HaiBunda

PARENTING

Benarkah MPASI Bayi Pakai Bahan Organik Jadi Lebih Bergizi?

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Selasa, 23 Apr 2024 17:12 WIB
Ilustrasi Benarkah MPASI Bayi Pakai Bahan Organik Jadi Lebih Bergizi?/Foto: iStock
Jakarta -

Kini, semakin banyak orang tua yang memilih untuk memberikan makanan organik kepada anak, terutama pada masa MPASI. Banyak yang mengira itu lebih sehat dan alami.

Selain itu, masyarakat memilih makanan organik karena berbagai alasan, termasuk rasa, pertimbangan lingkungan, dan kepedulian terhadap kesejahteraan hewan. Namun, alasan paling umum untuk memberikannya kepada anak-anak adalah keyakinan bahwa itu lebih sehat dan karena itu lebih baik bagi mereka. Benarkah demikian?

Mengutip dari Made for Mums, perbedaan utama antara makanan organik dan non organik adalah makanan organik mengandung lebih sedikit residu pestisida dibandingkan makanan yang ditanam secara konvensional.


Selain itu, makanan organik tidak diperbolehkan mengandung pewarna, perasa atau pemanis buatan, atau bahan hasil rekayasa genetika (GM).

Daging organik penekanan lebih besar diberikan pada kesejahteraan hewan. Antibiotik tidak secara rutin ditambahkan ke pakan ternak, seperti halnya peternakan hewan konvensional, karena terdapat kekhawatiran bahwa praktik tersebut menyebabkan resistensi terhadap antibiotik pada manusia.

Benarkah Bahan Makanan Organik Lebih Bergizi?

Amelia McBride, MS, CD, ahli diet anak di Rumah Sakit Intermountain Riverton di Riverton, UT menjelaskan jika bahan organik tidak lebih bergizi dari yang lain. "Dari sudut pandang nutrisi, pilihan organik tidak lebih bergizi, dan biaya dapat menjadi hambatan bagi beberapa keluarga," ujarnya.

Sebuah penelitian di Universitas Stanford menemukan bahwa makanan bayi organik memiliki risiko kontaminasi pestisida yang lebih rendah. Namun, makanan bayi konvensional jarang melebihi batas pestisida yang ditetapkan oleh EPA (Badan Perlindungan Lingkungan AS).

“Jika metode produksi organik penting bagi Anda dari sudut pandang lingkungan, Anda mungkin merasa bahwa organik sepadan dengan biaya tambahannya,” tambah Amelia. 

Bagaimana dengan Makanan Olahan Organik?

Argumen untuk membeli makanan organik olahan tidak semeyakinkan argumen untuk membeli makanan organik segar. Hal ini karena proses pengolahan itu menghancurkan beberapa residu dalam makanan segar, sehingga hanya menyisakan sedikit sisa pada produk akhir.

Misalnya, residu pestisida tidak pernah ditemukan pada pasta yang diproduksi secara konvensional, sehingga orang mungkin mempertanyakan perlunya membeli pasta organik.

Lalu, untuk sereal sarapan, produk non-organik sebenarnya bisa menjadi pilihan yang lebih baik untuk anak-anak, karena tambahan vitamin dan mineral tidak diperbolehkan dalam varietas organik, Bunda.

Namun, banyak makanan olahan organik, seperti makanan siap saji anak, kacang panggang, sosis, keripik, dan biskuit, masih mengandung kadar gula, lemak, atau garam yang tinggi, sehingga sebaiknya hanya dimakan sesekali.

Makanan organik belum tentu lebih bergizi dalam hal vitamin dan mineral yang diberikannya untuk bayi dibandingkan makanan non-organik. Penelitian saat ini menemukan bahwa tidak ada perbedaan penting kandungan nutrisi pangan organik dibandingkan pangan yang dibudidayakan secara intensif.

Hal yang terpenting adalah memberi bayi makanan yang bervariasi dan bergizi, baik organik atau tidak.

Jaga Hubungan yang Sehat dengan Makanan

Dilansir dari laman Unicef, memiliki pola pikir sehat seputar makan adalah kunci kesehatan seumur hidup dan melindungi terhadap penyakit seperti penyakit jantung, kanker, dan diabetes. Bunda dapat membantu membimbing anak dengan:

  • Membantu mereka memahami apakah mereka lapar secara fisik. Ini akan membantu mereka menjadi selaras dengan kebutuhan tubuh mereka.
  • Menjauhi penggunaan makanan sebagai hadiah atau hukuman. Menggunakan makanan dengan cara seperti ini dapat menyebabkan anak memiliki hubungan yang tidak sehat dengan makanan.
  • Tidak melarang makanan tertentu. Justru jika kita melarang makanan bisa membuat anak semakin menginginkannya. Mengingat, keingintahuan anak di usia dini sangat tinggi. Bunda hanya perlu membatasi frekuensi memakan makanan tersebut.

Daripada mengatakan tidak pada makanan dan minuman tidak sehat yang tinggi lemak tidak sehat, garam dan gula (misalnya gorengan, pancake/martabak manis kental manis, coklat, permen, minuman soda, keripik kentang), batasi ukuran porsinya dan menciptakan ekspektasi untuk jarang mengonsumsinya (yaitu tidak setiap hari).

Bicarakan dengan anak mengapa makanan tertentu merupakan pilihan yang lebih baik dibandingkan makanan lainnya. Misalnya, jika anak menginginkan sesuatu yang manis, jelaskan mengapa makanan utuh dengan gula alami seperti sepotong buah adalah pilihan yang lebih baik dibandingkan makanan olahan seperti sereal manis dengan tambahan gula.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fir/fir)

Simak video di bawah ini, Bun:

Bayi 7 Bulan Belum Bisa Duduk, Coba 5 Cara Ini untuk Stimulasi, Bun

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Pemain Timnas Rizky Ridho dan Istri Umrah setelah Nikah, Ini Potret Kebahagiaannya

Mom's Life Annisa Karnesyia

Ini 3 Dosa yang Menghapus Pahala sebesar Gunung

Mom's Life Amira Salsabila

Istana Inggris Diduga Balas Konten Viral Dance Hamil Meghan Markle, Posting Unggahan Ini

Kehamilan Annisa Aulia Rahim

Mengenal Orang Tua Overprotektif: Ciri-ciri, Bahaya, dan Cara Mengatasinya

Parenting Kinan

Humaira Putri Zaskia Sungkar Ultah Pertama, Intip 5 Potret Keseruan Playdatenya

Parenting Nadhifa Fitrina

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Pemain Timnas Rizky Ridho dan Istri Umrah setelah Nikah, Ini Potret Kebahagiaannya

Mengenal Orang Tua Overprotektif: Ciri-ciri, Bahaya, dan Cara Mengatasinya

Ini 3 Dosa yang Menghapus Pahala sebesar Gunung

Istana Inggris Diduga Balas Konten Viral Dance Hamil Meghan Markle, Posting Unggahan Ini

Humaira Putri Zaskia Sungkar Ultah Pertama, Intip 5 Potret Keseruan Playdatenya

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK