Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Dongeng Anak: Pelajaran dari Hutan

Kak Dani - Kampung Dongeng   |   HaiBunda

Jumat, 11 Oct 2024 18:43 WIB

Dongeng Anak Pelajaran dari Hutan
Dongeng Anak Pelajaran dari Hutan/ Foto: HaiBunda / Dwi Rachmi
Jakarta -

Roro, si gajah besar yang arogan, baru saja selesai bermain di sungai dan merasa sangat lapar. Ia berjalan menuju pohon apel favoritnya. Hari itu, ia melihat pohon apel itu penuh dengan buah matang, dan tanpa pikir panjang, ia langsung menggoyang-goyangkan pohon dengan tubuhnya yang kuat. Apel-apel pun jatuh berserakan di tanah, dan dengan rakus, Roro mulai memakannya satu per satu.

Namun, tanpa disadarinya, di dalam pohon itu ada Cici, si kelinci kecil, yang sedang tidur di dalam sarang yang ia bangun di sana. Cici terbangun dan dengan cepat berlari keluar, ketakutan oleh guncangan yang tiba-tiba itu.

"Aduh, Roro!" teriak Cici dengan marah.

"Kenapa kamu selalu begitu kasar? Kamu mengganggu tempat tidurku dan membuat semuanya berantakan!"

Namun, Roro hanya tertawa kecil, "Ah, Cici. Kamu kelinci kecil yang lemah, jangan terlalu cemas. Aku gajah besar, aku bisa melakukan apa pun yang aku mau!"

Cici merasa kesal, tetapi ia tahu bahwa berbicara dengan Roro yang sombong dan keras kepala tidak akan menyelesaikan apa pun. Jadi, ia pergi meninggalkan Roro yang terus melahap apel tanpa peduli pada sekitarnya.

Beberapa hari kemudian, sebuah badai besar melanda hutan. Hujan deras dan angin kencang membuat pohon apel favorit Roro tumbang. Tidak ada lagi apel yang bisa dimakan, dan tempat favorit Roro untuk berlindung dari matahari pun hilang.

Roro terkejut melihat keadaan hutan yang porak-poranda. Sungai tempat ia biasa bermain air meluap, membuat air sungai menjadi deras dan berbahaya. Pohon-pohon tumbang dan menutup jalan, sehingga Roro terjebak di satu sisi hutan tanpa bisa kembali ke rumahnya.

Roro mencoba menggunakan kekuatannya untuk mendorong pohon-pohon tumbang, tetapi semuanya terlalu besar bahkan untuk seekor gajah seperti dirinya. Roro mulai panik. Ia tidak bisa menemukan jalan pulang, dan perutnya lapar, sementara hujan terus turun.

Setelah berjam-jam mencoba tanpa hasil, Roro akhirnya merasa lelah dan mulai menyadari bahwa ia tidak bisa menyelesaikan masalah ini sendirian. Saat itu, ia mendengar suara langkah kaki kecil mendekat. Itu Cici, yang datang melihat apa yang terjadi.

"Roro, kamu terlihat kesulitan," kata Cici dengan nada lembut.

Roro menunduk malu. Untuk pertama kalinya, ia merasa kecil dan tidak berdaya meskipun tubuhnya besar.

"Cici, aku terjebak. Aku tidak bisa pulang dan semua jalan tertutup oleh pohon-pohon tumbang. Aku butuh bantuanmu."

Cici menatap Roro sejenak, kemudian tersenyum kecil.

"Aku bisa membantu, Roro. Aku tahu jalan rahasia di bawah pohon tumbang yang hanya bisa dilewati hewan kecil sepertiku. Tapi, kamu harus berjanji untuk tidak sombong lagi dan menghargai hewan lain, apa pun ukuran tubuh mereka."

Roro, dengan penuh penyesalan, mengangguk.

"Aku berjanji, Cici. Aku menyadari bahwa meskipun aku besar, aku tetap membutuhkan bantuan dari yang lain. Maafkan aku karena bersikap sombong."

Dengan cepat, Cici memimpin Roro melalui jalur kecil yang ia temukan di bawah pohon-pohon tumbang. Meskipun jalannya sempit dan sulit bagi Roro yang besar, dengan bantuan Cici, ia akhirnya berhasil keluar dari tempat itu dan kembali ke hutan yang aman.

Sejak hari itu, Roro tidak lagi meremehkan hewan-hewan kecil. Ia belajar bahwa ukuran tubuh bukanlah segalanya, dan setiap makhluk di hutan punya perannya masing-masing.

Cici dan Roro menjadi teman baik, dan bersama-sama, mereka menjaga keseimbangan di hutan, saling menghargai satu sama lain.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(som/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda