
parenting
Anak Terlalu Sering Diare, Bisa Picu Gangguan Perkembangan dan Perilaku
HaiBunda
Kamis, 25 Jul 2024 21:40 WIB

Daftar Isi
Diare menjadi salah satu masalah kesehatan yang umum dialami oleh anak-anak. Namun, benarkah bahwa terlalu sering diare bisa picu gangguan perkembangan dan perilaku pada Si Kecil?
Sebelum memahami tentang hal tersebut, ketahui terlebih dahulu mengenai diare itu sendiri dan apa penyebabnya yuk, Bunda.
Dikutip dari Cleveland Clinic, anak dikatakan mengalami diare jika saat buang air besar kotorannya encer. Kondisi ini sering kali membuat tak nyaman karena disertai dengan nyeri perut.
Umumnya diare biasanya ringan dan dapat hilang dalam beberapa hari. Namun, terkadang diare juga bisa menjadi tanda dari kondisi serius lainnya.Â
Hal ini dapat menyebabkan anak kehilangan terlalu banyak cairan (dehidrasi) atau menghalanginya mendapatkan nutrisi yang cukup. Maka dari itu, Â penting untuk mengetahui apa penyebab diare dan kapan keluhan ini sebaiknya segera diperiksakan ke dokter.Â
Jenis-jenis diare
Diare secara umum berbeda-beda bergantung pada berapa lama berlangsungnya:
1. Diare akut
Diare akut berlangsung selama satu hingga dua hari. Ini adalah jenis yang paling umum dan biasanya hilang tanpa pengobatan.
Hal ini mungkin disebabkan oleh makanan atau air yang terkontaminasi bakteri (infeksi bakteri). Bisa juga terjadi jika anak sakit karena infeksi virus.
2. Diare kronis
Diare kronis berlangsung selama beberapa minggu. Hal ini mungkin disebabkan oleh masalah kesehatan lain, seperti sindrom iritasi usus besar.Â
Dikutip dari Hopkins Medicine, bisa juga disebabkan oleh penyakit usus, seperti kolitis ulserativa, penyakit Crohn, atau penyakit celiac.Â
Faktor-faktor penyebab diare
Penyebab utama diare adalah virus yang menginfeksi usus atau gastroenteritis. Selain itu, diare juga bisa disebabkan oleh banyak hal seperti:
1. Infeksi
Patogen (virus, bakteri, dan parasit) semuanya dapat menyebabkan infeksi yang memicu diare. Pada orang dewasa, penyebab paling umum diare adalah norovirus. Sementara itu, rotavirus adalah penyebab paling umum diare akut pada anak-anak.
2. Keracunan makanan
Anak juga dapat menelan racun dan patogen berbahaya dari makanan atau minuman yang terkontaminasi. Begitu berada di usus, racun atau kuman tersebut dapat menyebabkan diare.
Biasanya anak rentan mengalami kondisi ini saat bepergian di lingkungan baru dengan kebersihan atau sanitasi yang buruk.Â
3. Pengobatan tertentu
Diare menjadi salah satu efek samping pengobatan yang umum. Misalnya, antibiotik membunuh bakteri berbahaya yang membuat sakit, namun juga dapat menghancurkan bakteri bermanfaat dalam prosesnya.Â
Penggunaan obat pencahar yang berlebihan juga dapat menyebabkan diare.
4. Makanan yang mengganggu sistem pencernaan
Jika anak tidak toleran terhadap laktosa, mereka rentan mengalami diare karena tubuhnya kesulitan mencerna laktosa, gula dalam produk susu. Bisa juga karena tubuhnya kesulitan memecah gluten, protein dalam gandum.
5. Penyakit yang memengaruhi usus
Diare adalah gejala umum dari kondisi yang menyebabkan iritasi dan peradangan pada usus. Penyakit Crohn, kolitis ulserativa, dan sindrom iritasi usus besar atau irritable bowel syndrome (IBS) semuanya dapat menyebabkan diare.Â
Apa saja gejala diare?
Tanda utama diare adalah tinja yang encer. Gejala umum lainnya meliputi:
- Kembung atau kram di perut
- Keinginan yang kuat dan mendesak untuk buang air besar
- Mual dan sakit perut
Gejala-gejala ini biasanya tidak memerlukan kunjungan ke dokter, terutama jika hanya berlangsung beberapa hari.
Namun, kasus diare yang parah mungkin menandakan suatu kondisi medis, seperti infeksi serius, yang tidak akan membaik tanpa pengobatan dari dokter. Hubungi dokter segera jika Si Kecil mengalami diare yang disertai dengan:
- Demam
- Muntah
- Ada darah atau lendir di tinja
- Penurunan berat badan
- Gejala dehidrasi (kulit memerah dan kering, mual parah, urine berwarna gelap dan jumlahnya sedikit)
Apa dampaknya jika anak terlalu sering diare?
![]() |
Disebut-sebut bahwa anak terlalu sering diare bisa memicu gangguan perkembangan dan perilaku. Sebuah studi dalam jurnal Plos One melakukan penelitian terkait hal tersebut.
Peneliti mencari tahu ada atau tidaknya hubungan antara prevalensi diare dan hasil kognitif sambil mengendalikan pertumbuhan linier di empat populasi penelitian. Kognisi dinilai menggunakan metode berbeda di seluruh lokasi dan dinyatakan dalam satuan standar.
Sering diare selama dua tahun pertama kehidupan berkorelasi negatif dengan perkembangan kognitif dan kinerja sekolah awal, tetapi penyebab hubungan ini belum sepenuhnya dipahami.Â
Dalam analisis terhadap kumpulan data, tim peneliti memperkirakan bahwa setiap diare pada anak usia dini meningkatkan kemungkinan terjadinya stunting pada usia 24 bulan.
Sementara itu, stunting pada anak usia dini terbukti berkontribusi terhadap gangguan kognitif. Dengan demikian, ada kemungkinan diare berhubungan dengan sebagian gangguan kognitif melalui siklus nutrisi dan infeksi.
Kesimpulannya, diare belum dapat dikatakan berdampak langsung pada gangguan kognitif. Hubungan yang ditemukan baru berkaitan dengan diare dan stunting, kemudian stunting dan kognisi.
Meski begitu bukan berarti diare boleh disepelekan ya, Bunda. Keluhan diare yang tak biasa atau terlalu lama juga sebaiknya segera diperiksakan ke dokter untuk mendapatkan penanganan tepat sedini mungkin.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir/fir)ARTIKEL TERKAIT

Parenting
Kapan Anak Mulai Diberikan Prebiotik untuk Atasi Diare?

Parenting
7 Cara Mengatasi Diare pada Anak Usia 1 Tahun & Tanda Perlu ke Dokter

Parenting
10 Obat Diare yang Ampuh untuk Anak dari Bahan Alami Rumahan, Wajib Siap Sedia

Parenting
Kenali Tanda Bahaya Diare pada Anak, Kapan Sebaiknya Dibawa ke Dokter?

Parenting
Aturan Minum Oralit Sebagai Obat Diare untuk Anak


7 Foto
Parenting
Potret 7 Anak Artis saat Menikmati MPASI, Ekpresinya Cute dan Gemas
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda