Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Aturan Memberikan Makanan Berkuah untuk MPASI Menurut Dokter, Perhatikan Hal Ini

Mutiara Putri   |   HaiBunda

Minggu, 11 Feb 2024 15:50 WIB

Ilustrasi sup bening
Ilustrasi MPASI Berkuah/Foto: Getty Images/iStockphoto/Amarita

Bayi berusia 6 bulan ke atas sudah bisa diajarkan mengenal makanan bertekstur, Bunda. Namun, bolehkah Si Kecil mengonsumsi makanan berkuah selama masa MPASI?

Anak yang sudah memasuki masa MPASI mungkin sering melakukan gerakan tutup mulut atau GTM. Penyebab dari GTM sendiri bisa beragam, termasuk rasa makanan serta tekstur yang tidak sesuai.

Untuk mengatasi anak yang GTM, Bunda seringkali memberikan Si Kecil makanan yang berkuah, ya? Namun, bolehkah hal ini dilakukan?

Pemberian minum dan makanan berkuah saat MPASI

Menurut Dokter Spesialis Anak, dr. Hans Natanael, Sp.A, BCCS, CIMI, CBATR, C.Hydro, pemberian minum saat MPASI diperbolehkan bagi bayi di bawah usia 1 tahun. Namun, pemberiannya hanya boleh pada saat sedang makan, ya.

"Kalau dikasih minum, itu biasanya kalau lagi MPASI apalagi di bawah 1 tahun itu boleh pada saat makan. Jadi jawabannya boleh, tetapi tidak terlalu banyak dan hanya pada saat makan saja, bukan di luar makan," katanya dalam Instagram Live bersama HaiBunda, baru-baru ini.

"Kenapa? Dia bisa bikin kembung, bisa bikin makannya kurang dan enggak usah khawatir, sebenarnya susu saja itu kan ada kandungan air. Makanan MPASI ada kandungan air. Jadi sebenarnya tanpa diberikan air putih sudah ada kandungan air yang diberikan kepada anak," sambungnya.

Hal serupa juga berlaku untuk makanan MPASI yang berkuah, Bunda. Menurut dr. Hans, MPASI yang berkuah boleh diberikan tetapi tidak dibiasakan hingga usia besar.

"Kok kayaknya makanan berkuah lebih lep (cepat dimakan anak) gitu, ya. Tapi hati-hati. Kalau (usia MPASI) awal, oke. Tapi jangan kebiasaan sampai nanti usia 9 bulan, 10 bulan, setahun. Kebiasaan makanannya berkuah atau cenderung begitu terus," paparnya.

Lantas, apa yang akan terjadi jika anak terus diberikan makanan berkuah hingga usia besar? Simak penjelasan selengkapnya pada laman berikutnya, ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!


OROMOTOR ANAK TIDAK TERSTIMULASI

Ilustrasi sup ayam

Ilustrasi MPASI Berkuah/Foto: Getty Images/iStockphoto/Nataly Hanin

Risiko anak makan MPASI berkuah terus menerus

Dalam kesempatan yang sama, dr. Hans turut menjelaskan risiko yang akan dirasakan anak ketika mereka terus mendapatkan MPASI yang berkuah. Beberapa di antaranya adalah oromotor yang tidak terstimulasi serta menyebabkan GTM.

"Justru ketika kita berikan air atau kuah di dalam makanan yang cenderung banyak yang tidak sesuai dengan kaidahnya, itu justru membuat oromotor anak tidak terstimulasi dengan baik. Akibatnya, nanti bisa GTM juga," jelasnya.

Ketika anak terlalu sering diberikan MPASI yang berkuah, anak pun akan terbiasa, Bunda. Karena itu, mereka tidak mengenal tekstur yang keras.

Banner Resep Enak Tanpa Minyak & Garam

Ketika Bunda memberikan mereka makanan dengan tekstur yang berbeda, anak akan menolaknya. Jadi, dr. Hans pun menyarankan agar pemberian MPASI berkuah tidak dilakukan secara terus menerus.

"Begitu anak dikasih makanan yang teksturnya keras sedikit, enggak mau. Begitu anak diganti tekstur, enggak mau. Nah itu harus hati-hati. Jadi kayak jalan pintas, tetapi enggak bisa diaplikasikan terus menerus," ujarnya.

"Jadi tetap mengikuti pemberian air pada saat makan tetapi sesuai dengan anjurannya dan kandungan air yang disarankan. Dan memang tidak terus-menerus sampai di atas setahun begitu terus. Jadi mulai dikurangi bertahap," sambung dr. Hans.

Demikian informasi mengenai aturan pemberian MPASI berkuah pada anak, Bunda. Semoga bermanfaat, ya.

Jangan lupa intip lagi video MPASI untuk menambah berat badan bayi berikut ini:

[Gambas:Video Haibunda]




(mua/fir)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda