Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Risiko Demensia Bisa Terbentuk Sejak Anak Usia Dini, Ini 10 Faktor Pemicu Utamanya

Kinan   |   HaiBunda

Rabu, 30 Jul 2025 18:20 WIB

Dampak memukul otak anak
Ilustrasi/Foto: Getty Images/towfiqu ahamed
Daftar Isi

Tahukah Bunda bahwa risiko demensia bisa terbentuk bahkan sejak anak usia dini? Ya, kondisi ini tak hanya bisa terjadi mulai pada lansia. Ketahui apa saja faktor-faktor pemicu utamanya dalam ulasan berikut ini, Bunda.

Dikutip dari Psy Post, sampai saat ini masih banyak orang mengira demensia adalah dampak alami dari penuaan atau faktor keturunan. 

Namun sebenarnya demensia bukan sekadar konsekuensi penuaan saja. Diperkirakan hingga 45 persen kasus demensia berpotensi dicegah dengan mengurangi paparan terhadap faktor risiko. Hal ini mencakup gaya hidup tidak sehat seperti obesitas dan kurang olahraga.

Sebelumnya, kampanye pencegahan demensia umumnya ditargetkan pada usia paruh baya (40–60 tahun), karena ini adalah masa ketika banyak faktor risiko mulai memengaruhi kesehatan secara signifikan. 

Namun, sekarang para peneliti berpendapat bahwa pencegahan sejak masa kanak-kanak, bisa memberikan hasil yang jauh lebih baik.

Mengapa harus dimulai dari usia muda?

Saat ini, sudah semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa akar demensia bisa dimulai dari masa kanak-kanak. Paparan faktor risiko pada dekade pertama kehidupan (atau bahkan saat dalam kandungan) juga dapat berimplikasi seumur hidup terhadap risiko demensia.

Untuk memahami alasannya, perlu diingat bahwa otak manusia melewati tiga periode utama dalam hidup yakni perkembangan di awal, periode stabilitas relatif di masa dewasa, dan penurunan (dalam beberapa fungsi) di usia tua.

Sebagian besar penelitian tentang demensia tentu berfokus pada perubahan yang terkait dengan penurunan tersebut di kemudian hari.

Namun, semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa banyak perbedaan dalam struktur dan fungsi otak yang terkait dengan demensia pada lansia mungkin setidaknya sebagian telah ada sejak masa kanak-kanak.

Faktor risiko demensia pada masa muda

Berikut beberapa faktor risiko yang mungkin jadi pemicu munculnya demensia pada masa muda, termasuk anak-anak dan remaja:

1. Pola makan tidak sehat

Dikutip dari Dementia UK, kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh, gula, dan makanan olahan meningkatkan risiko penyakit jantung dan obesitas, yang berkaitan erat dengan demensia. 

Ya, obesitas juga dapat berkontribusi terhadap masalah demensia, sehingga penting untuk mencapai atau mempertahankan indeks massa tubuh (IMT) yang sehat sejak kanak-kanak.

2. Diabetes yang tidak terkendali

Diabetes yang tidak terkendali dapat berujung pada kadar gula darah tinggi, yang kemudian bisa merusak pembuluh darah di otak. 

3. Hipertensi dan penyakit jantung

Tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi dapat merusak pembuluh darah di otak, mengganggu aliran darah, dan memicu kerusakan kognitif.

Jika kerusakan juga terjadi pada pembuluh darah di otak, atau jika aliran darah ke otak berkurang akibat kerusakan pembuluh darah di bagian tubuh lain, hal ini dapat menyebabkan seseorang mengalami demensia.

4. Gangguan pendengaran

Kehilangan pendengaran yang tidak diobati bisa menyebabkan penurunan stimulasi otak, yang berdampak pada fungsi memori dan kemampuan berpikir.

5. Faktor genetik 

Orang usia muda, termasuk anak-anak dan remaja, lebih mungkin mengalami demensia turunan yang disebabkan oleh mutasi genetik. Yang paling umum adalah demensia frontotemporal familial, yang mencakup 30-40 persen dari semua kasus demensia frontotemporal dan seringkali memengaruhi banyak anggota keluarga.

Jenis demensia turunan lainnya adalah penyakit Alzheimer familial dan CADASIL (bentuk demensia vaskular yang langka), tetapi kondisi ini jarang terjadi.

Meskipun wajar untuk khawatir akan perkembangan demensia jika ada kerabat yang memiliki atau pernah mengalami kondisi tersebut, sebagian besar kasus demensia tidak diturunkan.

6. Cedera otak traumatik

Cedera kepala sedang hingga berat dapat meningkatkan risiko demensia, terutama jika terjadi berulang. Oleh sebab itu, anak-anak dan remaja perlu terlindungi dari risiko benturan kepala, terutama dalam olahraga kontak.

7. Polusi udara

Ilustrasi Polusi UdaraIlustrasi Polusi Udara/Foto: Getty Images/iStockphoto/CreativaImages

Semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa paparan udara tercemar dan polusi udara, misalnya dari lalu lintas yang padat serta daerah perkotaan, merupakan faktor risiko lingkungan untuk demensia.

8. Isolasi sosial

Mereka yang kesepian atau terisolasi secara sosial cenderung melakukan lebih sedikit aktivitas fisik, minim stimulasi, dan lebih mungkin mengalami depresi, yang terkait dengan demensia.

Penelitian telah menunjukkan bahwa orang yang terisolasi secara sosial juga cenderung mengalami perubahan pada otak, terutama area penting untuk belajar dan berpikir.

9. Depresi

Depresi kronis, terutama jika tidak diobati, berhubungan dengan peningkatan risiko demensia dua kali lipat. 

Depresi memiliki gejala yang mirip dengan tahap awal demensia, seperti kesulitan berkonsentrasi, yang dapat memengaruhi daya ingat. 

Ada kemungkinan bahwa beberapa orang yang didiagnosis depresi yang kemudian mengalami demensia, sebenarnya menunjukkan gejala demensia dini yang tidak terdiagnosis.

10. Kurang tidur

Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa kurang tidur mungkin merupakan faktor risiko demensia.

Alasannya, kurang tidur dan kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan penumpukan protein yang disebut amiloid di otak, yang dapat meningkatkan risiko demensia. 

Pastikan anak memiliki pola hidup sehat dan rutin konsultasi ke dokter untuk memantau tumbuh kembangnya ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fir/fir)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda