PARENTING
Kisah Abdul Muthalib Kakek Nabi Muhammad SAW dan Perjalanan Istimewa di Hidupnya
Hasna Fadhilah | HaiBunda
Rabu, 13 Mar 2024 20:30 WIBSebagai seorang Muslim, tentu Bunda mengenal Nabi Muhammad SAW dan berbagai kisah inspiratifnya. Salah satunya yaitu kakek Nabi Muhammad, Abdul Muthalib yang telah merawat Nabi sejak kecil.
Abdul Muthalib memiliki peran penting dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW. Abdul Muthalib begitu menyayangi Nabi Muhammad dan merawatnya sepenuh hati.
Abdul Muthalib dikenal sebagai pemimpin bani Hasyim serta sosok yang dituakan dan dihormati oleh kaum Quraisy. Beliau memiliki kisah hidup yang penuh makna yang patut diteladani.
Bagaimanakah kisah hidup dan perjalanan Abdul Muthalib semasa hidupnya? Berikut, Bunda, kisah inspiratif Abdul Muthalib untuk Si Kecil yang bisa dijadikan sebagai teladan.
Mengenal sosok kakek Nabi Muhammad yang merawatnya sewaktu kecil
Sejak dilahirkan, Nabi Muhammad sudah menjadi yatim karena ayahnya meninggal sejak beliau masih di dalam kandungan ibunya. Maka dari itu kemudian Nabi Muhammad diasuh oleh kakeknya yang bernama Abdul Muthalib bin Hasyim.
Abdul Muthalib jugalah yang memberi nama Muhammad ketika dilahirkan. Saat itu, nama Muhammad adalah nama yang tidak ada yang menggunakan di daratan Arab. Nama Muhammad didapatkan Abdul Muthalib ketika ia pergi ke Syam untuk berdagang.
Di sana, ia bertemu dengan seorang pendeta yang memberitahukan bahwa akan lahir seorang nabi terakhir di wilayah Abdul Muthalib yang bernama Muhammad. Semenjak ayah dan ibu Nabi Muhammad wafat, Abdul Muthalib-lah yang merawat Nabi sewaktu kecil hingga berusia 8 tahun. Abdul Muthalib wafat dalam usia 80 tahun.
Mengutip dari detikcom, disebutkan Abdul Muthalib memiliki beberapa istri semasa hidupnya. Salah satu istrinya yaitu Fathimah binti Amir bin Adiz melahirkan tujuh orang anak yaitu Abdullah, Abdu Manaf, Baidha, Umaimah, Barrah, Atikah, dan Arwa. Abdullah merupakan ayah dari Nabi Muhammad SAW. Apabila dihitung, secara keseluruhan Kakek Nabi Muhammad memiliki 15 orang anak.
Abdul Muthalib merupakan salah satu pemuka masyarakat dan tokoh terpandang bani Quraisy. Hal ini dikarenakan Abdul Muthalib menjadi kepala segala urusan yang terjadi di sekitar kota Mekah. Selain itu, disebutkan pula bahwa Abdul Muthalib merupakan penemu sumur zamzam yang sempat hilang.
Agama yang dianut Abdul Muthalib
Menurut buku Berislam di Era Milenial yang dikutip dari detikcom, agama yang dianut oleh kakek Nabi Muhammad atau Abdul Muthalib adalah agama Hanif. Buya Hamka dalam bukunya Tafsir al-Azhar menjelaskan bahwa agama Hanif merupakan ajaran yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim AS. Agama ini mengajarkan pengikutnya mengenai fitrah manusia dan ketauhidan atau mempercayai Tuhan Yang Esa.
Agama Hanif sudah ada jauh bahkan sebelum munculnya Islam. Salah satu bukti yang memperkuat hal ini ialah Ka’ab bin Luai bin Ghali. Kakek Nabi Muhammad SAW dikelompokkan oleh para peneliti dalam golongan para Hanif atau Al-Ahnaf. Namun, meski Abdul Muthalib beragama Hanif, kesehariannya tidak lepas dari pengaruh Yahudi, baik dalam pandangan hidup ataupun tradisi-tradisi yang dilakukannya.
Hadis tentang agama kakek Nabi Muhammad SAW
Agama Abdul Muthalib ini juga sempat dibahas dalam salah satu hadis yang mengisahkan mengenai situasi ketika paman Nabi, Abu Thalib sebelum meninggal, seperti yang diriwayatkan oleh Sa’id ibnu Musayyab, dari ayahnya.
Dikisahkan ketika Abu Thalib menjelang ajalnya, Rasulullah mendatangi beliau. Kemudian Rasulullah melihat Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah ibnul-Mughirah berada di sisi Abu Thalib. Rasulullah SAW lantas bersabda, “Wahai Paman! Ucapkanlah laa ilaaha illallaah, sebuah perkataan yang aku persaksikan untukmu di sisi Allah SWT.”
Lalu, Abu Jahal dan Abdullah bin Umayyah mengatakan, “Hai Abu Thalib! Apakah kamu membenci agama Abdul Muthalib?”
Rasulullah SAW lantas senantiasa mengucapkan laa ilaaha illallaah kepada Abdul Thalib sembari terus mengulanginya. Namun, Abu Thalib mengatakan di akhir ucapannya bahwa ia tetap menganut agama Abdul Muthalib. Beliau enggan mengucapkan laa ilaaha illallaah.
Rasulullah SAW berkata, “Demi Allah, aku akan memintakan ampunan untukmu selama tidak dilarang.”
Berdasarkan riwayat hadis tersebut, dapat disimpulkan bahwa Abu Thalib mengikuti agama yang dianut oleh ayahnya yaitu Abdul Muthalib. Sebagaimana yang sudah dibahas sebelumnya, agama yang dipercayai oleh Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad SAW yaitu agama Hanif.
Rasa sayang Abdul Muthalib kepada cucunya Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW yang lahir dalam kondisi yatim, tak lama kemudian harus merasakan duka mendalam kembali karena ibunya, Aminah meninggal dunia. Hal ini membuat Nabi Muhammad menjadi yatim piatu sejak kecil. Dalam buku Nabi Muhammad SAW - Kisah Manusia Paling Mulia di Dunia (2017), dikisahkan Ummu Aiman membawa Nabi Muhammad menuju rumah kakeknya, Abdul Muthalib.
Ia menyampaikan kabar kematian Amina, ibunda Nabi. Saat mendengar kabar tersebut, betapa sedih hati Abdul Muthalib. Ia menyambut kedatangan cucu yang sangat dicintainya itu dengan berlinang air mata. Namun, Abdul Muthalib tidak mau berlarut dalam kesedihan. Dipeluknya cucunya tersebut, dihibur, dan dibesarkan hatinya. Abdul Muthalib bertekad untuk membahagiakan cucu kesayangannya tersebut.
Sejak saat itu, Nabi Muhammad tinggal bersama sang kakek. Nabi Muhammad selalu dibawa Abdul Muthalib kemanapun ia pergi. Nabi juga sering diajak untuk melihat hewan ternaknya yang banyak.
Nabi selalu diajak bermain dan bercengkarama. Begitu pun ketika Abdul Muthalib hendak berdoa dan beribadah di sisi Kakbah. Terkadang, Nabi Muhammad akan diajak duduk bersama di permadani yang berada di sekitar Kakbah.
Kisah Abdul Muthalib, kakek Rasulullah SAW yang paling dituakan kaum quraisy
Abdul Muthalib ternyata memiliki pengaruh yang sangat besar di kalangan kaum Quraisy. Beliau menjadi orang yang paling tua di bangsa Quraisy, sekaligus tempat kembalinya semua urusan yang terjadi di kota Mekah. Semasa hidupnya, Abdul Muthalib dikenal sebagai sosok yang paling terpandang, ia memiliki sikap yang bijaksana dan karismatik.
Sebagai sosok pembesar kaum Quraisy, Abdul Muthalib telah memimpin bangsanya dan melewati berapa peristiwa menarik. Salah satu di antaranya yaitu ketika Raja Abrahah hendak menyerbu kota Mekah dengan membawa pasukan gajah miliknya.
Abdul Muthalib langsung menghadang Abrahah, ia memperingatkan raja bengis tersebut agar mengundurkan niatnya menghancurkan Kakbah. Sebab Kakbah merupakan milik Allah SWT dan tempat yang disucikan oleh kaum Quraisy.
Dan benar saja, ketika Abrahah dan pasukannya hendak menyerbu Kakbah, Allah SWT mengirimkan pasukan burung Ababil yang membawa kerikil Sijjil. Tentara Abrahah pun tunggang langgang, bahkan beberapa mati bergelimpangan.
Kisah kakek Nabi Muhammad yang menemukan kembali sumur zamzam
Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad merupakan seorang pembesar di kalangan kaum Quraisy. Salah satu kisah Abdul Muthalib yang paling terkenal ialah sewaktu beliau menemukan kembali sumur zamzam yang sempat hilang.
Pada masa tersebut, sumber air merupakan sesuatu yang berharga karena kondisi wilayah sekitar Mekah yang kering. Penemuan sumur zamzam ini menjadikan Abdul Muthalib semakin dihormati oleh kaum Quraisy. Ia pun dipercaya sebagai sosok yang mengurus mata air suci tersebut.
Dalam Sirah Nabawiyah, Ibnu Hisyam mengisahkan sebuah kisah dari Muhammad bin Ishaq al-Muththalibi tentang mimpi Abdul Muthalib. Ketika itu, Abdul Muthalib tengah tertidur di atas Hijr Ismail, ia lalu bermimpi diperintahkan untuk menggali sumur zamzam. “Galilah! Galilah!” ujar seseorang yang mendatangi Abdul Muthalib dalam mimpinya.
Lalu Abdul Muthalib bertanya, “Apa itu Thaibah?” namun orang itu malah menghilang.
Pada malam berikutnya, Abdul Muthalib kembali tertidur di Hijr Ismail dan mengalami mimpi yang sama. Mimpi tersebut terus berulang. Hingga pada mimpi kesekian kalinya, Abdul Muthalib kembali didatangi oleh orang yang sama.
Orang tersebut berkata, “Galilah zamzam!”
Abdul Muthalib lantas bertanya, “Apa itu zamzam?”
Orang tersebut menjawab, “Sumur yang tidak akan pernah habis atau mengering, memuaskan dahaga jemaah haji yang datang berduyun-duyun. Sumur itu ada di antara kotoran dan darah, di sisi lubang gagak berkaki putih, di dekat sarang semut.”
Setelah mendengar penjelasan tersebut, Abdul Muthalib merasa yakin bahwa orang itu bisa dipercaya. Ia pun bergegas mengambil cangkul bersama anaknya, Harits bin Abdul Muthalib. Keduanya berhasil menemukan sumber air zamzam yang dimaksud.
Ibnu Hisyam mengatakan posisi zamzam saat itu tertimbun di antara dua patung Quraisy yang bernama Isaf dan Nailah. Lokasinya berada di tempat penyembelihan hewan kurban kaum Quraisy.
Sejak saat itulah, Abdul Muthalib mendapat gelar baru yaitu Harifatu Abdil Muththalib yang artinya orang yang menggali dan berhasil menemukan keberadaan zamzam yang sempat hilang adalah Abdul Muthalib.
Demikianlah kisah kakek Nabi Muhammad SAW, Abdul Muthalib, seorang pembesar Quraisy yang memiliki keteladanan yang bisa ditiru oleh umat Islam. Semoga dengan lebih mengetahui kisah Abdul Muthalib, Bunda dapat mengajarkan Si Kecil kisah-kisah inspiratif dalam rangka meningkatkan iman dan islam.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!