Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Negara-negara Ini Liburkan Sekolah Gara-gara Cuaca Panas Ekstrem, Bagaimana di Indonesia?

Annisa A   |   HaiBunda

Selasa, 30 Apr 2024 18:00 WIB

Ilustrasi cuaca panas
Negara-negara Ini Liburkan Ribuan Sekolah Gara-gara Cuaca Panas Ekstrem, Bagaimana di Indonesia? / Foto: iStock

Dunia tengah menghadapi krisis iklim yang serius. Sejumlah negara mengalami cuaca panas ekstrem hingga sekolah terpaksa diliburkan.

Di Bangladesh, sekitar 33 juta anak terpaksa berhenti sekolah karena suhu di beberapa bagian negara tersebut melonjak hingga melampaui 42 derajat Celcius.

Melansir dari BBC, sekolah dan perguruan tinggi di Banglades ditutup hingga 27 April 2024. Ini bukan pertama kalinya negara tersebut mengeluarkan kebijakan libur sekolah karena cuaca panas.

Pada tahun sebelumnya, pemerintah Bangladesh telah melakukan tindakan serupa karena cuaca ekstrem di negara tersebut.

"Anak-anak di Bangladesh termasuk yang termiskin di dunia, dan penutupan sekolah akibat cuaca panas seharusnya menjadi peringatan bagi kita semua," ucap Direktur Save the Children's Bangladesh, Shumon Sengupta.

Belum lama ini, ribuan umat Islam di Bangladesh berkumpul di masjid dan lapangan pedesaan untuk melakukan doa bersama agar diturunkan hujan.

"Kehidupan menjadi tak tertahankan karena kurangnya hujan... Masyarakat miskin sangat menderita," tutur ulama Muhammad Abu Yusuf kepada kantor berita AFP.

Di kesempatan itu, Abu Yusuf memimpin salat subuh yang diikuti oleh 1.000 jamaah di bagian pusat ibu kota Dhaka pada Rabu (24/4/2024) pekan lalu.

Penderitaan masyarakat Bangladesh masih belum usai. Otoritas cuaca Bangladesh memperkirakan panas ekstrem akan terus berlanjut setidaknya selama seminggu ke depan, Bunda.

Kementerian Kesehatan Bangladesh telah meminta rumah sakit dan klinik untuk bersiap menghadapi peningkatan jumlah pasien akibat penyakit yang berhubungan dengan cuaca panas, seperti demam dan sakit kepala. Pasien yang terkena dampak cuaca panas akan dirawat di bangsal yang dilengkapi pendingin udara.

"Para pemimpin perlu bertindak sekarang untuk segera mengurangi suhu yang memanas, serta mempertimbangkan anak-anak, terutama mereka yang terkena dampak kemiskinan, kesenjangan dan diskriminasi dalam pengambilan keputusan dan pendanaan iklim," ujar Sengupta.

UNICEF telah memperingatkan bahwa lebih dari 243 juta anak di Asia Timur dan Pasifik berisiko terkena penyakit akibat panas dan kematian.

Suhu tinggi juga dapat menimbulkan bahaya bagi bayi, terutama para newborn atau bayi baru lahir. Pasalnya, tubuh bayi belum memiliki kemampuan untuk mengatur suhu badan dibandingkan orang dewasa.

Selain Bangladesh, krisis iklim juga dialami oleh negara lain. Dalam rentang waktu Januari-April 2024, sudah ada 30 orang yang meninggal dunia akibat cuaca panas di Thailand. Sementara itu pada tahun sebelumnya, ditemukan 37 kasus kematian serupa, menurut laporan Kementerian Kesehatan Thailand.

Di seberang perbatasan Myanmar, suhu diketahui sudah melebihi angka 45 derajat Celcius sejak pekan lalu.

Filipina liburkan sekolah karena cuaca panas

Seperti Bangladesh, Filipina juga melakukan penutupan sekolah ketika gelombang panas terus melanda Asia, Bunda. Di awal April 2024, sekitar 47.000 sekolah di Filipina meniadakan kelas tatap muka karena suhu yang sangat panas.

Penangguhan kelas tatap muka di Filipina terjadi setelah Manila mengalami suhu tertinggi yang pernah tercatat. Indeks panas yang mencapai 45 derajat Celcius membuat situasi ini tidak aman bagi para siswa.

Pasalnya, banyak sekolah di Filipina tak memiliki pendingin udara alias AC. Para siswa harus berpanas-panasan di ruang kelas yang padat dan berventilasi buruk.

Insiden kebakaran turut terjadi di Filipina dari Januari hingga Maret 2024. Kasusnya meningkat sebesar 24 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.

Otoritas pemadam kebakaran mengatakan, api dipicu oleh gangguan arus listrik dari kipas angin yang terlalu panas karena digunakan secara terus-menerus.

Dari berbagai kasus yang ditemukan, negara-negara di Asia tengah menanggung beban terberat akibat cuaca ekstrem dalam beberapa tahun terakhir.

"Banyak negara di kawasan ini mengalami rekor tahun terpanas pada tahun 2023, bersamaan dengan serangkaian kondisi ekstrem, mulai dari kekeringan dan gelombang panas hingga banjir dan badai," bunyi laporan resmi dari Organisasi Meteorologi Dunia.

Melansir dari Channel News Asia, banyak orang di Filipina yang berbondong-bondong masuk ke pusat perbelanjaan ber-AC dan pergi ke kolam renang demi mendinginkan diri.

"Ini adalah suhu terpanas yang pernah saya alami di sini. Banyak tamu (di penginapan) adalah teman dan keluarga. Mereka berenang di kolam untuk melawan panas," ujar seorang penduduk bernama Nancy Bautista.

Lantas, bagaimana dengan situasi di Indonesia? Baca di halaman berikutnya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!


CUACA PANAS DI INDONESIA

Ilustrasi cuaca panas

Ilustrasi Cuaca Panas / Foto: Getty Images/Phira Phonruewiangphing

Cuaca panas ekstrem menjadi permasalahan di berbagai negara, hingga berdampak pada penutupan sekolah. Lalu, bagaimana dengan Indonesia?

Hingga artikel ini ditulis, pemerintah Indonesia belum mengeluarkan kebijakan terkait diliburkannya sekolah karena cuaca panas tinggi, Bunda.

Kendati demikian, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah mengeluarkan peringatan kepada beberapa wilayah yang diperkirakan mengalami pergeseran musim kemarau.

Banner Gejala Awal Autoimun

Musim kemarau di Indonesia

Melansir dari CNBC Indonesia, BMKG menyebutkan musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia 2024 akan mundur dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, suhu diperkirakan lebih panas dari musim kemarau pada tahun lalu.

Puncak musim kemarau 2024 diprediksi terjadi pada Juli dan Agustus mendatang, Bunda. Pergeseran musim kemarau ini terjadi di sekitar 40 persen wilayah Indonesia. Sementara itu, 25 persen wilayah lain mengalami musim kemarau lebih awal.

"Jika dibandingkan terhadap rerata klimatologinya (periode 1991-2020), maka awal musim kemarau 2024 di Indonesia diprediksi mundur pada 282 ZOM (40 persen), sama pada 175 ZOM (25 persen), dan maju pada 105 ZOM (15 persen)," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan pers resminya.

Berikut ini adalah wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau mundur dari biasanya:

  • Sebagian Sumatra Utara
  • Sebagian Riau
  • Lampung
  • Banten
  • Jakarta
  • Jawa Barat
  • DIY
  • Jawa Timur
  • Sebagian besar Kalimantan
  • Sebagian Bali
  • NTB
  • Sebagian NTT
  • Sebagian Sulawesi Tenggara
  • Sebagian Sulawesi Barat
  • Sebagian besar Sulawesi Tengah
  • Gorontalo
  • Sebagian Sulawesi Tengah
  • Sebagian Maluku

Sementara itu, fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) atau El Nino diprediksi akan segera menuju netral pada Mei, Juni, Juli 2024 dan setelah triwulan ketiga (Juli-Agustus-September) 2024 berpotensi beralih menjadi La Nina-Lemah.


(anm/rap)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda