HaiBunda

PARENTING

Mengenal Apa Itu Selective Mutism pada Anak, Kerap Disebut 'Jago Kandang'

Nadhifa Fitrina   |   HaiBunda

Senin, 03 Nov 2025 22:20 WIB
Ilustrasi Mengenal Selective Mutism pada Anak, Kerap Disebut 'Jago Kandang'/Foto: Getty Images/iStockphoto/anurakpong
Jakarta -

Anak-anak biasanya selalu ceria saat sedang bermain, tapi beberapa di antaranya justru bisa terlihat pendiam ketika berada lingkungan tertentu. Nah, Kondisi ini dikenal sebagai selective mutism, Bunda.

Bunda mungkin melihat anak seperti 'jago kandang', yang di mana mereka hanya aktif di rumah atau pada orang yang mereka kenal saja. Saat berada di lingkungan baru, anak malah terlihat cemas dan susah mengekspresikan dirinya.

Meski terdengar seperti hal yang biasa, kondisi ini dapat memengaruhi interaksi sosial anak. Mereka bisa merasa frustasi karena kesulitan berkomunikasi atau saat bermain dengan teman sebayanya.


Bunda mungkin mengira kalau perilaku pendiam Si Kecil ini hanya karena rasa malunya saja. Namun, sebenarnya bisa lebih dari itu, ini bisa menjadi tanda anak mengalami selective mutism. Lantas, apa itu selective mutism pada anak?

Mengenal selective mutism pada anak

Dikutip dari Cleveland Clinic, selective mutism merupakan kondisi di mana anak sulit atau tidak bisa berbicara dalam situasi tertentu karena adanya rasa takut dan cemas. Kondisi ini umumnya terjadi pada anak kecil, tetapi bisa juga dialami remaja dan orang dewasa.

Kondisi ini lebih dari sekadar rasa malu atau canggung, Bunda. Selective mutism termasuk gangguan kecemasan yang bisa berdampak jangka panjang dan kadang bisa muncul bersamaan dengan kondisi kecemasan lainnya.

Tanda-tanda selective mutism pada anak

Setelah memahami apa itu selective mutism, Bunda juga perlu melihat apa saja tanda yang biasa muncul pada anak dengan kondisi ini. Berikut tanda-tandanya:

1. Lancar di rumah, tapi diam saat berada di lingkungan luar

Si Kecil mungkin berbicara dengan leluasa di rumah, tapi bisa menjadi sangat pendiam di sekolah atau di sekitar orang yang tidak dikenalnya. Nah, kondisi ini bisa menjadi pertanda anak mengalami selective mutism.

2. Tidak bisa bicara dengan Bunda di hadapan orang lain

Meski dekat dengan Bunda, anak mungkin tetap tidak bisa berkata apa pun saat ada orang lain di sekitarnya. Hal ini menunjukkan rasa cemas yang menghalangi kemampuan bicaranya.

3. Kesulitan berbicara dengan teman sebaya

Si Kecil bisa saja ragu atau menolak bicara dengan teman-temannya di sekolah, Bunda. Situasi ini pun kerap membuat mereka terlihat sangat pendiam di lingkungan sosialnya.

4. Terlihat "tertutup" atau membeku di situasi sosialnya

Anak yang mengalami selective mutism terkadang tampak "membeku" atau enggan untuk berinteraksi. Dalam hal ini, Bunda bisa memperhatikan bahasa tubuhnya yang cenderung menahan diri.

5. Menggunakan gerakan atau ekspresi sebagai pengganti bicara

Si Kecil mungkin lebih sering menggunakan gerakan tangan, ekspresi wajah, atau anggukan untuk berkomunikasi. Cara ini anak pilih saat mereka merasa cemas atau takut untuk berbicara.

Penyebab selective mutism pada anak

Menilik dari Cleveland Clinic, para ahli hingga kini belum bisa memastikan penyebab pasti selective mutism pada anak. Namun, para ahli menduga ada beberapa faktor yang bisa memicu anak mengalami kondisi ini.

1. Kondisi kesehatan mental lainnya

Selective mutism sering berkaitan dengan kondisi kesehatan mental lain, meski kondisi ini bukan penyebabnya langsung, Bunda. Misalnya saja, gangguan kecemasan sosial, fobia, gangguan spektrum autisme, Post-Traumatic Stress Disorder atau PTSD yang membuat anak lebih rentan mengalami selective mutism.

Gangguan kecemasan sosial biasa terjadi pada anak dengan selective mutism. Para ahli memperkirakan 75 hingga 100 persen anak dengan selective mutism juga mengalami gangguan ini.

2. Riwayat keluarga atau genetika

Penyebab lainnya bisa diturunkan dalam keluarga, Bunda. Anak dengan selective mutism lebih mungkin memiliki orang tua, saudara, atau kerabat dekat yang juga mengalami kondisi serupa.

3. Gangguan komunikasi lainnya

Beberapa anak mengalami selective mutism karena merasa cemas saat berbicara atau sedang memahami orang lain. Kondisi ini bisa terkait dengan gangguan pendengarannya, keterlambatan belajar, atau masalah bicara seperti gagap.

4. Keadaan sosial

Lingkungan sosial dan pengalaman anak juga bisa berperan lho, Bunda. Anak yang dibully, mengalami pelecehan, masalah keluarga, atau pindah ke suatu tempat dengan bahasa yang berbeda lebih berisiko mengalami selective mutism.

Seberapa umum selective mutism pada anak?

Selective mutism tergolong kondisi yang langka, Bunda. Kondisi ini memengaruhi kurang dari satu persen orang di semua kelompok usia dan hampir selalu muncul pada masa kanak-kanak.

Nah, biasanya terjadi pada anak dengan usia 5 tahun, saat mulai masuk prasekolah atau sekolah dasar. Kondisi ini tampaknya lebih sering terjadi pada anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki.

Pengobatan selective mutism

Setelah Bunda melihat tanda hingga penyebabnya, kini juga perlu pahami tentang bagaimana pengobatan yang tepat untuk anak dengan selective mutism.

1. Terapi kesehatan mental

Terapi kesehatan mental, terutama terapi perilaku kognitif (CBT) biasanya menjadi pilihan pertama, Bunda. Terapi ini bisa bantu meringankan kecemasan atau rasa tidak nyaman yang dialami Si Kecil dan mengurangi perilaku mengganggu yang mungkin saja muncul.

2. Terapi wicara

Terapi wicara umumnya dilakukan bersama terapis atau tenaga profesional lainnya. Selain bisa meningkatkan kemampuan berbicara, terapi wicara juga membantu anak merasa lebih percaya diri. Dukungan Bunda selama sesi ini pastinya penting supaya Si Kecil merasa lebih nyaman.

Namun, Bunda juga bisa ikut membantunya berlatih di rumah. Dikutip dari Child Mind Institue, contohnya saat anak ingin menjawab pertanyaan, tunggu sekitar lima detik tanpa mengulang pertanyaan, supaya anak punya kesempatan merespons sendiri dan belajar mengelola rasa cemasnya.

Selain itu, gunakan pujian yang spesifik. Daripada hanya mengatakan, "kerja bagus!", Bunda bisa bilang, "kerja bagus, kamu sudah memberi tahu kami kalau kamu ingin jus!". Dengan begitu, anak tahu persis apa yang dipuji dan mereka akan merasa termotivasi untuk terus melakukannya.

3. Penggunaan obat-obatan

Obat-obatan kadang digunakan jika terapi saja kurang efektif. Jenis obat yang umum diberikan adalah Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) yang bisa membantu mengatasi kecemasan, terutama anak dengan selective mutism, Bunda.

Obat lain mungkin akan direkomendasikan sesuai dengan kebutuhan Si Kecil. Jangan lupa ya Bunda selalu konsultasikan dengan dokter anak sebelum memulai pengobatan.

Itulah informasi tentang apa itu selective mutism pada anak, mulai dari tanda-tanda, penyebab, hingga cara mengatasinya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ndf/fir)

Simak video di bawah ini, Bun:

6 Kesalahan yang Membuat Anak Jadi People Pleaser

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

6 Kabar Cerai Artis 2025 yang Mengejutkan, Acha Septriasa hingga Raisa

Mom's Life Amira Salsabila

Rata-Rata IQ Orang Indonesia Terendah di ASEAN, Apa Penyebabnya?

Mom's Life Ajeng Pratiwi & Sutan Muhammad Aqil

Pakar Ungkap Daftar Nama Bayi yang Bakal Jadi Tren di 2026

Nama Bayi Annisya Asri Diarta

Vaksin HPV untuk Cegah Kanker Serviks dan Waktu Pemberian yang Disarankan Dokter

Kehamilan Dr. Rizki Azenda, SpOG

7 Potret Rumah Rossa yang Baru Direnovasi, Intip Sudut Kolam Renang Kekinian dan Asri

Mom's Life Annisa Karnesyia

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Kata Kuasa Hukum soal Isu Orang Ketiga di Tengah Perceraian Raisa dan Hamish Daud

Apakah IQ Seseorang Bisa Berubah & Ditingkatkan? Begini Menurut Penelitian

Vaksin HPV untuk Cegah Kanker Serviks dan Waktu Pemberian yang Disarankan Dokter

Pakar Ungkap Daftar Nama Bayi yang Bakal Jadi Tren di 2026

Rata-Rata IQ Orang Indonesia Terendah di ASEAN, Apa Penyebabnya?

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK