bagi anak-anak, karena orang tua yang otoriter cenderung hanya mau melihat hasil, bukan prosesnya.

2. Pola asuh otoritatif

Orang tua dengan pengasuhan yang berwibawa akan berusaha mengasuh dan mendisiplinkan anak-anaknya. Mereka akan menggunakan konsep konsekuensi yang sesuai untuk mendukung anak-anak mereka, bukan malah menghukumnya.

Para orang tua yang memiliki pola pengasuhan anak seperti ini akan menjelaskan mengapa mereka menetapkan aturan tersebut kepada anak-anaknya.

Anak yang tumbuh dan besar dengan orang tua yang otoritatif, cenderung akan memiliki komunikasi dan hubungan yang dekat dan sehat sebagai sebuah keluarga. Berbagai penelitian pun menunjukkan bahwa pola asuh otoritatif memiliki banyak manfaat baik bagi orang tua dan anaknya.

3. Pola asuh permisif

Orang tua yang menerapkan pola pengasuhan permisif cenderung mempunyai harapan rendah dari anak-anaknya. Mereka tipe orang tua yang tidak memiliki aturan atau jarang melakukan tindakan disipliner ketika anak berbuat salah.

Orang tua dengan gaya permisif cenderung memiliki komunikasi yang terbuka dengan anaknya.

Hubungan yang terjalin dengan anak-anak mereka lebih terlihat seperti hubungan persahabatan ketimbang peran orang tua dan anak.

4. Pola asuh yang terkesan tak acuh

Orang tua dengan pola pengasuhan seperti ini, malah akan memberikan kebebasan penuh kepada anak-anak mereka untuk melakukan apa yang ingin dilakukannya.

Akibatnya, mereka cenderung abai dan tidak menyayangi anak-anaknya. Mereka bahkan tidak menerapkan aturan yang disiplin dan tidak banyak berkomunikasi dengan anak-anaknya.

Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.

Simak juga pola asuh ibunda Cinta Laura dalam video di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]



(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda