
parenting
Kapan Bayi Mulai Tengkurap, Duduk, Merangkak, dan Berjalan?
HaiBunda
Kamis, 13 Jun 2024 19:07 WIB

Daftar Isi
Anak tumbuh dengan pesat pada satu tahun pertama kehidupannya. Setelah Si Kecil berusia tiga bulan, para bunda biasanya tidak sabar menanti waktu kapan anak bisa mulai tengkurap, duduk, hingga berjalan.
Menyaksikan anak tumbuh dan berkembang adalah satu hal yang sangat membahagiakan bagi Ayah dan Bunda. Tiap tahap perkembangan yang ditunjukkan oleh Si Kecil tentu membawa rasa haru dan bahagia di hati, ya.
Setelah kuat mengangkat lehernya, anak akan mulai belajar tengkurap, duduk, dan berjalan. Tapi kapan sebenarnya hal itu akan terjadi?
Perkembangan tersebut dapat Bunda nantikan di tiap fase pertambahan usia bayi, yang bisa ditandai setiap bulannya. Namun, tahukah Bubun di umur berapa saja Si Kecil bisa duduk hingga berjalan?
Untuk mengetahuinya, yuk, simak informasi lengkap mengenai umur dan tahap-tahap perkembangan bayi berikut ini, Bunda.
Kapan bayi mulai tengkurap dan membalikkan badan?
Bayi mulai berguling atau membalikkan badan sejak usia empat bulan. Mereka akan bergoyang dari satu sisi ke sisi lainnya. Di usia ini, bayi juga dapat berguling dari tengkurap ke telentang.Â
Kemudian, pada usia enam bulan, bayi biasanya akan berguling ke dua arah. Mereka akan berguling dari tengkurap ke terlentang selama satu atau dua bulan sebelum berguling dari terlentang ke depan.
Cara melatih bayi tengkurap dan membalikkan badan sendiri
Melansir dari What to Expect, berikut cara melatih bayi tengkurap dan membalikkan badan sendiri yang bisa Bunda lakukan di rumah:
1. Siapkan tempat latihan yang aman dan nyaman
Siapkan alas yang lembut seperti karpet atau matras sebelum memulai latihan tengkurap. Pastikan Bunda juga sudah memeriksa keamanan area sekitar bayi. Hindari barang berbahaya dalam jangkauan bayi, seperti gelas kaca atau benda runcing lainnya.
2. Mulai balikkan bayi secara perlahan
Bunda bisa mencoba untuk membalikkan bayi secara perlahan. Saat anak berhasil melakukan tengkurap, lihat reaksinya, apakah mereka nyaman.Â
Jika Si Kecil tidak nyaman dan menangis, jangan dipaksakan, ya. Bunda bisa menggendong untuk menenangkannya. Lalu, saat bayi sudah tenang, mulailah latihan tengkurap kembali.
3. Bantu dengan cermin
Jika anak nyaman saat posisi tengkurap atau tummy time, Bubun bisa masuk ke tahap selanjutnya. Latihlah bayi untuk tengkurap dengan bantuan cermin. Taruh cermin di depan wajah bayi, sehingga Si Kecil berusaha untuk mengangkat kepalanya.Â
4. Letakkan mainan di sekitar bayi
Apabila bayi berhasil untuk tengkurap, Bunda bisa letakkan mainan di sekitarnya untuk memberi rasa nyaman. Selanjutnya, gerakkan mainan tersebut untuk bayi lebih tertarik dan terdorong untuk berbalik.
5. Berikan alat bantuÂ
Agar lebih nyaman saat belajar tengkurap, Bunda bisa sediakan alat bantu untuk Si Kecil, seperti bantal atau kain yang digulung. Alat bantu itu dapat diletakkan di area dada bayi. Namun, pastikan tidak menutupi wajahnya.
Kapan bayi mulai duduk?
Untuk dapat duduk sendiri, bayi harus bisa mengangkat kepalanya tanpa penyangga dan memiliki kekuatan tubuh bagian atas yang kuat. Biasanya, bayi akan mampu mengangkat kepalanya saat usia dua bulan. Kemudian mulai belajar untuk mendorong lengannya untuk tengkurap.Â
Dilansir dari laman Help Me Grow, pada usia empat bulan, bayi mulai mampu menahan kepalanya tanpa bantuan. Kemudian, di usia enam bulan, ia mulai duduk dengan sedikit bantuan.Â
Nah, bayi dapat duduk dengan baik tanpa adanya penyangga saat ia berusia 9 bulan. Meskipun begitu, Bunda perlu siap sedia memperhatikan dan membantunya. Dan akhirnya, memasuki usia 12Â bulan, barulah bayi akan mantap untuk duduk tanpa adanya penyangga atau bantuan.Â
Cara melatih bayi duduk sendiri
Berikut lima cara melatih dan menstimulasi bayi untuk bisa duduk sendiri:
1. Rutin tummy time
Tummy time adalah waktu bermain saat bayi di posisi tengkurap, lalu mendorongnya untuk mengangkat kepala. Kegiatan ini membantu otot leher dan tubuh bagian atasnya menjadi lebih kuat. Alhasil, akan membantunya untuk duduk lebih mudah.
2. Sandarkan di kursi bayi, stroller, atau dipangku
Cara lain yang baik untuk melatih bayi duduk adalah dengan menggunakan stroller atau kereta dorong. Posisi duduk bayi di dalamnya akan melatih dan membiasakannya pada posisi duduk yang benar. Bunda juga bisa mencoba mendudukannya di kursi bayi atau memangkunya langsung.
3. Beri sesuatu untuk dipegang
Semakin sering bayi berlatih duduk dengan bantuan, semakin besar kemungkinan ia akan mencoba duduk sendiri tanpa bantuan atau dukungan tangan orang dewasa. Untuk membantu menstabilkan keseimbangan ini, Bunda dapat mengajak anak bermain tangkap bola dalam posisi duduk, atau memegang tangannya sambil menyanyikan lagu dan menggoyangkannya perlahan sesuai irama.
4. Berlatih duduk di lantai
Stimulasi yang bisa dilakukan agar bayi cepat duduk sendiri adalah melatihnya duduk di lantai. Dudukan ia di lantai, di antara kedua kaki Bunda, lalu berikan dukungan saat ia belajar duduk. Dukungan tersebut akan membantu bayi mengontrol otot dan koordinasinya untuk tetap duduk tegak.
5. Gunakan mainan
Cobalah untuk meletakkan mainan di hadapan bayi saat dia duduk. Hal ini bertujuan untuk ia melatih kekuatan otot tubuhnya dalam menopang.
Kapan bayi mulai merangkak?
Bayi akan mulai merangkak saat ia berusia 7–9 bulan. Ia akan memulainya dengan gerakan bergoyang dengan merangkak mundur terlebih dahulu. Kemudian, gerakan merangkak ini akan berkembang dengan bayi yang merayap dan merangkak ke arah depan.Â
Cara melatih bayi merangkak
Berikut cara yang bisa Bunda lakukan untuk melatih bayi merangkak:
1. Tummy time yang cukup
Tummy time akan membantu bayi mendapatkan otot leher dan tubuh bagian atas yang kuat. Dengan begitu, ia akan bisa dengan bebas bergerak, seperti duduk hingga merangkak.
2. Kurangi penggunaan stroller
Memasuki usia 7-9 bulan, kurangi penggunaan stroller pada bayi. Letakkan bayi di lantai sambil mengajaknya bermain. Aktivitas ini akan meningkatkan kontrol dan koordinasi otot mereka.
3. Sediakan ruang yang nyaman
Siapkan area di lantai dengan aneka mainan yang menarik dan aman. Hal ini akan membantu bergerak bebas dan menstimulasi gerakan merangkak.
4. Main di lantai, duduk, dan merangkak dengan bayi
Bunda bisa coba duduk di lantai dengan bayi. Letakkan Si Kecil di antara kedua kaki Bunda. Kemudian coba untuk membantunya dengan dukungan seperti duduk dan tetap tegak, hingga gerakan merangkak.
5. Cermin di depan bayi
Trik lainnya yang bisa Bubun coba adalah meletakkan cermin di depan bayi. Pantulan bayi di cermin akan memotivasi Si Kecil untuk bergerak cepat dan merangkak perlahan menghampiri objek tersebut.
Kapan bayi mulai berjalan?
Bayi akan mulai berjalan saat ia berusia 9 hingga 12 bulan. Biasanya, ia akan mulai belajar untuk berdiri dahulu lalu mencari tumpuan untuk berdiri.Â
Nah, setelah bayi menguasai posisi berdiri yang nyaman, ia akan mencoba untuk mengayunkan kakinya. Ayunan tersebut merupakan usahanya untuk melangkah.
Seorang dokter spesialis anak, Prof. Dr. dr Rini Sekartini, SpA (K), menjelaskan bahwa syarat bayi bisa berjalan adalah mampu untuk duduk tegak, tanpa adanya penyangga. Nah, kemudian, idealnya bayi akan berjalan dengan baik di saat usia 11-15 bulan. Kemudian, ia akan lancar berjalan di umur yang menginjak 18 bulan.Â
Cara melatih bayi berjalan sendiri
Bunda bisa mencoba melatih kemampuan bayi untuk berjalan dengan beberapa cara berikut ini, lho.
1. Biasakan anak bertelanjang kaki
Bunda bisa coba membiarkan anak untuk bertelanjang kaki. Hal ini dapat membantunya merasakan permukaan yang berbeda-beda. Alhasil, bayi bisa membiasakan diri terhadap tekstur permukaan tiap ia berjalan.
2. Sediakan pegangan kuat untuk jalan
Saat bayi belajar berjalan sendiri, sediakanlah pegangan yang kuat untuk bayi agar dapat menyeimbangkan tiap langkahnya. Pegangan ini dapat berupa meja atau sofa yang mudah dijangkau. Pastikan juga pegangan tersebut aman bila digenggam oleh Si Kecil, ya, Bunda.
3. Stimulasi dengan suara musik
Pilihlah satu mainan yang menarik perhatian anak. Mainan ini nantinya dapat memancing bayi untuk mulai melangkah dan berjalan. Bayi akan mulai mengambil langkah kecil untuk mengejar mainan tersebut.
4. Gunakan baby push walker
Selain mainan, Bunda juga bisa memanfaatkan alat lain seperti baby push walker. Pilihlah baby push walker berwarna cerah dengan aksesoris mainan di sekitarnya. Ini berguna untuk menarik perhatian Si Kecil untuk berjalan lebih jauh. Namun, saat memakai alat ini pastikan untuk mendampingi bayi, dan mengawasinya dengan ketat untuk mencegah bayi terjerembab.
5. Tunjukkan cara berjalan yang benar
Agar anak terbiasa untuk berjalan, Bunda dan Ayah bisa menunjukkan cara berjalan yang benar. Bantulah Si Kecil berjalan dengan memegang lengan dan tangannya, lalu arahkan cara melangkah kecil yang benar.
6. Pancing dengan mainan
Cobalah untuk memutar lagu yang disukai anak. Bunda bisa memberikan contoh cara menikmati lagu anak dengan menggerakkan tangan saat Si Kecil berdiri dan berjalan.Â
7. Lakukan latihan penguatan otot
Latihan ini bisa dibantu dengan gym ball kecil, lalu anak duduk di atasnya. Bunda bisa melatih Si Kecil agar belajar menopang tubuhnya sendiri agar seimbang. Bantulah anak dengan memegang pinggul dan lakukan pijat kecil untuk melatih kekuatan otot-ototnya.
Jenis terapi yang bisa atasi berbagai keterlambatan perkembangan bayi
Setiap bayi atau anak kecil belajar merangkak, berbicara, atau berjalan dengan tingkat kecepatan waktu yang berbeda. Namun, terkadang seringkali hadir anak yang mengalami keterlambatan perkembangan tersebut dibandingkan teman sebayanya.
Keterlambatan bayi dalam berkembang dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut dapat berupa cedera saat lahir, malnutrisi, hingga adanya kelainan genetik dan kromosom, Bun.Â
Menurut Cardinal Glennon Children's Hospital, Bunda dapat mengenali ciri-ciri keterlambatan perkembangan bayi sebagai berikut:
- berguling, duduk, merangkak, atau berjalan lebih lambat dari usia seharusnya
- sulit untuk fokusÂ
- kesulitan berbicara
- sulit mengingat sesuatu
- mengalami gangguan dalam berpikir logis
Bayi dengan keterlambatan perkembangan memang tidak bisa langsung disembuhkan dalam sekali waktu. Oleh karenanya, perlu dilakukan perawatan seperti terapi guna membantu Si Kecil mengejar ketertinggalannya.
Semakin dini terapi ini dilakukan, maka semakin baik dan pesat juga perkembangan yang diperoleh bayi. Dilansir dari Birth Injury Lawyers Alliance, berikut jenis terapi yang bisa atasi keterlambatan perkembangan bayi:
1. Fisik
Apabila Si Kecil mengalami keterlambatan dalam kemampuan gerak fisiknya, Bunda perlu mencoba terapi satu ini. Jenis terapi ini menggunakan rangkaian kegiatan yang melatih peningkatan kekuatan, keseimbangan, dan koordinasi pada anak yang mengalami keterlambatan motorik kasar.
Anak dengan hasil diagnosis cerebral palsy biasanya akan mengalami keterlambatan motorik kasar. Keterlambatan tersebut dapat menyebabkan anak sulit untuk beraktivitas, seperti berjalan, berlari, melompat, dan naik turun tangga.Â
Oleh karenanya, terapi fisik sangat diperlukan untuk melatih kesiapan anggota tubuh, terutama kaki, untuk beraktivitas selayaknya. Apabila dilewatkan, khawatirnya Si Kecil tidak dapat menggunakan kaki sebagaimana mestinya.
2. Okupasi
Jenis terapi ini digunakan untuk membantu anak-anak mengembangkan keterampilan motorik halus. Beberapa aktivitas yang dilakukan dalam terapi ini adalah menulis dengan pensil atau pena, menggenggam benda-benda kecil, dan mengikat tali sepatu.
Terapi okupasi juga dapat membantu anak-anak dengan gangguan pemrosesan sensorik. Gangguan ini menyulitkan anak saat makan atau ketika mereka mendengar suara yang keras.
Tujuan dari terapi ini adalah untuk memberi perhatian dan sensitivitas terhadap respon adaptif yang dimiliki anak. Dengan begitu, anak penyandang autisme juga dapat mengikuti rangkaian terapi ini agar bisa mengejar keterlambatan perkembangannya.
3. Bahasa dan bicara
Anak dengan keterlambatan bahasa dan bicara sulit untuk berkomunikasi. Sulit baginya untuk bisa mengekspresikan apa yang dipikir dan dirasakannya kepada orang-orang di sekitar. Terapi bicara dan bahasa bisa dicoba untuk membangun dan meningkatkan kemampuan komunikasi anak-anak tersebut.Â
Terapi ini ditujukan bagi anak dengan gangguan bahasa reseptif (kesulitan memahami kata-kata dan konsep), gangguan bahasa ekspresif (berkurangnya kosakata dan kalimat yang dikuasainya seiring usia), dan gangguan produksi bicara (kesulitan bicara sebab masalah pada motorik mulut).
Para ahli di terapi ini akan memberikan perawatan yang sesuai dengan kondisi keterlambatan bicara anak. Sebagai contohnya, memberi susu botol atau melatih mengunyah dan menelan makanan untuk meningkatkan kinerja motorik oral. Dengan begitu, anak dapat terbantu untuk berbicara lebih luwes.
4. Keterampilan sosial dan emosional
Terapi keterampilan sosial ditawarkan untuk mengajarkan anak-anak tentang adab dan etika. Mereka diajari bagaimana berperilaku dalam lingkungan sosial, berkomunikasi lebih nyaman, dan mengendalikan perilaku serta emosi anak.Â
Bunda bisa melakukan terapi ini sejak Si Kecil berusia tiga tahun. Terapi sosial juga seringkali ditujukan pada anak dengan keterlambatan perkembangan atau kondisi seperti autisme atau dengan gangguan hiperaktif (ADHD).
Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam terapi ini meliputi keterampilan aktivitas untuk mengenali isyarat sosial, mengartikan isyarat nonverbal, bekerja sama, hingga pelatihan fokus dalam satu kegiatan.Â
5. Kognitif
Jenis terapi yang terakhir ini ditujukan pada anak-anak untuk membantunya fokus pada pemikiran dan perasaan yang positif. Oleh karenanya, terapi ini berfokus pada masalah, seperti kesulitan mengatur perilaku, rasa cemas, hingga gangguan pada sistem kognitif lainnya.
Terapi kognitif dilakukan dengan rangkaian kegiatan yang meminta anak menghadapi hal yang dihindarinya. Sebagai contohnya, anak dengan kondisi fobia akan dihadapkan dengan objek atau kondisi terkait secara perlahan.
Bunda, itulah informasi seputar gerakan perkembangan bayi, mulai dari tengkurap, duduk, merangkak, hingga berjalan. Tiap perkembangan ini perlu dibarengi dengan perhatian Bunda dan Ayah untuk menstimulasi semangat Si Kecil. Semoga informasi ini membantu.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
Bayi Adopsi Punya Milestone Berbeda? Kenali Faktor Penyebab dan Cara Mengatasinya

Parenting
Perkembangan Menakjubkan Bayi 7 Bulan, Sudah Bisa Apa Saja?

Parenting
5 Hal yang Bisa Dilakukan Bayi 7 Bulan, Salah Satunya Senang Berinteraksi

Parenting
Perkembangan pada Bayi Usia 7 Bulan, Sudah Bisa Merangkak

Parenting
5 Ciri Growth Spurt yang Terjadi Pada Bayi dan Cara Mudah Mengatasinya


7 Foto
Parenting
7 Potret Djiwa Anggara Anak Nadine Chandrawinata yang Kini Berusia 7 Bulan
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda