PARENTING
Kisah Abu Bakar Ash Shiddiq, Khilafah Sahabat Rasul dan Manusia Pertama yang Masuk Surga
Annisya Asri Diarta | HaiBunda
Senin, 11 Mar 2024 17:41 WIBAbu Bakar Ash-Shiddiq merupakan khalifah pertama umat Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Ia adalah pemimpin dari golongan Ash-Shiddiqun dan dianggap sebagai salah satu orang saleh terbaik setelah para nabi dan rasul.
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai bin Ghalib Al-Qurasyi At-Taimi, seperti yang tercatat dalam buku "Abu Bakar Ash-Shiddiq: Syakhshiyatu Wa'Ashruhu."
Abu Bakar juga sosok sahabat Rasulullah yang paling utama, paling alim, dan paling mulia. Rasulullah bersabda tentang dirinya, "Seandainya aku ingin mengambil seorang khalil, niscaya Abu Bakar lah orangnya, akan tetapi ia adalah saudaraku dan sahabatku."
Keberadaan Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam sejarah Islam memancarkan sinar keunggulan yang mengilhami setiap lembarannya. Tidak ditemukan dalam sejarah umat lainnya, kecemerlangan, keagungan, kesungguhan, jihad, dan dakwah yang didedikasikan untuk mempertahankan prinsip-prinsip serta nilai-nilai mulia.
Kisah Abu Bakar mendapatkan julukan Ash-Shiddiq dan Al-’Atiq
Menilik buku Kisah Edukatif 10 Sahabat Nabi yang Dijamin Masuk Surga asal julukan "ash-Shiddiq" untuk Abu Bakar berkisah ketika Rasulullah SAW mengabarkan suatu hal, Abu Bakar selalu menjadi orang pertama yang membenarkan dan mempercayainya.
Keyakinannya sangat kuat bahwa Rasulullah tidak berbicara berdasarkan hawa nafsunya. Karena kesetiaan dan kepercayaannya yang tak tergoyahkan, Abu Bakar dikenal dengan julukan "ash-Shiddiq" yang berarti "orang yang selalu membenarkan." Julukan itu semakin melekat pada dirinya setelah peristiwa Isra' dan Mi'raj.
Kala itu, sekelompok orang musyrik mendatangi Abu Bakar dan menanyakan pendapatnya tentang cerita perjalanan Rasulullah SAW ke Baitul Maqdis pada malam sebelumnya. Dengan tegas, Abu Bakar menanyakan apakah Rasulullah benar-benar mengatakan hal itu.
Ketika mereka mengiyakan, Abu Bakar dengan yakin mengatakan bahwa jika Rasulullah menyatakan itu, maka itu pasti benar. Sejak saat itu Abu Bakar dianugerahi gelar "ash-Shiddiq (orang yang selalu membenarkan)."
Suatu hari, di sebuah jalan Kota Makkah dan di sekitar Ka'bah, Abu Bakar berkenalan dengan seseorang yang memiliki reputasi sebagai "al-Amin (orang yang dapat dipercaya)." Tanpa ia ketahui, sosok itu adalah Nabi Muhammad SAW, sebelum Allah mengangkatnya sebagai Nabi dan Rasul.
Namun, hati mereka berdua telah disatukan oleh rasa cinta kepada Allah, kesetiaan pada-Nya, menjaga amanah, berbuat baik, dan berbicara dengan jujur. Mereka terkenal dengan integritas dan kejujuran mereka sebelum Islam datang.
Abu Bakar ingin tahu lebih banyak tentang sosok "al-Amin" yang membuatnya terkesan, ia memutuskan untuk bergabung dengannya dalam perjalanan perdagangan ke Negeri Syam. Di sana, ia mendengar Rahib Buhaira mengungkapkan tanda-tanda kenabian pada temannya tersebut. Semakin hari, kekaguman Abu Bakar terhadap Nabi Muhammad SAW semakin bertambah.
Setelah mendengar bahwa sahabatnya, Muhammad, telah diutus sebagai Nabi, Abu Bakar segera mendatanginya dengan pertanyaan, "Wahai Abu Qasim, benarkah engkau telah diutus oleh Allah SWT untuk mengajak manusia kembali kepada-Nya, sebagai utusan-Nya?"
Rasulullah SAW dengan tegas membenarkan panggilan kenabian tersebut, sambil mengajak Abu Bakar untuk berjanji untuk menyembah Allah semata. Kemudian, beliau membacakan beberapa ayat Al-Qur'an kepada Abu Bakar.
Tanpa pikir panjang, Abu Bakar segera menerima ajakan Nabi untuk masuk Islam dan menolak untuk menyembah berhala. Dengan penuh keyakinan, ia bersumpah, "Demi Allah, aku tidak pernah menemukan kebohongan sedikit pun dari dirimu. Engkau adalah orang yang dapat dipercaya, selalu menjalin tali kekerabatan, dan senantiasa berbuat baik."
Kembali ke rumahnya sebagai seorang Muslim, Abu Bakar telah membenarkan kenabian Nabi Muhammad. Beliau menjadi orang pertama yang memeluk Islam. Rasulullah pun mengakui bahwa setiap orang yang diajaknya masuk Islam selalu dirundung keraguan dan pertanyaan.
Namun, Abu Bakar tak tergoyahkan dalam keyakinannya. Dengan tekad yang kokoh, dia menjawab panggilan-Nya tanpa keraguan sedikit pun. Sejak saat itu, Abu Bakar dianugerahi gelar "al-'Atiq" (orang yang telah dibebaskan oleh Allah dari siksa api neraka).
Peristiwa Tsaqidah Bani Sa'idah
Menyorot buku Jejak Sejarah di Dunia Tanah Haram; Napak Tilas 85 Tempat berkisah tentang Safiqah Bani Sa'idah atau dikenal sebagai as-Saqifah adalah sebuah taman yang terletak di samping Masjid Nabawi. Setelah wafatnya Rasulullah SAW, sebagian sahabat berkumpul di tempat ini untuk memilih Abu Bakar as-Shiddiq sebagai Khalifah penerus Rasulullah SAW.
Peristiwa Saqifah Bani Sa'idah merupakan peristiwa pertama yang terjadi setelah wafatnya Rasulullah pada tahun ke-11 H/632 M, di mana Abu Bakar ash-Shiddiq bin Abi Quhafah dipilih sebagai Khalifah bagi kaum Muslimin.
Ketika Rasulullah SAW wafat, Ali bin Abi Thalib dan beberapa sahabat lainnya sedang mempersiapkan acara pemakaman beliau. Pada saat yang sama, beberapa orang dari kaum Anshar dengan pimpinan Sa'ad bin Ubadah berkumpul di sebuah tempat bernama Saqifah Bani Sa'idah untuk mengambil keputusan dalam memilih seorang pemimpin untuk Kota Madinah.
Menurut pandangan sebagian ahli sejarah, perkumpulan yang dilakukan oleh orang-orang Anshar hanya untuk menentukan Hakim dan penguasa bagi kota Madinah. Tetapi dengan kedatangan beberapa orang dari Muhajirin ke dalam pertemuan tersebut, perbincangan beralih pada pembahasan mengenai penentuan penerus Rasulullah SAW untuk kepemimpinan umat Islam. Pada akhirnya, Abu Bakar yang dibaiat menjadi seorang Khalifah kaum Muslimin.
Keistimewaan Abu Bakar Ash-Shiddiq
Melansir buku Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq bahwa keistimewaan Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah figur yang sangat shalih, setia, dan dapat dipercaya, bahkan menjadi tangan kanan Rasulullah sejak awal perjalanan dakwah hingga akhir hayatnya. Beliau meresapi hikmah, iman, keyakinan, ketakwaan, dan keikhlasan secara mendalam dari sumber-sumber mata air kenabian.
Kehidupan Abu Bakar Ash-Shiddiq yang dihabiskan bersama Rasulullah akhirnya menghasilkan kesalehan, sensitivitas, cinta, keteguhan, keikhlasan, dan pemahaman yang luar biasa. Rekam jejaknya yang mengesankan terlihat dari berbagai sikap dan langkahnya setelah wafatnya Rasulullah, seperti peristiwa pembaiatan sebagai Khalifah di Safiqah Bani Sa'idah dan pengiriman pasukan Usamah serta perang melawan gerakan kemurtadan.
Abu Bakar dapat memperbaiki apa yang rusak, membangun kembali yang dihancurkan, menyatukan kembali yang tercerai berai, dan meluruskan yang menyimpang. Dedikasinya terhadap Islam dan umatnya tidak pernah luntur, bahkan setelah wafatnya Rasulullah SAW.
Semoga cerita mengenai ketaatan dan kealiman Abu Bakar Ash-Shiddiq berjihad di dalam Islam bisa menjadi teladan bagi anak-anak ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(rap/rap)