PARENTING
Normalkah Bayi 2 Bulan Tidak BAB Selama 7 Hari?
Kinan | HaiBunda
Senin, 20 May 2024 19:21 WIBSistem pencernaan bayi usia 2 bulan masih dalam masa adaptasi, sehingga terkadang bisa memengaruhi frekuensi buang air besarnya. Namun, normalkah bayi 2 bulan tidak BAB selama 7 hari?
Dikutip dari laman Parents, ada banyak batasan normal mengenai frekuensi buang air besar pada bayi dan hal ini juga akan berubah seiring pertumbuhannya.
Kemungkinan bayi baru lahir yang mendapat ASI akan buang air besar setelah hampir setiap sesi menyusui, biasanya sekitar 8-10 kali setiap hari.
Kenapa sering sekali? Refleks gastrokolik bayi belum matang, yang berarti usus besar mereka diberi sinyal untuk mengosongkan setiap kali perutnya meregang karena makanan (ASI maupun susu formula).
Kemampuan BAB pada bayi 2 bulan
Setelah beberapa minggu, jadwal buang air besar bayi yang minum ASI akan berubah. Secara rata-rata mereka akan buang air besar sekitar 3-4 kali sehari.
Ketika Si Kecil berusia sekitar 2 bulan, ia mungkin akan buang air besar dengan frekuensi lebih sedikit lagi yakni hanya sekali seminggu.
Hal ini karena ASI memiliki keseimbangan nutrisi yang sempurna untuk bayi, sehingga sisa yang dihasilkan dari ASI sering kali sangat sedikit.
Biasanya Bunda tidak perlu khawatir jika bayi tidak BAB selama beberapa hari, kecuali warna atau konsistensi fesesnya terlihat tidak normal.
Bayi tidak BAB beberapa hari, pasti konstipasi?
Frekuensi buang air besar cenderung melambat pada bayi usia 1,5 hingga 2 bulan, baik pada bayi yang minum ASI maupun susu formula.
Tak perlu khawatir, ini justru menjadi pertanda bahwa sistem pencernaan bayi akan semakin efisien dan 'matang'. Pada tahap ini, biasanya tidak menjadi masalah jika bayi buang air besar hanya satu atau dua kali seminggu.
Oleh karena itu, jika bayi sudah lama tidak buang air besar, perhatikan mood-nya. Apakah mereka ceria seperti biasanya? Atau apakah mereka tampak lebih rewel atau tidak nyaman, terutama setelah disusui?
Jika bayi tampak lebih rewel, kehilangan nafsu makan, dan konsistensi fesesnya keras, ia mungkin mengalami konstipasi. Tanda-tanda sembelit pada bayi antara lain pendarahan ringan setelah buang air besar, tidak mau makan, dan wajah tegang saat buang air besar.
Dikutip dari Health Service Executive (HSE), bayi mungkin mengalami konstipasi jika kotorannya terlihat seperti butiran kering yang keras dan tidak meresap ke dalam popok.
Bayi tidak mengalami konstipasi atau sembelit jika kotorannya lunak, meskipun popoknya tidak kotor selama 1 atau 2 hari.
Kapan harus cek ke dokter?
Jika Bunda masih mengkhawatirkan frekuensi buang air besar Si Kecil atau ia sudah seminggu lebih tidak buang air besar, segera hubungi dokter.
Nantinya dokter akan mengevaluasi kondisi kesehatan bayi secara keseluruhan dan memeriksa apakah kemungkinan ia mengalami alergi protein susu.
Obat pencahar jarang digunakan pada bayi yang mengalami konstipasi. Namun sebagai cara alami, dokter mungkin akan menyarankan agar bayi dimandikan dengan air hangat dan dilakukan pijatan ringan di perutnya.
Tips melancarkan BAB pada bayi
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membantu melancarkan BAB pada bayi, di antaranya:
- Memandikan bayi dengan air hangat untuk mengendurkan ususnya.
- Pijat lembut perut bayi searah jarum jam. Lakukan gerakan melingkar yang tegas namun lembut dari pusar ke arah luar.
- Baringkan bayi telentang dan gerakkan perlahan kakinya ke belakang dan ke depan seperti gerakan 'bersepeda'.
- Jangan pernah memberikan obat pencahar pada bayi kecuali dokter menyarankannya.
Hal yang tak kalah penting, pastikan kebutuhan cairan harian Si Kecil terpenuhi. Bayi usia 0 hingga 6 bulan harus mengonsumsi 700 ml cairan per hari, baik dari ASI atau susu formula.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir/fir)