Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

9 Kesalahan Orang Tua saat Menegur Anak dan Cara Memperbaikinya, Waspada Bikin Trauma

Annisya Asri Diarta   |   HaiBunda

Rabu, 29 May 2024 22:20 WIB

Cara menegur anak
Cara menegur anak/ Foto: Getty Images/klingsup
Daftar Isi

Menegur anak yang melakukan kesalahan tentu bertujuan agar Si Kecil berperilaku baik. Namun, tak jarang orang tua melakukan kesalahan dalam menegur anak yang justru menimbulkan dampak negatif seperti trauma.

Masalah ini bisa terjadi karena kurangnya pengetahuan atau kesabaran orang tua dalam menghadapi perilaku anak. Salah satu kesalahan yang sering dilakukan orang tua adalah menegur anak di depan umum. Teguran yang dilakukan di hadapan orang lain dapat membuat anak merasa malu dan rendah diri.

Rasa malu bisa berlanjut menjadi trauma yang memengaruhi rasa percaya diri anak di masa mendatang. Sebaiknya, Bunda menegur Si Kecil secara pribadi dengan cara yang tenang agar mereka merasa dihargai dan lebih mudah menerima nasihat.

Selain itu, menegur dengan kata-kata yang tidak pantas dan memberikan hukuman, juga merupakan kesalahan fatal dalam menegur. Anak yang sering mendapatkan hukuman dan kata-kata yang tidak pantas cenderung tumbuh dengan rasa takut dan tidak aman.

Bunda harus berusaha untuk tetap tenang dan memberikan konsekuensi yang mendidik tanpa mengurangi rasa hormat pada anak. Seorang direktur Yale Parenting Center, Alan Kazdin, mengatakan walaupun hukuman mungkin membuat orang tua merasa lebih baik, namun hal itu tidak akan mengubah perilaku anak.

“Para orang tua mulai berpikir untuk mendidik dan mendisiplinkan anak, namun kemungkinan besar mereka akan beralih ke tindakan lain, seperti berteriak, menyentuh, atau menarik anak mereka dengan kuat. Meski niat mereka baik, tindakan tersebut tidak efektif,,” katanya yang dikutip dari CNBC Make It. 

Kesalahan orang tua saat menegur anak dan cara memperbaikinya

Mengutip Very Well Family, berikut kesalahan orang tua saat menegur anak dan cara memperbaikinya. Simak selengkapnya, Bunda.

1. Orang tua tidak menghormati

Ketika orang tua ingin anak hormat, mereka juga perlu menunjukkan penghormatan terhadap perasaan dan martabat anak. Salah satu kesalahan terbesar yang sering dilakukan oleh orang tua saat mendisiplinkan anak adalah menggunakan nada kasar, marah, bahkan menghina anak.

Pendekatan semacam ini tidak hanya merusak hubungan antara orang tua dan anak, tetapi juga menimbulkan trauma emosional yang berkepanjangan. Membentak atau berbicara dengan nada kasar kepada anak sering kali diartikan oleh anak sebagai bentuk penolakan atau kebencian.

Anak yang sering dibentak cenderung merasa tidak aman dan tidak dicintai, sehingga mengarah pada masalah kepercayaan diri dan rasa takut yang mendalam. Bunda disarankan untuk mengelola emosi dan mendekati anak dengan cara yang tenang dan penuh pengertian, bahkan ketika mereka merasa frustrasi atau marah.

Cara memperbaiki: 

Menggunakan cara lembut namun tetap tegas penting dalam menegur anak. Hal ini membantu anak memahami bahwa walaupun Bunda marah atau kecewa, mereka tetap dicintai dan dihargai. Ketegasan dalam penyampaian pesan membantu anak belajar konsekuensi dari tindakan mereka tanpa merasa diintimidasi atau ditolak.

Bagaimanapun marahnya, cobalah untuk tetap tenang. Ketika orang tua kehilangan kendali dan mulai berteriak atau marah, anak bisa merasa takut dan bingung. Reaksi ini tidak hanya mengurangi efektivitas teguran, tetapi juga bisa menimbulkan trauma emosional. Ketika Bunda tetap tenang, akan memberi contoh bagaimana mengelola emosi dan konflik. Hal ini adalah pelajaran berharga yang akan mereka bawa hingga dewasa.

Mengajak anak berdiskusi tentang masalah yang ada juga merupakan pendekatan yang baik. Alih-alih hanya memberikan perintah atau larangan, ajak mereka untuk memahami alasan di balik teguran. Misalnya, jika anak melakukan sesuatu yang berbahaya, jelaskan mengapa hal itu berbahaya dan apa yang bisa terjadi. Diskusi ini tidak hanya membantu anak memahami konsekuensi dari tindakan mereka, tetapi juga mengajarkan mereka tentang pentingnya komunikasi terbuka dan pemecahan masalah.

2. Mendisiplinkan ketika marah

Menegur dan mendisiplinkan anak merupakan aspek penting dari pengasuhan, tetapi melakukannya saat sedang marah bisa sangat berbahaya dan kontraproduktif.

Ketika orang tua marah, cenderung kehilangan kendali dan mengatakan atau melakukan hal-hal yang dapat menyakiti perasaan anak dan merusak hubungan jangka panjang. Saat marah, kemampuan untuk berpikir jernih dan membuat keputusan bijak sangat terpengaruh.

Marah bisa membuat orang tua berbicara dengan nada tinggi, menggunakan kata-kata kasar, bahkan melakukan tindakan fisik yang seharusnya dihindari. Anak yang diperlakukan seperti ini bisa merasa takut, tidak aman, dan mengembangkan perasaan dendam atau kebencian. Oleh sebab itu, Bunda perlu menenangkan diri terlebih dahulu sebelum menegur anak.

Cara memperbaiki:

Menghadapi perilaku buruk anak memang bisa menjadi ujian tersendiri bagi orang tua. Namun penting untuk mengelola situasi ini dengan kepala dingin agar tidak memperburuk keadaan.

Luangkan waktu beberapa menit (atau lebih jika Bunda membutuhkannya) untuk menenangkan diri dan mengumpulkan pikiran sebelum berbicara dengan anak tentang perilakunya. Langkah ini dapat membantu untuk mengatasi situasi dengan cara yang lebih konstruktif dan penuh empati.

Salah satu cara efektif untuk menenangkan diri adalah dengan menjauhkan diri dari situasi yang memicu kemarahan. Bunda bisa berjalan-jalan sejenak di luar rumah atau pindah ke ruangan lain yang lebih tenang. Memberikan jarak fisik tidak hanya membantu mengurangi intensitas emosi, tetapi juga memberikan ruang bagi anak untuk menenangkan diri dan merenungkan tindakan mereka.

3. Orang tua tidak konsisten

Memberikan instruksi yang jelas dan konsisten adalah kunci dalam membantu anak memperbaiki perilaku buruk mereka. Jelaskan tentang apa yang diharapkan dari mereka dan konsekuensi jika tidak mematuhi aturan tersebut. Ketika aturan dan harapan tidak konsisten, anak bisa menjadi bingung dan sulit untuk memahami apa yang diharapkan dari mereka.

Contohnya, jika Bunda menegur anak karena tidak membersihkan kamarnya, sebaiknya di lain waktu jangan mengabaikan ketika kamarnya berantakan selama berhari-hari. Melihat ini, anak merasa tidak jelas tentang apa yang sebenarnya diharapkan dari mereka.

Mereka mungkin merasa bahwa bisa melanggar aturan tanpa konsekuensi yang jelas atau aturan tersebut tidak benar-benar penting. Hal ini bisa menyebabkan perilaku yang tidak diinginkan terus berlanjut.

Cara memperbaiki:

Memberikan anak arahan yang jelas dan sederhana, serta menetapkan harapan yang realistis adalah langkah penting dalam membantu mereka memperbaiki perilaku. Jelaskan secara detail kepada anak apa yang diharapkan dari mereka. Misalnya, Bunda bisa mengatakan, "Setiap minggu, kamu harus membersihkan kamarmu pada hari Sabtu pagi."

Langkah ini membantu menjaga konsistensi dan memberikan struktur pada rutinitas mereka. Kala anak tidak mematuhi aturan atau tidak menindaklanjuti tugas mereka, berikan konsekuensi yang konsisten. Misalnya, Bunda bisa menarik hak privasi mereka untuk sementara waktu atau mengurangi waktu luang mereka sebagai konsekuensi atas perilaku mereka.

4. Berbicara terlalu banyak

Sangat tidak efektif memberikan penjelasan yang terlalu panjang dan mendetail mengenai perilaku tidak pantas pada anak. Anak yang masih di usia sekolah dasar, cenderung memiliki keterbatasan dalam memperhatikan dan memproses informasi dalam waktu yang lama.

Sebagai gantinya, cobalah untuk fokus pada poin-poin utama dan memberikan penjelasan yang singkat dan tegas mengenai perilaku yang tidak pantas. Misalnya, Bunda bisa menyampaikan pesan dengan menggunakan kalimat yang sederhana dan langsung ke intinya, seperti "Kamu tidak boleh mengobrol saat guru sedang mengajar" atau "Tidak sopan untuk mengganggu orang lain ketika sedang berbicara."

Cara memperbaiki:

Bersikaplah sejelas mungkin dan sederhana dalam menyampaikan pesan kepada anak. Bagi anak yang lebih besar, diskusikan secara terbuka mengenai perilaku mereka bisa menjadi pilihan yang lebih baik. Hal ini membantu mereka memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.

Sementara untuk anak-anak yang lebih kecil, cukup beritahu apa yang dianggap tidak pantas dan jelaskan mengapa perilaku tersebut salah. Misalnya, jika anak memukul teman mereka saat bermain, Bunda bisa mengatakan, "Memukul teman tidak baik karena bisa menyakiti mereka dan membuat mereka sedih." Dengan menyediakan penjelasan yang singkat dan sederhana, Bunda membantu anak memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan mengajarkan tentang norma-norma sosial yang sesuai.

5. Fokus pada perilaku negatif anak

Pendekatan yang terlalu fokus pada larangan dan kesalahan, dapat memberikan dampak negatif pada anak. Hal itu juga akan membuat suasana interaksi yang tidak menyenangkan. Sebaliknya, penting untuk memberikan pendekatan yang lebih positif dengan lebih berfokus pada apa yang seharusnya dilakukan anak.

Daripada terus-menerus menggunakan kata "jangan" atau "tidak", cobalah untuk merumuskan pesan Bunda dalam bentuk yang lebih positif dan konstruktif. Misalnya, jika Bunda ingin mengajarkan anak agar tidak merusak mainan mereka, Bunda bisa mengatakan, "Mainanmu akan lebih awet jika kamu merawatnya dengan baik dan menyimpannya di tempat yang aman."

Cara memperbaiki:

Mendekati situasi dengan sudut pandang yang lebih positif dan memfokuskan pada apa yang bisa dilakukan dengan lebih baik adalah pendekatan yang baik dalam menghadapi interaksi dengan anak-anak.

Ketika memberikan arahan atau memberikan umpan balik kepada anak, cobalah untuk fokus pada apa yang bisa dilakukan dengan lebih baik daripada menekankan kesalahan mereka. Misalnya, jika anak bermain terlalu kasar, Bunda bisa mengatakan, "Coba main dengan lebih lembut agar temanmu tidak terluka."

6. Lebih banyak menghukum untuk mendisiplinkan

Sering kali orang tua berpikir bahwa menghukum anak bertujuan untuk mendisiplinkan dan memberikan efek jera. Padahal, intensitas hukuman yang tinggi dapat membuat Si Kecil trauma dan menjadi pembangkang.

Memberikan pedoman yang jelas, penting dalam proses mendisiplinkan. Anak perlu mengetahui batasan apa yang ada dan mengapa batasan tersebut penting. Misalnya, jika ada aturan untuk tidak menonton TV setelah jam tertentu, jelaskan alasannya, seperti pentingnya waktu istirahat yang cukup untuk kesehatan dan kinerja di sekolah.

Harapan yang konsisten juga merupakan kunci keberhasilan disiplin. Konsistensi membantu anak memahami bahwa aturan bukanlah sesuatu yang bisa diabaikan. Jika aturan diterapkan dengan konsisten, anak akan belajar bahwa konsekuensi akan selalu ada jika mereka melanggar aturan. Hal ini membantu mereka memahami pentingnya mematuhi aturan.

Cara memperbaiki:

Mendisiplinkan anak bukan sekadar tentang memberikan hukuman ketika mereka melakukan kesalahan. Sebaliknya, disiplin harus dilihat sebagai cara untuk mengajarkan anak membuat pilihan yang baik dan memilih perilaku yang positif.

Dengan pendekatan ini, Bunda membantu anak mengembangkan keterampilan yang mereka butuhkan untuk menghadapi tantangan hidup dengan cara yang konstruktif dan penuh tanggung jawab. Bunda perlu memahami bahwa disiplin adalah tentang pembelajaran.

Ketika mendisiplinkan anak, Bunda memberikan anak kesempatan untuk memahami akibat dari tindakan mereka dan belajar dari kesalahan tersebut. Dengan memberikan pedoman yang jelas dan memberikan penjelasan tentang mengapa aturan itu ada, Bunda membantu anak melihat hubungan antara perilaku mereka dan konsekuensinya.

Misalnya, daripada hanya mengatakan "jangan berlari di rumah", Bunda bisa menjelaskan, "Berlarilah di luar agar kamu tidak terpeleset dan jatuh di dalam rumah."

7. Perilaku tidak sesuai dengan perkataan

Masalah yang sering terjadi adalah bahwa orang tua tidak selalu menyadari perilaku mereka sendiri dan dampaknya terhadap anak-anak. Ketika Bunda mengatakan satu hal tetapi melakukan hal yang lain, anak-anak menangkap ketidakonsistenan tersebut.

Anak belajar lebih banyak dari apa yang mereka lihat daripada apa yang didengar. Oleh sebab itu, Bunda perlu menyadari bahwa perilaku mereka sendiri menjadi contoh langsung bagi anak.

Misalnya, jika Bunda ingin anak Anda jujur, Bunda perlu menunjukkan kejujuran dalam tindakan sehari-hari. Alih-alih menghindari komitmen dengan alasan yang tidak jujur, tunjukkan kepada anak bagaimana menghadapi situasi dengan jujur dan sopan.

Cara memperbaiki:

Bunda perlu menjadi teladan bagi Si Kecil dalam melakukan berbagai hal. Anak belajar banyak dari mengamati tindakan orang tua mereka, jadi penting untuk menunjukkan perilaku yang positif dan konsisten. Jika Bunda mendapati diri melanggar salah satu peraturan yang ditetapkan, gunakan kesempatan tersebut sebagai momen pembelajaran.

Jelaskan kepada anak situasi yang menyebabkan Bunda melanggar peraturan tersebut dan mengapa berperilaku seperti itu. Misalnya, jika Bunda terpaksa berbohong dalam situasi tertentu, jelaskan alasan di balik tindakan tersebut dan diskusikan bagaimana Bunda bisa menanganinya dengan lebih baik di lain waktu.

8. Menyamaratakan disiplin pada anak

Setiap anak memiliki kepribadian, kebutuhan, dan cara belajar yang berbeda, sehingga penting bagi orang tua untuk menyesuaikan metode disiplin mereka sesuai dengan kebutuhan individual anak.

Salah satu kesalahan umum yang dilakukan orang tua adalah mengharapkan satu metode disiplin bekerja untuk semua anak. Misalnya, beberapa anak akan merespons dengan baik terhadap konsekuensi logis dan kehilangan hak istimewa, sementara yang lain akan lebih terpengaruh oleh pujian dan dorongan positif. Bunda perlu memperhatikan bagaimana anak bereaksi terhadap berbagai teknik disiplin dan bersedia menyesuaikan pendekatan Bunda sesuai kebutuhan mereka.

Cara memperbaiki:

Bunda disarankan untuk tidak membanding-bandingkan anak satu dengan yang lain atau mengharapkan bahwa metode yang sama akan berhasil untuk semua anak. Mengenal baik kepribadian dan preferensi masing-masing anak memungkinkan untuk mengembangkan strategi disiplin yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Misalnya, seorang anak yang lebih tenang dan reflektif mungkin merespons lebih baik terhadap pendekatan yang tenang dan penuh empati, sementara anak yang lebih energik mungkin memerlukan pendekatan yang lebih tegas dan terstruktur. Mengamati perilaku dan tanggapan anak terhadap berbagai situasi dapat membantu menentukan pendekatan yang paling efektif.

9. Tidak mendisiplinkan anak sama sekali

Mendisiplinkan anak membantu mereka belajar tentang tanggung jawab dan akibat dari tindakan mereka. Saat anak menghadapi konsekuensi atas perilaku buruk, mereka belajar untuk memikirkan lebih matang tentang tindakan mereka di masa depan. Hal ini membantu mereka mengembangkan keterampilan pengendalian diri yang penting untuk berhasil dalam kehidupan.

Sementara itu, mendisiplinkan anak membantu mereka belajar tentang norma-norma sosial dan aturan yang berlaku dalam masyarakat. Langkah ini membantu mereka menjadi anggota masyarakat yang baik dan bertanggung jawab, serta mampu berinteraksi dengan orang lain dengan cara yang sopan dan menghormati.

Mendisiplinkan anak juga membantu mereka merasa aman dan terlindungi. Dengan memiliki batasan yang jelas, anak dapat merasa lebih tenang dan terjamin, karena mereka tahu apa yang diharapkan dari mereka dan apa yang akan terjadi jika mereka melanggar aturan.

Jika anak tidak diberi aturan, batasan, atau konsekuensi. Mereka cenderung memiliki sifat egois, tidak mampu mengatur dirinya sendiri dan tidak nyaman berada di dekat mereka.

Cara memperbaiki:

Memberikan aturan, batasan dan konsekuensi yang jelas sesuai dengan norma-norma yang ditegakkan dan konsisten ketika mereka tidak melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan.

Mendisiplinkan anak bukanlah tentang menghukum mereka, tetapi tentang membantu mereka memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan memberi mereka alat yang mereka butuhkan untuk berkembang menjadi individu yang bertanggung jawab dan mandiri. Dengan memberikan aturan dan batasan yang jelas, Bunda membantu anak memahami harapan dan tanggung jawab mereka dalam kehidupan sehari-hari. 

Demikian ulasan tentang kesalahan orang tua dalam menegur anak yang membuat trauma. Semoga bermanfaat, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!



 

 

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda