Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

7 Kesalahan Orang Tua dalam Mendidik Anak ketika Melakukan Kekeliruan

Erni Meilina   |   HaiBunda

Sabtu, 09 Jan 2021 20:33 WIB

Angry offended little girl ignoring not listening mother words, advice, mum hugging, talking with stubborn, upset daughter at living room, bad upbringing, difficult behavior of child
7 kesalahan orang tua dalam mendidik anak ketika anak melakukan salah/ Foto: Getty Images/iStockphoto/fizkes

Jakarta - Para orang tua sering kali melarang anak mereka yang masih balita atau sudah usia aktif untuk tidak melakukan hal. Padahal, namanya anak-anak yang sedang tumbuh, pasti muncul rasa ingin tahu yang begitu besar untuk mencoba berbagai hal.

Bagi kebanyakan orang tua, hal- hal seperti, tidak boleh bermain bola dalam rumah, tidak boleh makan berantakan, tidak boleh mengacau, serta masih banyak lagi umum diberlakukan pada anak. Ucapan orang tua yang diawali dengan kata 'jangan' kepada anaknya dianggap sepele. Padahal anak tersebut sedang ada di masa-masa pertumbuhan yang seharusnya diberi kebebasan mengeksplorasi segala hal.

"Orang tua perlu memahami bahwa anak-anak dibentuk untuk mengeksplorasi dan bereksperimen. Dari beberapa perilaku itu, orang tua sering menganggapnya sebagai perilaku yang buruk. Mereka berusaha mandiri, namun tidak memiliki keterampilan dan akhirnya frustrasi," kata Linda Gilberd, Manajer Pelatihan, Pengembangan Pemuda dan Keluarga di YMCA Greater Toronto, dilansir Todays Parent.

Kalau Bunda termasuk yang sering melakukan hal itu, simak baik-baik penjelasan berikut yuk! Dilansir dari dtnext.in dalam istilah parenting, kita sering menggunakan model otak Tritunggal untuk memahami anak.

Ini adalah cara melihat pada tiga bagian otak, di antaranya:

1. Otak bawah disebut pusat alarm

Semua manusia dilahirkan dengan bagian otak yang berkembang sempurna. Salah satu fungsi otak bawah adalah mengelola sistem respons melawan atau lari. Ini memainkan peran penting dalam cara kita menangani stres dan bahaya di lingkungan.

Ketika seseorang merasakan bahaya, misalnya, seseorang datang untuk menyerang, otak bagian bawah menjadi aktif dan orang tersebut mungkin merespons dengan melawan, atau dengan melarikan diri untuk menjaga keamanan dirinya. Otak mencari keamanan setiap saat.

2. Otak tengah disebut otak emosional

Ini menyimpan informasi dan pengalaman serta menafsirkan semuanya. Itu juga mengatur emosi.

3. Otak yang lebih tinggi juga disebut otak yang berpikir

Ia mengatur akal, logika, pemecahan masalah, kreativitas dan empati.

Bagaimana otak seorang anak yang berusia 4 tahun bekerja?

Pada anak kecil, otak emosional berada di kursi pengemudi. Mereka seringkali kewalahan oleh emosi mereka. Mereka mengekspresikan emosinya dengan menangis, memukul atau mendorong, atau terkadang menangis dan berbaring di lantai. Mereka tidak memiliki keterampilan untuk mengatur perasaan mereka

Otak berpikir atau rasional masih berkembang perlahan. Oleh karena itu, mereka tidak dapat memahami akal atau logika sepenuhnya. Mereka tidak bisa mengerti, "jangan bermain-main di lumpur karena tanganmu akan terkena kuman", atau "jangan sentuh stekernya, itu berbahaya."

Sekarang, ketika anak ditegur dengan kasar atau dihukum, otaknya merasakan bahaya dan sistem respons di otak bawahnya diaktifkan. Dia mungkin berteriak balik atau lari. Otak emosionalnya dibanjiri perasaan takut, dan bahkan marah. Hormon stres yang disebut kortisol dilepaskan di tubuhnya. Terlalu banyak kortisol tidak memungkinkan otak berfungsi. Ini benar-benar mati. Dia tidak dapat berpikir atau mengontrol bagaimana dia berperilaku.

Jika anak mengalami situasi stres seperti itu berulang kali di rumah, dan di sekolah, koneksi yang dibuat di otak bawah dan sistem respons pertarungan-lari-nya terus-menerus siaga.

Kesalahan dalam memberikan teguran atau hukuman pada anak sering terjadi di kalangan orang tua

1. Kesalahan Umum

Ingatkan diri sendiri tentang nasihat yang mungkin akan diberikan kepada anak ketika mereka melakukan kesalahan. Kesalahan adalah apa yang anak pelajari agar anak bisa tumbuh.

Lakukan diskusi masalah dengan tegas, tenangkan diri Bunda sebelum mendisiplinkan, berikan konsekuensi yang jelas dan konsisten, berikan pernyataan singkat dan jelas tentang perilaku yang salah, diskusikan apa yang bisa dilakukan dengan lebih baik, pikirkan disiplin sebagai mengajarkan perilaku yang baik, jadilah teladan yang baik, serta temukan pendekatan yang paling cocok untuk setiap anak.

2. Orang Tua Tidak Menghormati

Para orang tua meminta anak-anak mereka untuk menghormati mereka, tetapi terkadang mereka lupa bahwa rasa hormat harus menjadi jalan dua arah. Salah satu kesalahan paling umum yang dilakukan orang tua saat mendisiplinkan anak adalah berteriak, berbicara dengan nada kasar dan marah, atau bahkan menghina anak mereka. Memberi dan meminta hormat sebagai balasan adalah salah satu tip utama yang perlu diingat tentang mendisiplinkan anak. 

3. Mendisiplinkan Saat Marah

Ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan bersamaan seperti larangan bermain handphone saat mengemudi. Mendisiplinkan anak saat marah sudah pasti termasuk dalam kategori larangan itu. Luangkan waktu beberapa menit untuk menenangkan dan mengumpulkan pikiran sebelum berbicara dengan anak tentang perilaku buruk mereka. Jauhkan diri Bunda atau anak dari situasi langsung. Jalan-jalan, memberi diri Bunda dan anak Bunda waktu untuk merenungkan konflik.

4. Tidak Konsisten

Bunda menegur anak karena tidak membersihkan kamarnya, tetapi mengabaikannya ketika kamar mereka berantakan selama berhari-hari. Beri anak arahan yang jelas dan sederhana serta daftar harapan yang realistis. Misalnya, jika Bunda ingin dia membersihkan kamar mereka setiap minggu, tandai di kalender dan jadikan "hari bersih-bersih kamar".

Atur anak untuk berperilaku baik. Jika mereka tidak menindaklanjuti, beri dia serangkaian konsekuensi yang konsisten. Jangan memberikan hukuman yang berbeda untuk perilaku buruk yang sama. Bersikaplah konstan dan konsisten dalam menegakkan aturan.

5. Terlalu Banyak Berbicara 

Memberikan penjelasan yang panjang dan terperinci tentang perilaku tidak pantas anak Bunda bukanlah ide yang baik. Bersikaplah langsung dan jelaskan menjadi dasar-dasar untuk anak, Bunda. Dengan anak yang lebih besar, bicarakan apa yang salah dan diskusikan kemungkinan skenario yang bisa menjadi pilihan yang lebih baik. Dengan anak yang lebih kecil, cukup nyatakan apa perilakunya dan mengapa itu salah.

6. Menjadi Negatif

Mendengar kalimat "jangan" dan "tidak" tidaklah menyenangkan bagi siapa pun, terutama bagi anak-anak. Dekati sesuatu dari perspektif yang lebih positif dengan membicarakan tentang apa yang bisa dilakukan dengan lebih baik. Jika anak merengek atau membalas ucapan Bunda, tunjukkan beberapa contoh cara berbicara dengan cara yang baik dan lebih ramah.

7. Berpikir Bahwa Mendisiplinkan Itu Menghukum

Seringkali orang tua lupa bahwa tujuan mendisiplinkan anak adalah memberi mereka pedoman dan batasan yang tegas agar mereka tidak perlu dihukum. Pikirkan kembali cara Bunda memandang disiplin. Saat Bunda mendisiplinkan seorang anak, itu menunjukkan kepada mereka bagaimana membuat pilihan yang baik dan memilih perilaku yang positif dan pada akhirnya baik untuk mereka.

Bunda, simak juga tips jadi orang tua yang tidak mudah marah dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

Artis penyintas COVID-19



(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda