HaiBunda

PARENTING

30 Cerita Dongeng Pendek yang Memiliki Pesan Moral, Cocok Dibaca Sebelum Tidur

Mutiara Putri   |   HaiBunda

Senin, 16 Jun 2025 22:40 WIB
Ilustrasi 30 Cerita Dongeng Pendek yang Memiliki Pesan Moral/Foto: HaiBunda/Dwi Rachmi
Jakarta -

Si Kecil termasuk anak yang sulit tertidur di malam hari ya, Bunda? Kalau begitu, tidak ada salahnya untuk membantu mereka dengan membacakan cerita dongeng pendek.

Membacakan anak cerita terkadang membuat mereka menjadi lebih mudah tertidur. Pastikan Bunda membacakan cerita dengan alur dan tokoh yang menarik, ya.

Selain cerita, dongeng yang Bunda bacakan juga harus memiliki pesan moral yang mendalam. Dengan begitu, anak akan terus mengingat dan menjadikannya sebagai pelajaran.


Cerita dongeng pendek untuk anak sebelum tidur

Melansir dari berbagai sumber, ada beberapa cerita dongeng anak pendek yang bisa dibacakan sebelum tidur. Berikut ini Bubun bantu rangkumkan deretannya:

1. Bawang Merah dan Bawang Putih

Dahulu kala, hiduplah Bawang Putih dan saudara tirinya, Bawang Merah. Ibu Bawang Putih meninggal ketika ia masih bayi. Kemudian ayahnya menikah lagi dengan wanita lain dan memiliki anak bernama Bawang Merah.

Tak berselang lama, ayahnya pun meninggal. Setelah itu, kehidupan Bawang Putih amat menyedihkan. Kesehariannya, Bawang Putih selalu diminta untuk mengerjakan seluruh pekerjaan rumah termasuk mencuci baju.

Suatu hari ketika sedang mencuci, baju ibu tiri Bawang Putih hanyut. Bawang Putih pun bingung sampai akhirnya bertemu dengan seorang nenek yang mengatakan kalau ia menyimpan baju yang hanyut itu dan akan mengembalikannya dengan satu syarat. Bawang Putih harus membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Bawang Putih pun menuruti.

Setelah selesai, nenek itu mengembalikan baju ibu tirinya. Nenek itu juga memberinya hadiah. Bawang Putih harus memilih salah satu labu untuk dibawa pulang, ada labu besar dan labu kecil. Bawang Putih memilih yang kecil. Sesampainya di rumah alangkah terkejutnya ia beserta ibu dan saudara tirinya, ternyata labu itu berisi banyak perhiasan.

Keesokan harinya, Bawang Merah melakukan hal yang sama seperti Bawang Putih. Ia pura-pura menghanyutkan pakaiannya. Kemudian, memilih labu yang besar. Ketika dibuka labu itu malah berisi ular.

Bawang Merah dan ibunya pun merasa itu adalah bentuk teguran dari Tuhan untuk mereka karena sudah memperlakukan Bawang Putih layaknya seorang pembantu. Mereka menyadari semua kesalahannya selama ini pada Bawang Putih dan meminta maaf.

Pesan moral: Tidak boleh berperilaku buruk terhadap orang lain dan memiliki sifat serakah.

2. Burung Bangau yang Angkuh

Seekor bangau berjalan dengan langkah yang anggun di sepanjang sebuah sungai kecil, matanya menatap air sungai yang jernih, leher dan paruhnya yang panjang siap untuk menangkap mangsa di air sebagai sarapan paginya.

Saat itu, sungai dipenuhi dengan ikan-ikan yang berenang, tetapi sang Bangau merasa sedikit angkuh di pagi hari itu.

"Saya tak mau makan ikan-ikan yang kecil," katanya kepada diri sendiri. "Ikan yang kecil tidak pantas dimakan oleh bangau yang anggun seperti saya."

Sekarang, seekor ikan yang sedikit lebih besar dari ikan lain, lewat di dekatnya.

"Tidak," kata sang Bangau. "Saya tidak akan merepotkan diri saya untuk membuka paruh dan memakan ikan sebesar itu!"

Saat matahari mulai meninggi, ikan-ikan yang berada pada air yang dangkal dekat pinggiran sungai, akhirnya berenang pindah ke tengah sungai yang lebih dalam dan dingin. Sang Bangau yang tidak melihat ikan lagi, terpaksa harus puas dengan memakan siput kecil di pinggiran sungai.

Pesan moral: Cerita ini mengajarkan anak untuk tidak bersikap angkuh, Bunda. Karena sifat ini hanya akan merugikan, baik orang lain maupun pada diri sendiri.

3. Angsa dan Telur Emas

Suatu hari, seorang petani membawa seekor angsa pulang ke rumahnya. Esoknya, angsa itu mengeluarkan telur emas.

"Angsa ajaib," kata petani. la segera membawa telur emas itu ke pedagang emas di pasar untuk mengetahui apakah telur tersebut benar-benar emas.

"Ini emas murni," kata pedagang emas. Pedagang tersebut membelinya dengan uang yang banyak. Sejak saat itu, angsa setiap hari mengeluarkan telur emas. Kini, petani telah memiliki selusin telur emas. Namun, petani itu masih belum puas.

"Aku akan kaya raya. Tapi, aku ingin angsa mengeluarkan lebih banyak telur emas setiap hari agar aku cepat kaya," kata petani.

Setelah angsa mengeluarkan telur emas yang banyak dalam sehari, petani masih belum puas juga.

"Angsa itu mengeluarkan banyak telur emas. Aku tidak akan menunggu besok. Aku ingin cepat kaya. Aku akan menyembelih angsa itu dan mengambil seluruh emas dalam tubuhnya," pikir petani.

Petani itu akhirnya menyembelih angsa, namun betapa kagetnya dia. Alih-alih menemukan banyak telur emas, justru dia tidak menemukan satupun di dalam tubuh angsa.

Kini, petani hanya bisa menyesal. Karena serakah, dia telah menyembelih angsa. Andai saja tidak menyembelih angsa itu, pasti masih bisa mendapatkan telur emas. Itulah akibat dari keserakahan.

Pesan moral: Cerita ini mengajari anak untuk tidak menjadi orang yang serakah, Bunda. Untuk meraih kesuksesan, diperlukan kerja keras dan kesabaran. Orang yang serakah dan tidak sabar hanya akan mendapat kerugian.

4. Asal Usul Danau Maninjau

Di kaki Gunung Tinjau, hidup sepuluh orang bersaudara yang disebut dengan Bujang Sembilan. Si sulung bernama Kukuban dan si bungsu bernama Sani. Mereka memiliki paman bernama Datuk Limbatang. Datuk Limbatang memiliki putra bernama Giran. Sani dan Giran saling menaruh hati.

Saat musim panen, diadakanlah adu silat. Giran dan Kukuban pun bertanding, mereka sama kuatnya. Namun Kukuban kalah dan merasa dendam kepada Giran.

Beberapa hari kemudian, Datuk Limbatang datang meminang Sani untuk Giran tapi Kukuban menolaknya. Sani dan Giran pun bersedih, mereka bertemu di sebuah ladang untuk mencari solusi. Sepotong ranting berduri tersangkut pada sarung Sani hingga melukai pahanya.

Giran berniat mengobati luka itu dengan ramuan. Tiba-tiba warga datang menuduh mereka telah melakukan perbuatan terlarang sehingga harus dihukum. Betapapun Giran dan Sani mencoba membela diri, warga tidak menghiraukannya.

Sebelum dihukum, Giran berdoa kalau mereka bersalah, ia rela tubuhnya hancur di dalam kawah gunung. Tetapi jika tidak bersalah, letuskanlah gunung ini dan kutuk Bujang Sembilan menjadi ikan.

Setelah Giran dan Sani melompat ke kawah, gunung itu pun meletus. Bujang Sembilan pun menjelma menjadi ikan. Letusan gunung Tinjau itu membentuk kawah luas yang berubah menjadi danau yang diberi nama Danau Maninjau.

Pesan moral: Dari cerita ini tersirat pesan moral bahwa tidak baik menyimpan dendam dan prasangka buruk terhadap orang lain. Cerita ini berasal dari Sumatera Barat.

5. Si Kera dan Pohon Pisang

Pada suatu hari, Kera dan Kura-kura sepakat untuk menanam pohon pisang. Lalu, mereka pergi ke pinggir sungai dan menemukan sebatang pohon pisang yang hanyut di sungai.

Setelah mendapatkannya, mereka langsung membagi dua pohon pisang tersebut untuk ditanam di rumah masing-masing. Kera mengambil bagian ujung, sedangkan Kura-kura diberi bagian pangkal pohon.

Seiring dengan berjalannya waktu, pohon pisang yang ditanam oleh Kura-kura telah tumbuh tinggi dan berbuah lebat. Sementara itu, pohon pisang yang ditanam oleh Si Kera tidak tumbuh.

Saat Kera berkunjung ke rumah Kura-Kura untuk melihat pohon pisangnya, Kura-kura meminta tolong Kera untuk mengambil buah pisangnya. Namun, sangat disayangkan, Kera dengan serakah memakan banyak buah pisang Kura-kura sendirian dan akhirnya sakit perut.

Setelah kejadian tersebut, Kera merasa bersalah dan meminta maaf kepada Kura-kura. Walaupun pernah disakiti, Kura-kura tetap memaafkannya dan tetap menjadi sahabat Si Kera.

Pesan moral: Selain selalu berbagi dan tidak serakah, dongeng ini juga mengajarkan anak untuk memaafkan.

6. Si Kancil Mencuri Mentimun

Suatu hari Kancil jalan-jalan ke ladang mentimun milik manusia. Lalu Kancil tergiur untuk mengambil dan memakannya. Lalu ia terus memakan mentimun sampai kenyang.

Sore harinya, Pak Tani pemilik ladang datang ke ladang dan sangat marah melihat timun-timunnya telah habis dan ladangnya berantakan. Esoknya Kancil datang lagi ke ladang untuk meminta maaf dan berusaha menyentuh kaki Pak Tani.

Ternyata yang disentuhnya bukanlah Pak Tani melainkan orang-orangan sawah yang sudah dilumuri oleh getah pohon, sehingga membuat Kancil terperangkap dan tidak bisa berjalan.

Saat Pak Tani datang, Pak Tani langsung menangkap Kancil dan membawa Kancil pulang ke rumah dan mengurungnya dengan rasa marah.

Pesan moral: Nasihat dari cerita ini untuk Si Kecil adalah jangan mengambil milik orang lain tanpa izin, sebab itu merupakan perbuatan mencuri dan akan membuat orang yang dicuri marah.

7. Dongeng Anak Kancil dan Buaya

Suatu hari, ada Kancil berjalan-jalan di dalam hutan untuk mencari makanan. Karena makanan di sekitar kediamannya telah berkurang, Kancil pun pergi untuk mencari di luar kawasannya.

Saat dihadapkan dengan sungai yang harus disebranginya, Kancil mendapati banyak sekali buaya yang sedang kelaparan. Saat mendekati tepi sungai, ia pun memerintahkan kepada Buaya untuk memanggil kawanannya sebab Raja Hutan akan memberi mereka makan.

Kawanan Buaya itu pun diminta berbaris ke permukaan karena jumlah mereka hendak dihitung Kancil. Buaya pun menuruti perintah Kancil. Tapi ternyata itu hanyalah tipu daya Kancil agar ia dapat menyebrangi sungai tanpa cengkraman para Buaya.

Pesan moral: Cerita yang sudah tidak asing ini mengajarkan bahwa kecerdikan dapat mengalahkan kekuatan.

8. Cucing Pindah Rumah

Seekor kucing bernama Cucing menggigit tengkuk anaknya satu-satu. la pindah tempat tinggal. Beberapa hari kemudian, Cucing memindahkan lagi anak- anaknya ke lain tempat. Burung Pipit tersenyum melihat kelakuan Cucing. "Ngapain kucing kurang kerjaan itu, setiap waktu memindahkan anak-anaknya" ejeknya dalam hati.

"Selamat pagi, binatang kurang kerjaan," sapa Burung Pipit.

Cucing menjawab, "Maksudnya siapa yang kurang kerjaan?"

"Kamu," cuit burung Pipit tersenyum mengejek.

"Kurang kerjaan bagaimana?"

"Setiap waktu selalu memindahkan anak-anakmu. Bukankah itu kurang kerjaan?"

"Kalau kamu tidak mengerti sesuatu, sebaiknya jangan bicara," jawab Cucing.

Suatu hari, Burung Pipit menangis. Anak-anaknya hilang. Sarangnya kosong. Rupanya, seekor ular yang sejak seminggu lalu mengintai Burung Pipit dan telah menemukan sarangnya.

"Hai, Pipit, kamu kenapa?" teriak Cucing yang sedang bermain dengan anak-anaknya di bawah sarang Burung Pipit.

"Anak-anakku dicuri ular," jawabnya sembari menangis. "Kamu mengerti, bukan, tujuanku memindahkan anak-anakku. Kalau tempatnya tetap, anak-anakku bisa hilang dimangsa musang. Carilah tempat tinggal yang lebih tersembunyi atau lebih tinggi," ucap Cucing. Burung Pipit akhirnya mengerti alasan Cucing sering memindahkan anak-anaknya.

Pesan moral: Dari kisah Cucing dan Burung Pipit, kita dapat mengambil pesan moral adalah daripada membicarakan orang lain, alangkah lebih baik untuk memikirkan diri sendiri.

10. Dongeng Pendek: Panen Pisang

Pada suatu hari, Kura-kura dan Monyet ingin menanam pisang. Mereka tidak ingin kekurangan makanan jika musim kemarau tiba.

"Kapan kita menanamnya?" tanya Kura-kura.

"Besok saja. Kita bertemu di kebun. Benihnya kita cari sendiri-sendiri,"

Esoknya, Kura-kura sudah menyiapkan makanan, cangkul, serta anak pohon pisang. Monyet membawa jantung pisang untuk ditanam.

"Kenapa jantungnya?" tanya Kura-kura. "Menanam pisang itu harus anaknya. Kalau anaknya yang ditanam, pasti lama. Kalau jantungnya, pasti cepat keluar buahnya,"

Walaupun sudah diberi tahu, tapi Monyet tetap yakin dengan pendapatnya. Beberapa bulan kemudian, hati Kura-kura senang saat melihat pohon pisangnya sudah besar. Jantung pisang punya Monyet sama sekali tidak tumbuh.

"Dua hari lagi pisangnya sudah matang. Kalau mau membantu, nanti aku beri sebagian," kata Kura-kura.

Monyet yang iri segera berniat jahat. Pikiran liciknya muncul saat melihat pohon pisang Kura-kura. "Boleh, aku akan membantu,"

Dua hari kemudian, mereka pergi memanen pisang. Monyet langsung menghampiri pohon pisang dan memetiknya dalam waktu singkat. Pisang yang dipetik terakhir dilemparkan ke bawah. Monyet bermaksud mengalihkan perhatian Kura-kura. Saat Kura-kura memunguti pisang, Monyet kabur membawa karung yang pisang.

"Dasar serakah! Kalau tidak diakali, tentu aku tidak kebagian buah pisangnya," kata Kura-kura sambil berjalan memunguti buah pisang yang terjatuh. Rupanya, karung yang diberikan ke Monyet sudah dilubangi. Pisang pun banyak yang berjatuhan.

Monyet menyadari sesuatu yang ganjil. Karung yang dibawanya ringan. Ternyata, karungnya berlubang. Monyet lemas dan tidak bisa menikmati pisang.

Pesan moral: Dongeng ini adalah orang yang serakah tidak akan pernah merasa cukup meskipun memiliki harta yang sudah cukup banyak untuk dirinya sendiri.

11. Rumah Kura-Kura

Kura-kura bersedih karena rumahnya di pinggir sungai, sering hancur bila musim hujan. Saat itu Kura-kura belum mempunyai rumah yang menempel di punggungnya.

"Jangan menangis, Kura-kura. Lebih baik kamu membuat rumah di tempat yang lebih tinggi, biar tidak kena banjir," kata Monyet yang kebetulan lewat.

Kura-kura mulai membangun rumah di yang lebih tinggi, dibantu Monyet. Tapi, tiap ada hujan disertai angin, rumah Kura-kura tetap hancur.

"Kemarin kita salah karena membuat rumah tanpa dihubungkan ke dalam tanah," kata Monyet. Kura-kura berhenti menangis. Bersama Monyet, ia mulai membangun rumah lagi. Setiap sisi rumahnya ditopang dengan kayu panjang yang menancap di dalam tanah.

Suatu hari, rumah Kura-kura terbakar. la kembali bersedih. "Jangan menangis, Kura-kura. Biar rumahmu aman, sepertinya kamu harus membuat rumah yang bisa dibawa-bawa," kata Monyet. "Dibawa?" Kura-kura tidak mengerti. "Aku harus menggendong rumah yang besar?"

"Rumahnya tidak besar, tapi pas dengan tubuhmu,"

Kura-kura tersenyum. la menyukai ide Monyet. Esoknya, Kura-kura membuat rumah lagi. Kali ini, ukurannya dibuat kecil. Monyet membantu membuatnya. Ketika sudah jadi, benda itu diletakkan di punggung Kura-kura. Awalnya, memang terasa tidak nyaman. Tapi lama-lama, Kura-kura merasa nyaman. Rumah barunya juga tempat aman untuk berlindung. Ketika dalam bahaya, ia tinggal bersembunyi di rumah batoknya.

Pesan moral: Bersikap pantang menyerah dan terus berusaha keras akan sesuatu hal akan membuahkan hasil yang sesuai dan mampu meraih keberhasilan yang diinginkan.

12. Putri Malu

Kancil sedang asyik bermain daun. Setiap Kancil menyentuh daun, daun itu akan mengatup sendiri.

"Seru sekali," ucap Kancil.

"Kenapa kau suka bermain-main denganku?" tanya daun tersebut. Kancil kaget, ternyata daun yang dimainkannya bisa berbicara.

"Hal, perkenalkan, namaku Kancil. Kamu?" ucap Kancil.

"Orang-orang sering menyebutku Putri Malu. Panggil saja begitu," sahut Putri Malu.

"Baiklah, mulai sekarang, aku memanggilmu Putri Malu,"

"Kamu belum menjawab pertanyaanku, Kancil," kata Putri Malu. "Oh, iya, aku lupa. Aku senang melihatmu mengatupkan daun. Sangat unik. Aku tidak pernah melihat daun sepertimu," jawab Kancil.

"Kancil, sebenarnya aku takut setiap ada yang menyentuh daunku. Aku takut kamu akan memakanku," kata Putri Malu.

"Maafkan aku, Putri Malu. Aku sama sekali tidak berniat memakanmu," kata Kancil penuh rasa takut.

"Aku mengatupkan daunku untuk melindungi diri dari mangsa. Tidak apa-apa, Kancil,"

"Kenapa kamu mengatupkan daunmu? Bukankah hewan lain juga bisa memakanmu meski daunmu terkatup?" tanya Kancil penasaran.

"Daunku terkatup supaya tampak layu. Jadi, hewan yang ingin memakanku mengira daun itu layu dan rasanya tidak enak," jelas Putri Malu.

Kancil mengangguk. Kini dia paham mengapa Putri Malu sering mengatupkan daunnya ketika disentuh.

Pesan moral: Setiap makhluk ciptaan Tuhan mempunyai keunggulan dan keunikannya masing-masing, yang tentunya dapat menjadi suatu kelebihan tersendiri.

13. Kisah Gajah dan Semut

Gajah dikenal sebagai binatang yang besar. Suatu hari, kawanan gajah yang besar datang ke hutan untuk mencari makan.

Kehadiran gajah ini mengganggu kawanan semut yang tinggal di sana. Banyak rumah semut hancur karena diinjak gajah yang mencari makan.

"Pergilah dari sini, gajah! Ini daerah tempat kami tinggal," kata salah satu semut.

Mendengar ucapan itu, gajah hanya tertawa. Ia tak peduli dan menganggap semut adalah binatang kecil yang tidak berbahaya.

Kawanan semut merasa kesal dan berencana untuk mengusir gajah-gajah itu dari hutan tempat mereka tinggal. Keesokan harinya, semut-semut mencoba bicara pada kawanan gajah dan meminta mereka meninggalkan hutan.

Gajah menolak untuk meninggalkan hutan dan hal ini membuat kawanan semut semakin marah. Semut-semut itu pun menyerang kawasan gajah dengan menggigit kulit dan masuk ke dalam telinga hingga gajah-gajah terjatuh.

Kawanan gajah akhirnya menyerah dan meninggalkan hutan. Mereka sadar bahwa semut-semut itu tidak bisa diremehkan hanya karena memiliki badan kecil.

Pesan moral: Di balik kisah gajah dan semut ini, tersimpan pesan yang bisa diajarkan pada anak-anak. Bunda bisa menjelaskan bahwa kita tidak boleh meremehkan orang lain dan merasa kuat karena memiliki tubuh besar.

14. Bebek Buruk Rupa

Dikisahkan seorang petani memiliki seekor bebek. Bebek ini melahirkan sepuluh telur dan semuanya menetas.

Namun, dari sepuluh bebek, ada satu yang wajahnya berbeda dari sang induk. Bentuknya lebih besar dan warnanya abu-abu.

Setiap hari, bebek abu-abu ini harus hidup menderita karena diolok-olok bebek-bebek lain. Karena sedih, bebek ini pun meninggalkan peternakan dan lari ke sungai dan bertemu dengan angsa putih yang sangat cantik.

Bebek ini berusaha tidak menghiraukan angsa itu karena terlalu sedih diejek bebek lain. Saat berlari menyeberangi sungai, dia tanpa sengaja melihat bayangannya sendiri di air sungai.

Betapa terkejutnya bebek ini, ternyata wajahnya kini berubah menjadi angsa yang cantik. Ia baru menyadari kalau selama ini dirinya bukanlah itik jelek, tapi angsa yang cantik.

Pesan moral: Dari kisah ini, Si Kecil dapat belajar percaya diri. Penampilan bukanlah segalanya, yang penting kita saling menghargai perbedaan ya.

15. Cerita Dongeng Pendek: Kisah Dua Kambing

Suatu hari yang menyenangkan, dua ekor kambing terlihat mencoba menyeberangi jembatan yang sudah rapuh dan sempit. Kedua kambing ini ingin menyeberangi jembatan, namun tak ada yang mau mengalah.

Keduanya tidak ada yang mau memberi jalan untuk yang lain dan terus bertengkar. Tanpa disadari mereka sudah berjalan sampai ke tengah jembatan.

Saat mereka bertengkar dan mencoba untuk menyerobot satu sama lain, jembatan itu goyah dan ambruk. Kedua kambing itu pun jatuh ke sungai bersamaan.

Pesan moral: Dari kisah dua kambing ini, anak bisa mengambil pesan moral yang positif. Mereka dapat belajar bahwa lebih baik mengalah daripada mengalami kemalangan karena sikap keras kepala.

16. Kelinci Sombong dan Kura-kura

Dongeng fabel ini menceritakan Kelinci yang sombong. Ia selalu membanggakan dirinya yang bisa berlari cepat.

Suatu hari, kelinci bertemu dengan kura-kura. Ia kaget karena kura-kura begitu lambat dalam berjalan. Ia pun mulai menyombongkan diri dan mengolok-olok kura-kura.

Kura-kura berusaha tidak memedulikan ucapan kelinci. "Setiap hewan bergerak dengan langkahnya sendiri. Saya mungkin lambat, tetapi saya bisa pergi kemana saka yang saya mau. Saya bahkan bisa mencapai tujuan lebih cepat dari pada kamu," kata si kura-kura.

Kelinci tidak percaya dengan perkataan kura-kura. Dia pun menantang kura-kura lomba lari. Keduanya pun setuju untuk lomba lari.

Saat lomba, kelinci berlari kencang, memimpin, dan meninggalkan kura-kura jauh di belakang. Ia yakin bisa menang, sehingga berhenti lari dan beristirahat sejenak. Tanpa disadari, kelinci justru tertidur lelap dan tak mengetahui bahwa kura-kura sudah membalapnya.

Saat dia bangun, kelinci begitu kaget karena kura-kura sudah sampai di garis finish. Si kelinci menghela napas, sementara kura-kura tersenyum ke arahnya.

Pesan moral: Dongeng kura-kura dan kelinci ini memiliki pesan moral agar anak tak menganggap remeh orang lain. Kita juga bisa mengajarkan mereka untuk tidak sombong dan selalu rendah hati.

17. Semut dan Belalang

Dongeng fabel ini menceritakan kisah belalang yang malas. Suatu hari, belalang yang sedang bersantai melihat semut lewat sambil membawa biji jagung ke sarangnya.

Belalang lalu meminta semut bergabung bersamanya untuk bersenang-senang. Semut menolak dan memberi tahu belalang bahwa dia sedang bersiap mencari makanan untuk cadangan musim dingin. Di musim dingin, makanan akan langka dan sulit dicari.

Belalang mengabaikan cerita semut karena dia tak mau repot. Akhirnya musim dingin pun tiba dan belalang tidak memiliki makanan untuk bertahan hidup.

Ia kesusahan bertahan hidup di musim dingin. Hal ini berbanding terbalik dengan semut. Di musim dingin, semut justru sedang menikmati jagung dalam kehangatan di sarangnya.

Dari kisah semut dan belalang ini kita dapat belajar bahwa bekerja keras dapat membuahkan hasil yang baik. Jangan menjadi anak malas dan dengarkan nasihat positif dari teman dan orang sekitar ya.

18. Beruang dan Lebah

Berkisah tentang seekor beruang yang tengah menjelajahi hutan untuk mencari makan. Di tengah pencarian, dia menemukan pohon tumbang, di mana terdapat sarang tempat lebah menyimpan madu.

Beruang itu mulai mengendus-endus dengan hati-hati di sekitar pohon tersebut untuk mencari tahu apakah lebah-lebah sedang berada dalam sarang tersebut. Bertepatan dengan itu, sekumpulan kecil lebah terbang pulang dengan membawa banyak madu.

Mengetahui sarangnya diusik, para lebah mendekati beruang dan menyengatnya dengan tajam lalu lari bersembunyi ke dalam lubang batang pohon. Seketika Beruang tersebut menjadi sangat marah, loncat ke atas batang yang tumbang tersebut dan dengan cakarnya menghancurkan sarang lebah.

Tetapi hal itu malah membuat seluruh kawanan lebah yang berada di dalam sarang keluar dan menyerang beruang. Beruang pun akhirnya lari terbirit-birit dan hanya dapat menyelamatkan dirinya dengan cara menyelam ke dalam air sungai.

Pesan moral: Dari kisah beruang dan lebah ini adalah lebih bijaksana untuk menahan diri ketika ada masalah, ketimbang menambah masalah dengan melampiaskan emosi, Bunda.

19. Monyet dan Buaya

Seekor monyet berteman dengan seekor buaya. Monyet tersebut biasa memberi buaya sebuah apel setiap hari dari pohon tempat tinggalnya. Istri buaya tersebut lama-kelamaan menjadi serakah dan meminta jantung monyet itu.

Buaya tersebut kemudian menggendong monyet di punggungnya dan hendak menyerahkan pada istrinya. Begitu monyet menyadari apa yang terjadi, dia memberi tahu buaya bahwa jantungnya ada di pohon dan mereka harus kembali untuk mengambilnya. Begitu mereka kembali, monyet itu melarikan diri.

Pesan moral: Cerita fabel ini mengajarkan agar tetap tenang dan berpikir jernih bahkan dalam situasi stres dapat membantumu menemukan jalan keluar saat ada masalah.

20. Rubah dan Gagak

Pada suatu hari, hiduplah seekor rubah yang sedang kelaparan karena belum makan. Kemudian, rubah tersebut melihat seekor gagak yang terbang melintas membawa sepotong daging di paruhnya. Gagak tersebut pun hinggap di dahan pohon.

Rubah pun akhirnya menghampiri ke bawah pohon tempat gagak hinggap. Ia memuji gagak hingga gagak tersebut pun senang dan tersipu malu.
Melihat reaksi gagak, rubah melanjutkan rencananya. Ia kembali memuji gagak.

"Melihat penampilanmu yang luar biasa, aku yakin suaramu pasti melebihi suara burung lain di hutan ini. Biarkanlah aku mendengar satu lagu darimu, Nyonya Gagak. Tentu akan terdengar sangat merdu!" kata rubah.

Gagak yang merasa tersanjung pun mulai bernyanyi. Potongan daging yang tadi ada di paruhnya pun terjatuh ke tanah dan dengan cepat dibawa pergi oleh rubah. Gagak pun menyesali peristiwa tersebut. Ia menyesal karena lengah telah dipuji.

Pesan moral: Dari cerita ini kita perlu belajar untuk menjadi anak yang tetap waspada. Jangan sampai pujian membuat diri kita celaka atau dimanfaatkan oleh orang lain.

21. Ikan Koi yang Sombong

Berikut ini kisah ikan koi yang sombong dari Kampung Dongeng Tangsel:

Di sebuah kolam yang jernih, hiduplah seekor ikan koi bernama Kila. Kila memiliki corak yang sangat indah. sisiknya berwarna emas dengan guratan merah seperti matahari terbit. Karena keindahannya, Kila sering kali merasa dirinya lebih hebat dari ikan-ikan koi lainnya di kolam itu.

"Lihatlah betapa cantiknya aku," kata Kila suatu hari kepada teman-temannya. "Sisikku berkilauan seperti harta karun. Tidak ada satu pun dari kalian yang bisa menandingiku!"

Koko, Rara, dan Ciko teman-temannya, hanya tersenyum mendengar ucapan Kila. Mereka tidak ingin bertengkar, meski dalam hati merasa sedih karena selalu diremehkan.

Suatu hari, Kila melihat sesuatu yang mengapung di atas kolam. Itu adalah biji dari tanaman liar yang jatuh ke dalam air. Bentuknya unik, dan Kila penasaran. "Pasti enak dimakan," pikirnya.

Tanpa berpikir panjang, Kila melahap biji itu. Awalnya tidak terjadi apa-apa, tetapi beberapa jam kemudian perut Kila mulai terasa sakit. Sisiknya yang berkilauan mulai memudar, dan tubuhnya terasa lemas. Kila tidak bisa berenang secepat biasanya.

"Kila, ada apa denganmu?" tanya Bima khawatir.

"Aku merasa sangat sakit," jawab Kila dengan suara lemah. "Aku tidak tahu kenapa."

Rara melihat sesuatu yang tersangkut di insang Kila. "Kila, kamu memakan sesuatu yang bukan makananmu, ya? Ini berbahaya!" katanya.

Meski pernah diremehkan, teman-teman koi lainnya tidak membiarkan Kila menderita. Mereka segera membantu Kila membersihkan insangnya dan mencarikan tanaman air yang bisa membantu memulihkan kesehatan Kila.

Selama berminggu-minggu, mereka menjaga Kila, memastikan ia makan dengan baik dan tidak terlalu banyak bergerak agar lekas sembuh.

Lama-kelamaan, Kila mulai pulih, meski sisiknya tidak seindah dulu. Ia merasa malu kepada teman-temannya. "Maafkan aku," kata Kila dengan tulus. "Aku sudah sombong dan sering meremehkan kalian. Tapi kalian tetap menolongku saat aku dalam kesulitan. Terima kasih."

"Kami adalah teman, Kila," jawab Ciko. "Tidak peduli bagaimana sikapmu sebelumnya, kami akan selalu membantumu."

Sejak hari itu, Kila berubah menjadi ikan koi yang rendah hati. Ia sadar bahwa keindahan sejati tidak hanya berasal dari luar, tetapi juga dari hati yang baik dan penuh syukur.

Pesan moral:  pentingnya untuk selalu bersikap rendah hati dan tidak sombong pada sesama, Bunda.

22. Nuka Si Harimau Kok Penakut?

Cerita seru satu ini cocok dibacakan pada Si Kecil sebelum tidur. Berikut ini cerita Nuka si harimau penakut karya Metanucci Hubbia dari Kampung Dongeng:

Matahari bersinar cerah, menghangatkan hutan dan membuat para hewan keluar dengan riang gembira. Di tengah keceriaan itu, Nuka si anak harimau jantan dipanggil sang Bunda untuk mandi. Tapi, ia lebih memilih bermain dengan teman-temannya.
"Bunda, aku tidak mau mandi. Aku mau main!" ucap Nuka.

Sang Bunda mengizinkan dan berpesan agar tidak main terlalu jauh dan selalu berhati-hati. Nuka dan teman-teman pun pergi untuk berlatih berburu, melompat, dan berenang. Teman-teman sudah mahir melakukan itu semua, tapi Nuka masih ragu dan takut.

Di tepi sungai, Kino sahabat Nuka memanggil. "Nukaaa... Ayo, berenang ke sini!"

Nuka masih ragu dan merasa takut. "Kamu duluan saja, Kino. Aku masih mengumpulkan keberanian," jawabnya dengan suara gemetar.

Kino lalu mengejek, "Harimau kok penakut?"

Ucapan itu membuat Nuka termenung. Ia duduk di tepi sungai memandangi dirinya dari pantulan air sungai merenungi ketakutannya.

"Kenapa aku payah sekali? Benar kata Kino, harimau kok penakut?"

Tiba-tiba, Nuka melihat air sungai beriak dan terdengar suara kecil meminta tolong. Ia segera mencari sumber suara dan melihat anak kelinci yang tercebur ke sungai. Kelinci itu tak bisa berenang dan terus berteriak minta tolong.

Nuka tahu bahwa ia harus segera menolong. Hanya saja, rasa takut menghalanginya. Tak diduga, Nuka tersadar melihat kelinci itu bisa tenggelam bila tidak ditolong. Ia pun bertekad mengalahkan ketakutannya, lalu memutuskan berenang untuk menolong si kelinci.

"Tenang, Kelinci! Kalau terus bergerak, kamu akan semakin tenggelam!" seru Nuka.

Dengan keberanian yang baru ditemukan, Nuka menceburkan diri ke sungai, berenang dengan lincah, dan menyelamatkan anak kelinci itu ke tepi seberang. Setelah selamat, kelinci berterima kasih dengan penuh rasa syukur.

"Terima kasih sudah menyelamatkan aku, Harimau Kecil. Bagaimana aku bisa membalasmu?" ucapnya.

Nuka hanya tersenyum dan merasa lega. Tanpa disadari, ia sudah mengatasi ketakutannya untuk berenang. Dengan perasaan bangga, ia pulang ke rumah dan menceritakan petualangan hari itu pada sang Bunda.

Ya, Nuka berhasil mengalahkan ketakutan terbesar dalam dirinya, sekaligus membuktikan keberanian sejati adalah menghadapi ketakutan demi menolong sesama, dan tetap berbuat baik.

Pesan moral: Dongeng kali ini memiliki pesan moral bahwa keberanian sejati bukanlah tidak memiliki rasa takut, namun kemampuan untuk menghadapinya dan bertindak demi kebaikan orang lain.

23. Cerita Pendek Fabel: Nyanyian Ajaib Katak Memanggil Hujan

Berikut ini kisah Nyanyian Ajaib Katak Memanggil Hujan karya Dinda Zahra Mustavi dari Klub Dongeng:

Para hewan di hutan sedang sibuk mengamati catatan perkiraan cuaca. Mereka heran, sudah masuk musim penghujan tapi kenapa hujan belum juga turun.

Berang-berang, Landak, Tupai, dan Kadal sepakat hujan tak kunjung turun karena nyanyian para Katak. Biasanya, nyanyian inilah yang selalu sampai ke langit untuk memanggil hujan.

Tapi akhir-akhir ini, nyanyian para Katak tidak terdengar jelas. Lalu keesokan harinya, para hewan bergegas menemui Katak. Berang-berang, Landak, Tupai, dan Kadal meminta Katak bernyanyi lebih kencang.

"Katak, bernyanyi lah lebih kencang dari biasanya agar hujan segera turun," kata Berang-berang.

Tak lama kemudian, Katak bernyanyi dengan suara yang sangat kencang.

"Hujan datang lah...
Hujan lah hari ini kami ingin menari...
Hujan datang lah..."

Dan ternyata... Ajaib! Hujan langsung turun! Waaah, para hewan senang sekali langsung berlari dan menari bersama. Derasnya hujan membuat mereka bersorak kegirangan.

Katak pun begitu bersemangat sampai terus-menerus bernyanyi tanpa henti. Sampai suatu hari... Satu per satu hewan mendatangi Katak lagi.

"Hai, Katak. Bisakah Engkau berhenti menyanyi sehari saja? Sudah berhari-hari aku tidak bisa mencari makan keluar karena hujan," ucap Tupai.

Begitu juga keesokan harinya, Landak datang, "Aku harus berpindah tempat karena rumahku selalu basah."

Katak seketika tersadar akan kesalahannya dan menyesal, "Maafkan kami teman-teman, meskipun bernyanyi menyenangkan seharusnya kami juga memikirkan dampaknya untuk hewan lain."

"Tidak apa, Katak... nyanyian kalian sungguh merdu. Hanya saja jika setiap waktu kalian merayu langit, kami sedikit kesulitan," kata Kadal sambil menepuk punggung Katak.

Hari ini, Katak pun berhenti menyanyi. Nanti, mereka hanya akan bernyanyi lagi ketika tanah di hutan mulai kering.

Pesan moral: Kisah satu ini mengajarkan anak untuk bertindak bijak dan selalu memerhatikan konsekuensi dari setiap hal yang dibuat.

24. Beruang Kecil Mau Berbagi

Kisah Beruang Kecil Mau Berbagi ini memiliki pesan moral mendalam dan cocok diceritakan pada Si Kecil. Dikutip dari buku Dongeng Sebelum Tidur karya Dian Kristiani, berikut ini kisahnya:

Beruang Kecil bersuka ria. Hari ini, Bibi Beruang mengundangnya untuk memanen apel. Sebagai ucapan terima kasih, Bibi Beruang memberinya sekeranjang apel ranum.

"Terima kasih, Bibi," ucap Beruang Kecil.

"Sama-sama. Terima kasih sudah membantu," sahut Bibi Beruang.

Beruang Kecil melangkah pulang dengan hati girang. Ia membayangkan apel panggang oles madu yang lezat. "Du bi du bi dam," Beruang Kecil terus bersenandung.

Tiba-tiba, "Hiks...hiks...," ada suara tangisan dari balik semak-semak. Ternyata, itu tangisan Ibu Rusa!

"Ibu Rusa, kenapa menangis?" tanya Beruang Kecil.

"Kakiku luka, terjerat perangkap para pemburu. Sekarang, aku tak bisa mencari makan untuk anak-anakku," sahut Ibu Rusa.

Dari balik semak-semak, muncul tiga anak rusa dengan wajah kelaparan.

"Jadi, Ibu Rusa menangis karena kesakitan?" tanya Beruang Kecil lagi. Ibu Rusa menggeleng.

"Bukan. Aku menangis karena anak-anakku kelaparan. Aku tak mungkin menyuruh mereka mencari makanan sendiri. Mereka masih terlalu kecil," tangis Ibu Rusa semakin keras.

Beruang Kecil memandang wajah ketiga anak rusa itu, lalu melirik ke keranjang apelnya.

"Berikan...tidak...berikan...tidak....," hatinya bimbang. Ia kasihan pada keluarga rusa itu, tapi ia juga ingin makan apel panggang oles madu!

Namun, Beruang Kecil akhirnya berpikir, keluarga rusa itu lebih membutuhkan apel-apel ini. "Aku pun masih punya makanan lain di rumah," ucapnya dalam hati.

"Ini, Bu. Apel-apel ini untuk anak-anak rusa saja," Beruang Kecil menyodorkan keranjang apelnya.

"Terima kasih, Beruang Kecil. Apel-apel ini sangat berarti bagi kami.

Kami sungguh berterima kasih atas kebaikanmu," Ibu Rusa tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih.

Beruang Kecil senang, meski ini artinya ia tak bisa makan apel panggang oles madu. Baginya, membantu makhluk lain yang sedang kesusahan, jauh lebih menyenangkan.

Pesan moral: Menolong orang yang lebih memerlukan adalah sesuatu yang baik. Ikhlas membantu bagi yang lebih membutuhkan adalah perbuatan yang disukai oleh orang.

25. Legenda Candi Prambanan

Dongeng Fantasi berikut menceritakan kisah legenda Candi Prambanan yang terkenal yang dikutip dari buku 36 Dongeng Fantasi Indonesia karya Dimas Khazman.

Di dekat kota Yogyakarta terdapat candi Hindu yang paling indah di Indonesia. Candi ini dibangun pada abad kesembilan Masehi. Karena terletak di desa Prambanan, maka candi ini disebut candi Prambanan tetapi juga terkenal sebagai candi Lara Jonggrang, sebuah nama yang diambil dari legenda Lara Jonggrang dan Bandung Bondowoso. Beginilah ceritanya.

Konon tersebutlah seorang raja yang bernama Prabu Baka. Beliau bertahta di Prambanan. Raja ini seorang raksasa yang menakutkan dan besar kekuasaannya. Meskipun demikian, kalau sudah takdir, akhirnya dia kalah juga dengan Raja Pengging. Prabu Baka meninggal di medan perang. Kemenangan Raja Pengging itu disebabkan karena bantuan orang kuat yang bernama Bondowoso yang juga terkenal sebagai Bandung Bondowoso karena dia mempunyai senjata sakti yang bernama Bandung.

Dengan persetujuan Raja Pengging, Bandung Bondowoso menempati Istana Prambanan. Di sini dia terpesona oleh kecantikan Lara Jonggrang, putri bekas lawannya, bahkan putri dari raja yang dibunuhnya. Bagaimanapun juga, dia akan memperistrinya. Lara Jonggrang takut menolak pinangan itu. Namun demikian, dia tidak akan menerimanya begitu saja.

Dia mau menikah dengan Bandung Bondowoso asalkan syarat-syaratnya dipenuhi. Syaratnya ialah supaya dia dibuatkan seribu candi dan dua sumur yang dalam. Semuanya harus selesai dalam waktu semalam. Bandung Bondowoso menyanggupinya, meskipun agak keberatan. Dia minta bantuan ayahnya sendiri, orang sakti yang mempunyai balatentara roh-roh halus.

Pada hari yang ditentukan, Bandung Bondowosa beserta pengikutnya dan roh-roh halus mulai membangun candi yang besar jumlahnya itu. Sangatlah mengherankan cara dan kecepatan mereka bekerja. sesudah jam empat pagi hanya tinggal lima buah candi yang harus disiapkan. Di samping itu sumurnya pun sudah hampir selesai.

Seluruh penghuni Istana Prambanan menjadi kebingungan karena mereka yakin bahwa semua syarat Lara Jonggrang akan terpenuhi. Apa yang harus diperbuat? Segera gadis-gadis dibangunkan dan disuruh menumbuk padi di lesung serta menaburkan bunga yang harum baunya. Mendengar bunyi lesung dan mencium bau bunga bungaan yang harum, roh-roh halus menghentikan pekerjaan mereka karena mereka kira hari sudah siang. Pembuatan candi kurang sebuah, tetapi apa hendak dikata, roh halus berhenti mengerjakan tugasnya dan tanpa bantuan mereka tidak mungkin Bandung Bondowoso menyelesaikannya.

Keesokan harinya waktu Bandung Bondowoso mengetahui bahwa usahanya gagal, bukan main marahnya. Dia mengutuk para gadis di sekitar Prambanan bahwa tidak akan ada orang yang mau memperistri mereka sampai mereka menjadi perawan tua.

Sedangkan Lara Jonggrang sendiri dikutuk menjadi arca. Arca tersebut terdapat dalam ruang candi yang besar yang sampai sekarang dinamai candi Lara Jonggrang. Candi-candi yang ada di dekatnya disebut Candi Sewu yang artinya seribu.

Pesan moral: Kisah ini mengajarkan anak untuk pentingnya bersikap jujur dan memiliki niat yang baik. Tidak hanya itu, seseorang juga tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada orang lain.

26. Cerita dongeng pendek: Kisah Laba-laba, Kupu-kupu, dan Kancil

Dongeng fabel berikut ini mengisahkan menceritakan kisah persahabatan yang dikutip dari buku Dongeng Si Kancil dan Hewan-hewan Belantara karya Fatiharifah dan Nisa Yustisia.

Suatu hari, Kupu-kupu terbang ke sana-kemari di pinggiran hutan. Banyak bunga di sekitarnya bergoyang saat Kupu-kupu lewat. Di balik pepohonan, ia bertemu Laba-laba dan Kancil. Laba-laba sedang membuat jaring, sementara Kancil makan dedaunan.

"Selamat pagi, Kupu-kupu," sapa Laba-laba.

"Selamat pagi, Laba-laba dan Kancil," balas Kupu-kupu dengan gembira. "Sedang apa kalian?"

"Aku sedang membuat jaring, Kupu-kupu," kata Laba-laba. "Kancil sedang menikmati sarapan."

"Wah besar sekali jaringmu. Hasil tangkapanmu pasti banyak malam ini," seru Kupu-kupu, Laba-laba tersenyum.

"Tidak, Kupu-kupu," kata Laba-laba merendah. "Meskipun jaringku besar, terkadang tak satu pun nyamuk dan serangga yang hinggap di jaringku. Berbeda sekali denganmu, kamu bisa mengisap madu sebanyak-banyaknya."

"Betul kata Laba-laba," imbuh Kancil. "Terkadang aku pun jarang mendapatkan daun dan buah-buahan segar."

Kupu-kupu tersenyum malu, "Tidak juga, apabila bunga sedang gugur aku kesulitan mendapatkan makanan. Aku harus terbang cukup jauh untuk mencari bunga yang lebih segar.

Kupu-kupu ingat, sebentar lagi musim panas sehingga banyak bunga yang akan layu.

"Tidak apa-apa, Kupu-kupu. Tak perlu sedih. Setiap hari, kita bekerja agar bisa mendapatkan makanan. Meskipun susah, kita harus menjalaninya," kata Kancil.

"Betul perkataan Kancil," tambah Laba-laba.

"Baiklah, teman. Aku pergi dulu. Aku mau melanjutkan mencari bunga yang segar. Kalian selamat bekerja mencari makanan juga." Kupu-kupu berpamitan, lalu menghilang di antara pepohonan.

Mereka berpisah dan melanjutkan aktivitasnya masing-masing.

Pesan moral: Meski cerita dongeng ini sederhana, tetap ada makna mendalam di dalamnya. Salah satunya adalah menghargai usaha dan perjuangan orang lain.

27. Balasan untuk Si Monyet

Berikut cerita fantasi pendek yang mengisahkan pentingnya persahabatan yang dikutip dari buku Dongeng Si Kancil dan Hewan-hewan Belantara karya Fatiharifah dan Nisa Yustisia.

Monyet bersahabat baik dengan Penyu. Mereka selalu pergi bersama. Namun sayang, Monyet pelit dan rakus. Sifat ini sangat tidak disukai Penyu.

"Hei Monyet, aku sudah tidak punya makanan lagi, tolong berilah aku pisangmu satu saja." Kata si Penyu memohon.

"Tidak, Penyu. Makananku juga sudah habis. Apa yang akan aku makan besok?" jawab Monyet.

Penyu sedih mendengar jawab Monyet. Ia pun pulang ke rumah, meninggalkan Monyet yang sedang makan pisang sendirian. Di jalan, ia bertemu Kancil dan Kupu-kupu.

"Hei, Penyu, mengapa kamu terlihat murung?" tanya Kupu-kupu.

"Aku kelaparan, Teman-teman." Jawab Penyu.

"Kasihan sekali. Bukankah Monyet baru saja memanen pisang. Mengapa kamu tak pergi memintanya?" tanya Kancil.

Penyu menggeleng. "Ia tidak memberiku."

"Ya sudah, ayo ke rumahku. Aku punya buah-buahan untuk kamu makan." Kata Kancil.

Mereka pun pergi ke rumah Kancil. Sesampainya, Penyu makan dengan lahap. Setelah itu, mereka berunding untuk membuat jera si Monyet. Lalu mereka membuat sampan dari batang pohon.

Sampan itu diberi lubang di dasarnya. Pada hari yang ditentukan, Penyu datang menemui Monyet. "Hei, Monyet, temanku memiliki pohon pisang yang sangat banyak di hutan seberang sungai. Ayo kita ke sana untuk makan pisang."

Karena serakah, Monyet mau pergi bersama Penyu. Padahal monyet tidak bisa berenang. Kancil dan Kupu-kupu ikut di sampan.

Ketika sampai di tengah sungai, Kancil membuka sumbatan di dasar sampan. Seketika air masuk ke dalam sampan. Monyet panik. Dengan sigap, Kupu-kupu terbang. Penyu menceburkan diri ke dalam air, disusul Kancil yang berpegangan pada tubuh Penyu.

"Tolong aku, Teman-teman!" teriak Monyet.

"Itulah akibatnya jika kamu bersikap serakah, Monyet!" teriak Kupu-kupu.

Setelah beberapa waktu, Penyu kasihan dengan nasib Monyet. Ia berenang dan menolongnya.

"Terima kasih, Penyu. Maafkan aku karena selama ini serakah, Monyet!" teriak Kupu-kupu. Setelah beberapa waktu, Penyu kasihan dengan nasib Monyet. Ia berenang dan menolongnya.

"Terima kasih, Penyu. Maafkan aku karena selama ini serakah. Aku berjanji akan mengubah sikapku ini." Kata Monyet. Monyet menempati janjinya kepada Penyu. Mereka pun menjadi sahabat yang lebih akrab dari sebelumnya.

Pesan moral: Kisah ini mengajarkan kita tentang nilai-nilai kejujuran, kebaikan hati, kerja sama, dan pengampunan, Bunda.

28. Raja Parkit yang Cerdik

Dongeng Raja Parkit yang Cerdik ini dikutip dari buku 101 Dongeng Sebelum Tidur karya Redy Kuswanto, Bunda. Kisahnya yang menarik, cocok dibacakan untuk Si Kecil. Berikut ini ceritanya:

Di hutan Aceh yang luas, hiduplah burung-burung parkit. Mereka hidup damai dan setiap hari bernyanyi. Suatu ketika, mereka tertangkap perekat seorang pemburu. Dengan ketakutan, mereka berusaha melepaskan diri. Hanya Raja Parkit yang terlihat lebih tenang.

"Saudara-saudaraku, tenanglah!" seru Raja Parkit. "Aku punya ide bagus. Jika nanti si pemburu datang, kita harus pura-pura mati. Pada saat si pemburu membuang kita, tunggu sampai hitunganku keseratus, lalu kita terbang bersama-sama!"

Rakyatnya setuju dengan usul Raja Parkit. Esoknya, si pemburu muncul. Namun, ia amat kecewa karena tangkapannya mati semua. Bruk! Si pemburu tersandung batu. Ia terjatuh. Burung-burung parkit pun terkejut. Mereka beterbangan tanpa menunggu hitungan. Raja Parkit itu pun tertangkap.

"Jangan bunuh aku...," pinta Raja Parkit. "Sebagai imbalan, aku akan menghiburmu dengan suaraku yang merdu setiap hari."

Si pemburu pun membawa Raja Parkit pulang. Sesuai janjinya, setiap hari Raja Parkit bernyanyi. Suaranya amat merdu. Semua yang mendengar memuji kehebatannya.

Kabar tentang kemerduan suara Raja Parkit tersebar ke pelosok negeri hingga sampailah ke telinga Raja Aceh. Raja Aceh memerintahkan peraturan untuk menukarkan Raja Parkit dengan harta benda yang berlimpah. Si pemburu pun menerima tawaran Raja Aceh.

Raja Parkit tiba di istana. Ia ditempatkan di sebuah sangkar emas. Setiap hari ia diberi makanan lezat. Namun, ia sangat rindu hutan tempat asalnya. Suatu hari, ia berpura-pura mati. Melihat Raja Parkit mati, Raja Aceh bersedih. Ia memerintahkan upacara penguburan. Ketika si Raja Parkit diletakkan di luar sangkar, seketika ia terbang dan kembali ke hutan.

Pesan moral: Kita harus bersabar dan terus mencari akal agar keluar dari kesulitan.

29. Cerita Dongeng Pendek: Telinga Sapi Ajaib

Cerita dongeng yang satu ini berjudul Telinga Sapi Ajaib yang dikutip dari buku berjudul Dongen Dunia dan Aktivitas Anak Cerdas oleh Tim Sunrise Pictures.

Dahulu kala, hiduplah seorang putri yang berhati lembut. Sayangnya, ia tinggal bersama ibu tiri dan tiga saudara tirinya yang memperlakukannya dengan buruk. Setiap hari, ia dipaksa bekerja keras, termasuk menggembalakan sapi ke padang rumput sejak pagi buta. Meski hidupnya penuh tekanan, sang putri menyimpan satu rahasia ajaib.

Sapi yang digembalakannya ternyata bukan sapi biasa. Di balik telinganya, tersembunyi keajaiban. Sang putri bisa masuk ke dalam telinga sapi itu, dan di sana ia menemukan dunia yang penuh makanan lezat.

Tak hanya itu, ia juga bisa mengenakan pakaian indah dan beristirahat sejenak dari kerasnya kehidupan. Menjelang sore, ia keluar dari dalam telinga sapi dan berganti kembali ke pakaian kerjanya.

Namun, perilaku sang putri yang berubah membuat ibu tirinya curiga. Ia pun memerintahkan ketiga anaknya untuk mengawasi. Akhirnya, rahasia sang putri terbongkar. Ibu tiri dan anak-anaknya mencoba meniru apa yang dilakukan sang putri. Mereka masuk ke dalam telinga sapi yang sama, berharap mendapat keajaiban serupa.

Sayangnya, mereka tersesat dalam lorong-lorong di dalam telinga sapi dan keluar dalam wujud yang berbeda. Mereka berubah menjadi sapi kurus, sebagai akibat dari keserakahan dan niat buruk mereka.

Pesan moral: Setiap tindakan memiliki konsekuensi. Kebaikan akan dibalas dengan kebaikan, dan keserakahan membawa akibat buruk.

30. Dongeng Pendek: Monster Ku yang Pendiam

Monster Ku yang Pendiam bisa menjadi dongeng pendek pengantar tidur untuk Si Kecil. Dongeng ini dilansir dari laman Storyberries yang mengisahkan tentang monster lucu yang bersembunyi di dalam lemari.

Pada suatu hari hujan turun dengan deras, Suzy sedang bermain di kamarnya bersama boneka beruang kesayangannya. Karena tidak bisa bermain di luar rumah, ia merasa sedikit bosan. Saat sedang meregangkan tubuh, Suzy tanpa sengaja menjatuhkan bonekanya dari tempat tidur.

Saat ia mengambilnya, tiba-tiba terdengar suara gemerisik dari dalam lemari. Awalnya pelan, tapi lama-lama semakin jelas. Suzy tidak merasa takut, justru penasaran. Ia pun pelan-pelan mendekat, lalu membuka pintu lemari.

Di antara baju-bajunya, terlihat sesuatu yang besar, berbulu, dan berwarna pink! Ternyata, itu adalah sesosok makhluk dengan mata bulat, hidung besar, dan mulut lebar yang terbuka.

Suzy terkejut, tapi tidak panik. Ia malah bertanya, "Siapa kamu?" Monster pink itu membesar seketika dan tampak menyeramkan, seolah ingin mengeluarkan suara besar. Tapi ternyata, tidak ada suara sedikitpun yang keluar dari mulutnya. Hening. Bahkan tidak terdengar bisikan.

Suzy justru tertawa karena monster sebesar itu ternyata tidak bisa bersuara. Ia lalu mendekat dan mengelus hidung makhluk itu. Melihat wajah monster yang tampak kebingungan, Suzy langsung memeluknya. Ia berkata, "Kamu akan jadi monster pink kecilku! Namamu Fluffle."
Fluffle pun tersenyum. Ia senang karena ternyata pelukan itu menenangkan. Ia juga merasa nama "Fluffle" terdengar lucu. Sejak saat itu, mereka menjadi sahabat.
Suzy tahu bahwa tidak semua orang akan mengerti tentang monster pink, jadi ia membantu Fluffle belajar menyamar. Siapa sangka, makhluk besar dan berbulu seperti Fluffle bisa menyamar menjadi topi rajut yang hangat atau bahkan bantal besar di kamarnya. Tidak seorang pun menyadari keberadaan Fluffle.

Karena Fluffle tidak bersuara, ia sangat pandai bermain permainan yang tenang. Ia bisa menggambar dengan indah, terutama semua hal yang berwarna pink, mawar, es krim stroberi, dan bagian pink dari permen lolipop. Ia juga senang mendengarkan Suzy membaca cerita. Ketika orang tua Suzy masuk ke kamar, Fluffle segera berubah jadi bantal besar empuk berwarna pink. Tak pernah ada yang curiga.

Suatu hari, badai besar datang. Petir menyambar dan angin bertiup kencang. Fluffle mulai gemetar ketakutan. Melihat itu, Suzy segera menyelimuti mereka berdua dengan selimut dan memeluk Fluffle erat-erat sambil mengusap lembut tangannya.

Tak disangka, tubuh Fluffle yang tadinya hanya pink mulai berubah warna. Muncul titik kuning di pipinya, disusul warna hijau, biru, ungu, dan oranye. Fluffle menjadi berwarna-warni! Saat keduanya melihat pantulan mereka di jendela, matahari tiba-tiba keluar dari balik awan, dan pelangi muncul di langit.

"Kamu sekarang seperti pelangi!" seru Suzy bahagia. Ternyata, kasih sayang Suzy yang tulus membuat Fluffle merasa dicintai. Dan ketika seseorang merasa dicintai, ia bisa bersinar lebih cerah dan penuh warna.

Kini, Fluffle bisa menyamar jadi apa saja seperti layang-layang warna-warni, pelangi yang ceria, atau selimut lembut yang hangat. Setiap malam, Suzy dan Fluffle duduk bersama menikmati matahari terbenam.Suzy merasa sangat bahagia memiliki sahabat seperti Fluffle. Dan Fluffle tahu, selama ia bersama Suzy, ia tidak akan pernah merasa sendiri.

Pesan moral: Cerita ini mengajarkan bahwa cinta dan kasih sayang bisa membawa warna dalam hidup.

Demikian cerita dongeng pendek yang bisa dibacakan untuk anak sebelum tidur. Semoga bisa memberikan manfaat, ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(mua/fir)

Simak video di bawah ini, Bun:

Cerita Fabel Animasi: Asal-Usul Munculnya Danau Toba

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Ciri-ciri Orang Cerdas, Kerap Ucapkan 20 Kalimat Ini

Mom's Life Amira Salsabila

Kenali Penyebab Hipertensi di Usia Muda & Cara Pencegahannya

Mom's Life dr. Bonita Effendi, Sp. P.D, BMedSc, M.Epid

Potret Luna Maya & Maxime Bouttier Hadiri Pernikahan Sahabat di Italia

Mom's Life Amira Salsabila

Potret Ade Govinda & Indiarisa Sambut Kelahiran Anak Pertama, Banjir Ucapan dari para Musisi

Kehamilan Pritadanes

Cerita Aline Adita Akhirnya Berhasil Hamil setelah 7 Th Jalani Promil

Kehamilan Annisa Karnesyia

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Curhat Inul Daratista Usai Kabarkan Adam Suseno Sudah Boleh Pulang dari RS

Kenali Penyebab Hipertensi di Usia Muda & Cara Pencegahannya

Potret Ade Govinda & Indiarisa Sambut Kelahiran Anak Pertama, Banjir Ucapan dari para Musisi

Ciri-ciri Orang Cerdas, Kerap Ucapkan 20 Kalimat Ini

Idol K-Pop Hadiri Paris Fashion Week, Cha Eun Woo hingga Mingyu SEVENTEEN

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK