
parenting
Anak 3 Tahun Bisa Kalahkan AI dalam Kecerdasan Visual, Bikin Para Peneliti Terkejut
HaiBunda
Minggu, 24 Aug 2025 18:10 WIB

Daftar Isi
Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan terus berkembang pesat dan kini semakin meresap dalam kehidupan manusia. Teknologi ini hadir dalam beragam bentuk, mulai dari kendaraan hingga hiburan digital yang interaktif.
Perkembangan AI kini membuat teknologi tampak mampu menyaingi kemampuan manusia di berbagai bidang. Hal ini menunjukkan pesatnya kemajuan kecerdasan buatan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, di balik kecanggihannya, AI ternyata masih memiliki keterbatasan yang mencolok, Bunda. Ada aspek tertentu dalam kecerdasan manusia yang masih sulit ditiru sepenuhnya oleh teknologi.
Fenomena ini tentu menarik perhatian para peneliti untuk menggali lebih dalam perbedaan antara otak manusia dan sistem buatan. Mereka ingin mengetahui sejauh mana teknologi mampu mendekati kecerdasan alami yang dimiliki manusia.
Dikutip dari Temple University di Amerika Serikat, penelitian yang dilakukan oleh Vlad Ayzenberg, asisten profesor Psikologi dan Neurosains, mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Studi ini memberikan gambaran mengenai cara kerja sistem manusia dibandingkan dengan kecerdasan AI.
Hasil penelitian ungkap bahwa otak manusia lebih unggul dibandingkan teknologi AI
Hasil penelitian mengungkap bahwa kemampuan persepsi visual anak-anak jauh lebih efisien dalam mengolah informasi dibandingkan teknologi AI. Temuan ini sekaligus menjadi pengingat bahwa otak manusia masih unggul dalam ketajaman pengenalan objek.
"Temuan kami menunjukkan bahwa sistem visual manusia jauh lebih efisien dalam mengolah data dibandingkan AI saat ini, dan kemampuan perseptual anak-anak pun sudah sangat tangguh," ujar Asisten Profesor Psikologi dan Ilmu Saraf di Temple University, Vlad Ayzenberg.
Dalam penelitian tersebut, Ayzenberg bersama tim dari Universitas Emory membandingkan kemampuan persepsi visual anak prasekolah dengan model AI tercanggih. Hasilnya, anak-anak prasekolah mampu mengungguli model penglihatan komputer terbaik yang ada saat ini.
Satu-satunya model yang berhasil melampaui kinerja anak-anak adalah model dengan pengalaman visual yang jauh lebih besar dari kapasitas manusia. Studi berjudul Fast and Robust Visual Object Recognition in Young Children ini dipublikasikan pada 2 Juli dalam jurnal Science Advances.
Menariknya, anak-anak berusia 3 hingga 5 tahun diminta mengenali objek dari gambar yang hanya ditampilkan selama 100 milidetik. Tantangan itu dibuat semakin sulit dengan gangguan berupa kebisingan dan faktor pengalih perhatian lain.
"Kami awalnya mengira tugas ini akan sangat sulit bagi anak-anak karena memang dirancang untuk orang dewasa," kata Ayzenberg.
Wawasan anak umur 3 tahun jadi tolak ukur teknologi AI
Menurut Ayzenberg, penelitian ini membuka jalan baru dalam pemahaman hubungan antara manusia dan teknologi. Ia menekankan bahwa wawasan kognitif serta neurologis dari anak-anak dapat membantu menyempurnakan model AI yang ada saat ini.
Sebaliknya, model AI juga bisa dipakai untuk memperkaya pemahaman tentang cara kerja pikiran manusia. Dengan begitu, penelitian lintas bidang ini memberi manfaat ganda, baik untuk ilmu pengetahuan maupun pengembangan teknologi.
"Model AI memang berguna, tapi mereka sering membuat kesalahan yang tidak akan dilakukan manusia," ujar Ayzenberg.
"Mereka juga membutuhkan lebih banyak pelatihan dan energi dibanding kita. Misalnya, melatih model bahasa besar seperti ChatGPT memiliki jejak karbon sekitar 17 kali lebih besar daripada jejak karbon seorang manusia dalam setahun. Jika kita bisa memahami bagaimana anak-anak kecil mampu mengenali objek secara visual, kita bisa membuat model lebih efisien," sambungnya.
Ayzenberg menambahkan studi ini sekaligus memberi tolok ukur baru bagi para pengembang AI. Anak-anak prasekolah dijadikan acuan karena kemampuan visual mereka terbukti tangguh meski dengan pengalaman terbatas.
"Studi ini memberikan tolok ukur bagi model AI: Beginilah kemampuan anak prasekolah. Bisakah AI mencapai kemampuan anak usia 3 tahun dengan data yang lebih sedikit dibanding sebelumnya?" tambah Ayzenberg.
Laboratorium baru untuk pelajari otak anak
Dikutip dari Temple University, Ayzenberg kini membuka Vision Learning and Development Lab. Laboratorium ini hadir sebagai pusat penelitian baru di bidang psikologi dan neurosains.
Di tempat ini, peneliti akan memanfaatkan kombinasi teknik perilaku, teknik yang menghasilkan gambar otak tanpa membutuhkan pembedahan (neuroimaging), dan komputasi. Tujuannya untuk memahami bagaimana otak manusia terorganisasi sejak lahir hingga masa awal anak-anak.
Dengan pendekatan tersebut, mereka berharap bisa menemukan dasar dari perkembangan kognitif yang sangat cepat pada anak-anak. Hasilnya nanti bisa menjadi inspirasi untuk membuat AI yang lebih menyerupai manusia.
"Kami ingin memahami proses saraf apa yang memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan canggih ini dengan cepat meskipun tanpa banyak pengalaman," ujarnya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ndf/fir)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
Kemunculan AI untuk Masa Depan Anak, Ancaman atau Peluang?

Parenting
Wow! Bocah 16 Tahun Dirikan Perusahaan AI, Dapat Investasi Senilai Rp7 M Bun

Parenting
Sekolah di Inggris Pakai AI untuk Jadi Asisten Kepala Sekolah, Bakal Gantikan Guru?

Parenting
Ahli Sebut AI ChatGPT Berbahaya untuk Anak, Ini Penjelasannya

Parenting
Teknologi AI Disebut Bisa Bantu Bayi 18 Bulan Membaca, Bagaimana Caranya?


5 Foto
Parenting
Tasya Farasya Geram Wajah Anak Direkayasa, Akhirnya Posting 5 Potret Wajah Ayang & Adiknya
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda