Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Fenomena "Dad Brain", Perubahan Otak yang Dialami Ayah setelah Punya Anak

Nadhifa Fitrina   |   HaiBunda

Senin, 08 Sep 2025 19:20 WIB

Fenomena
Ilustrasi Keluarga Bahagia/Foto: Getty Images/Edwin Tan
Jakarta -

Istilah "mom brain" sudah familiar sebagai perubahan otak yang dialami Bunda setelah melahirkan. Namun, Ayah ternyata juga mengalami perubahan otak signifikan setelah memiliki anak, yang kini dikenal dengan istilah "dad brain".

Fenomena ini menjadi bukti, bahwa peran menjadi orang tua memengaruhi cara otak bekerja. Perubahan ini membantu Ayah lebih peka terhadap kebutuhan bayi dan lebih siap menghadapi tantangan pengasuhan.

Dilansir dari laman The Bump, penelitian menemukan bahwa beberapa area otak Ayah mengalami penyesuaian setelah kelahiran bayi. Perubahan ini terutama terjadi di korteks yang berperan dalam perhatian dan empati.

Sebuah penelitian di jurnal Cerebral Cortex memindai otak 20 calon Ayah sebelum dan sesudah kelahiran bayi, lalu dibandingkan dengan 17 Ayah yang belum memiliki anak.

Hasil penelitian menunjukkan perubahan nyata pada otak Ayah setelah bayi lahir, sementara otak Ayah tanpa anak tidak mengalami perubahan yang signifikan.

Perubahan otak Ayah setelah menjadi orang tua

Perubahan otak yang dialami Ayah setelah kelahiran bayi sering disebut sebagai neuroplastisitas dan juga terlihat pada Bunda. Fenomena ini menunjukkan kemampuan otak untuk menyesuaikan diri dengan peran baru sebagai orang tua.

"Kami masih mempelajari neuroplastisitas, tetapi ada bukti bahwa otak berubah dan berkembang saat mempelajari keterampilan baru atau selama fase perkembangan tertentu," jelas psikolog dan Associate Professor di University of Southern California (USC), Darby Saxbe kepada USC News.

Dalam hal ini, menjadi orang tua tentu membawa banyak perubahan, baik dari sisi gaya hidup maupun biologisnya.

"Menjadi orang tua membawa perubahan gaya hidup dan biologis serta membutuhkan keterampilan baru, seperti bisa berempati dengan bayi yang belum bisa bicara. Jadi masuk akal, meski belum terbukti, bahwa otak akan lebih plastis selama transisi menjadi orang tua," ujar Saxbe. 

Perubahan ini membuat Ayah lebih peka terhadap kebutuhan bayinya. Dampak nyata pun terlihat pada kemampuan Ayah untuk berempati saat bayi menangis.

Dikutip dari USC Today, penelitian terbaru menunjukkan, bahwa otak Ayah baru mengalami perubahan signifikan pada default mode network. Jaringan otak ini biasanya aktif saat istirahat dan berperan dalam pemrosesan internal, seperti merenung atau berpikir tentang diri sendiri dan orang lain.

Default mode network memiliki fungsi penting dalam memahami pikiran, perasaan, dan perspektif orang lain. Perubahan pada area ini membantu Ayah menjadi lebih peka terhadap kebutuhan, ekspresi, dan emosi bayi mereka.

Fenomena ini ternyata tidak hanya terjadi pada Ayah saja, tetapi juga terlihat pada Bunda. Perubahan ini pun diyakini dapat memperkuat ikatan emosional antara orang tua dan anak.

Dengan otak yang lebih responsif, Ayah dan Bunda dapat lebih memahami sinyal-sinyal pada bayi, termasuk saat bayi menangis atau membutuhkan perhatian khusus.

Selain itu, perubahan pada default mode network membantu Ayah lebih cepat merespons kebutuhan bayi. Dampaknya, perjalanan menjadi orang tua terasa lebih mudah dan hubungan emosional dengan keluarga akan terasa semakin erat.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ndf/fir)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda