HaiBunda

PARENTING

Waspada, Tren 'Yes You Can' di TikTok Bisa Membuka Pintu Predator Seksual Online ke Anak

Kinan   |   HaiBunda

Selasa, 24 Jun 2025 15:10 WIB
Bahaya Trend Yes You Can di Tiktok/ Foto: Getty Images/ibnjaafar

Tak semua yang menjadi tren di media sosial bisa memberikan dampak positif, terutama bagi anak-anak. Salah satunya adalah tren 'Yes You Can' di TikTok, yang dikhawatirkan bisa menjadi jalan masuk bagi para predator seksual online ke anak.

Tren ini menggunakan bahasa afirmatif yang seolah-olah memberdayakan dan memberi semangat, tapi bisa disalahpahami bagi pelaku eksploitasi dan manipulasi online.

Ada berbagai pendapat negatif terkait tren 'Yes You Can', Bunda. Kebanyakan memperingatkan bahwa tren ini bukan sekadar tantangan media sosial biasa, melainkan bentuk ancaman yang bisa berdampak buruk pada kesehatan mental dan keselamatan anak.


Apa itu tren 'Yes You Can' di TikTok?

"Tren 'Yes You Can' adalah bentuk grooming digital yang menyamar sebagai pemberdayaan perempuan. Menggunakan bahasa afirmatif, tren ini bisa menormalisasi perilaku berbahaya seperti keluar diam-diam pukul dua pagi untuk bertemu pria dewasa, naik mobil orang asing, mengirim foto tidak pantas, dan mengabaikan bimbingan orang tua," ungkap Noelani Sagapolutele, LCSW, dari Hawaiʻi State Department of Education.

Video lainnya menampilkan seorang anak remaja menggunakan potongan audio viral dari lagu dengan lirik 'Yes you can', lalu menambahkan teks seperti 'Saya tidak bisa berkencan dengan seseorang yang lahir di tahun 2007'.

Tulisan ini menyiratkan bahwa orang lain mengatakan orang yang lahir pada tahun itu terlalu muda untuk mereka kencani.

Remaja itu kemudian lipsync lirik 'yes you can' sambil mengangguk dalam video, seolah menentang larangan tersebut. 

Beberapa tahun kelahiran yang ditampilkan bahkan ada yang berasal dari tahun 2012, yang sangat mengkhawatirkan. Hal ini seakan mengisyaratkan bahwa berkencan dengan anak usia 13 tahun dianggap wajar.

"Video-video ini ditujukan untuk mendorong orang lain melanggar batas. Secara berbahaya ini juga membuat anak bingung terkait batas antara rasa percaya diri dan tindakan sembrono. Tidak jelas dari mana tren ini bermula, tetapi seperti tren lainnya, tren ini menyebar cepat melalui potongan audio viral dan peniruan antar teman sebaya," imbuh terapis dan penulis For the Sake of Our Youth, Tessa Stuckey, MA, LPC, dikutip dari Parents. 

Hal serupa disampaikan oleh Diane Lampkins, LSW, dari The Center for Family Safety and Healing at Nationwide Children’s Hospital. Ia menyebut bahwa tren ini membawa risiko besar, termasuk potensi kegiatan berbau seksual secara daring.

Bagaimana predator seksual memanfaatkan tren ini?

Tren ini dikhawatirkan bisa memanipulasi dengan menggunakan kalimat pemberdayaan untuk 'menembus' naluri remaja perempuan.

Menurut Sagapolutele, ketika anak perempuan mendengar pesan-pesan ini, otak mereka yang masih berkembang memprosesnya sebagai bentuk validasi, bukan ancaman seksual.

"Banyak dari orang asing itu tidak hanya scrolling, tapi mereka aktif mencari konten yang menampilkan anak perempuan muda. Beberapa dari mereka bahkan meninggalkan komentar tidak pantas atau menyimpan video untuk dibagikan di tempat lain," kata Anamara Ritt-Olson, PhD, profesor di Department of Health, Society, & Behavior, UC Irvine's Joe C. Wen School of Population & Public Health. 

Faktanya, komentar dan ajakan seperti ini juga termasuk sebagai bentuk child grooming. Ini sangat sesuai dengan pola grooming yang sudah terdokumentasi, di mana predator memberikan ilusi kendali kepada anak sambil secara perlahan memanipulasi mereka menuju eksploitasi.

Sagapolutele juga menyebut bahwa taktik grooming seperti ini mengeksploitasi naluri remaja untuk merasa mandiri dan berdaya, sehingga perilaku berisiko tampak seperti ekspresi kedewasaan dan kontrol diri.

Dampak psikologis pada anak perempuan

Berpartisipasi dalam sebuah tren, terlebih yang viral, bisa terasa seperti pemberdayaan karena mereka merasa mengendalikan sesuatu yang 'dewasa' dan independen.

Hal ini bisa menciptakan rasa kebersamaan yang palsu dan menciptakan mandiri secara keliru.

Terlebih jika teman-teman mereka menantang mereka dengan postingan 'Yes You Can', anak perempuan bisa merasa tertekan untuk membuktikan kedewasaannya dengan melakukan hal tersebut. 

Setelah semuanya terlanjur terjadi, anak bisa mengalami gangguan psikologis. Mereka dapat merasa malu, kebingungan tentang identitas diri, disorientasi mengenai batasan pribadi, dan kehilangan kepercayaan terhadap diri sendiri maupun orang lain.

Dikutip dari She Knows, video-video dengan tren 'Yes You Can' ini ditonton jutaan kali dengan komentar penuh dengan anak remaja yang menormalkan perilaku berisiko. Mereka bahkan mengabaikan setiap tanda bahaya yang ada. 

Tips bagi orang tua untuk menghadapi tren serupa

Diperlukan pengaturan yang lebih ketat pada platform media sosial, serta pendidikan literasi digital yang proaktif di rumah dan sekolah. 

Berikut beberapa tips yang dapat diterapkan orang tua dalam menghadapi tren 'Yes You Can' dan tren-tren serupa lainnya:

Mulailah dengan rasa ingin tahu

Tanyakan pada anak apa yang sudah pernah  mereka lihat, bagaimana perasaannya, dan apakah mereka pernah merasa tertekan untuk ikut serta.

Jelaskan cara predator memanfaatkan tren

Bantu anak memahami bahwa tidak semua orang di internet memiliki niat baik. Perkenalkan dengan istilah grooming, serta bagaimana hal ini kerap dimulai dengan dorongan yang terlihat tidak berbahaya.

Tunjukkan perilaku digital yang sehat

Lakukan percakapan terbuka untuk menjelaskan alasan Bunda menetapkan batasan-batasan tertentu pada anak. Berikan contoh bagaimana Bunda sendiri menggunakan perangkat secara bijak.

Perkuat nilai diri anak

Berikan pujian terkait pemikiran kritis, empati, dan keberanian anak untuk menolak tren yang tidak sehat.

Ajarkan aturan 'tiga detik'

Jika sesuatu membuat anak ragu, merasa tidak nyaman, atau bertanya-tanya, jangan lanjutkan. Segera tutup aplikasinya dan bicarakan dengan seseorang, terutama orang tua.

Ajarkan makna pemberdayaan yang kuat

Pemberdayaan berasal dari rasa aman, harga diri, dan nilai-nilai diri yang kuat. Anak perempuan lebih mungkin menolak tren yang berisiko seperti ini jika mereka tahu seperti apa pemberdayaan sebenarnya.

Ingat, remaja perempuan lebih berisiko mengalami dampak negatif dari tren-tren dalam media sosial, Bunda. Laporan dari Centers for Disease Control (CDC) menemukan bahwa hampir 3 dari 5 remaja perempuan di Amerika Serikat merasa sedih atau putus asa secara terus-menerus pada tahun 2021.

Hampir 1 dari 3 serius mempertimbangkan untuk bunuh diri; 1 dari 5 melaporkan mengalami kekerasan seksual dalam setahun terakhir; dan lebih dari 1 dari 10 melaporkan pernah dipaksa berhubungan seks. Semua angka ini meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Menjaga anak tetap aman dari pengaruh negatif yang ada di media sosial memerlukan pendekatan menyeluruh. Bunda bisa mengatur fitur-fitur di media sosial, termasuk batas waktu screen time, menerapkan fitur filter konten Restricted Mode, dan pengaturan privasi lainnya. 

Demikian ulasan tentang bahaya tren 'Yes You Can' di TikTok. Fokuslah pada komunikasi terbuka pada anak remaja, supaya mereka merasa aman berbagi pengalamannya dalam menggunakan media sosial. Semoga bermanfaat ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

Simak video di bawah ini, Bun:

5 Tanda Red Flag pada Anak Remaja dari Bahasa Tubuhnya

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Deretan Artis Banting Setir saat Pindah ke Luar Negeri, Bisnis Jamu hingga Psikolog

Mom's Life Amira Salsabila

Mitos atau Fakta, Sunat Berpengaruh pada Tumbuh Kembang Anak? Ini Kata Dokter

Parenting Triyanisya & Fauzan Julian Kurnia

3 Jenis Posisi Bayi Sungsang yang Perlu Diketahui

Kehamilan Azhar Hanifah

Arti Nama Tia dan 30 Rangkaian untuk Anak Perempuan, Simpel & Indah untuk Sapaan

Nama Bayi Annisya Asri Diarta

Porsi Makan Bayi 6 Bulan Beserta Jadwal Makan dan Nutrisi yang Perlu Diperhatikan

Parenting Azhar Hanifah

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Najwa Shihab Peringati 40 Hari Meninggalnya Suami, Unggah Foto bersama Sang Putra

3 Jenis Posisi Bayi Sungsang yang Perlu Diketahui

Suami Chikita Meidy Ungkap Dugaan KDRT oleh Istri usai Dituding Lakukan Judol

Arti Nama Tia dan 30 Rangkaian untuk Anak Perempuan, Simpel & Indah untuk Sapaan

Mitos atau Fakta, Sunat Berpengaruh pada Tumbuh Kembang Anak? Ini Kata Dokter

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK