Jakarta -
Si kecil mendadak sulit tidur dan kerap terbangun di tengah malam. Keringatnya berlebih hingga membasahi tempat tidur.
Jika sang buah hati memperlihatkan tanda-tanda tersebut, bisa jadi dia mengalami kecemasan. Perlu diketahui Bunda, kecemasan juga bisa dialami anak kecil.
Mengutip
NHS,
anak cenderung merasa cemas terhadap berbagai hal pada usia yang berbeda. Banyak dari kekhawatiran yang dialami anak ini adalah bagian normal dari tumbuh dewasa.
Pada anak usia delapan bulan hingga tiga tahun, umumnya mereka cemas dengan perpisahan. Biasanya, anak di usia tersebut menangis dan menempel pada Bunda atau Ayah ketika akan ditinggal. Perilaku tersebut termasuk normal dalam perkembangan anak-anak dan biasanya akan berkurang pada sekitar usia dua hingga tiga tahun.
Sementara pada anak-anak prasekolah, mereka umumnya takut pada hewan, serangga, ketinggian, air, darah, dan gelap. Ketakutan-ketakutan tersebut juga akan hilang sendiri secara bertahap.
Sepanjang hidup seorang anak memang akan ada saat-saat lain ketika mereka merasa cemas. Banyak anak merasa cemas ketika masuk sekolah baru, sebelum ujian, dan saat ujian.
Lalu, kapan kecemasan bisa dikatakan sebuah masalah bagi anak? Kecemasan akan menjadi masalah bagi anak ketika mulai mengganggu kehidupan sehari-hari mereka.
"Kita semua kadang-kadang cemas, tetapi beberapa anak tampaknya menjalani kehidupan yang penuh kecemasan, di mana itu bukan jangka pendek dan bukan hanya sesekali," kata Profesor Kesehatan Mental Anak dan Keluarga di University of Bath, Paul Stallard.
 Ilustrasi ucapan orang tua untuk menenangkan anak yang cemas. (Foto: iStock) |
Sebagai contoh ketika musim ujian, seluruh anak pastinya akan merasa cemas. Namun ada anak yang sangat cemas hingga mereka akhirnya tak masuk sekolah.
Kecemasan yang berlebihan seperti ini bisa membahayakan mental dan emosional anak. Hal ini juga bisa memengaruhi harga diri dan kepercayaan diri mereka. Anak akan berusaha keras menghindari hal-hal atau situasi yang membuat mereka merasa cemas.
Sebagai orang tua, ada beberapa hal yang bisa dilakukan ketika anak mengalami cemas berlebihan. Pertama dan paling penting, ajak anak bicara tentang kecemasan dan kekhawatiran mereka. Yakinkan anak bahwa kita memahami perasaan mereka.
Jika anak sudah cukup dewasa, Bunda dan Ayah bisa menjelaskan apa itu kecemasan dan efeknya terhadap kesehatan mereka. Setelah itu, yang tak kalah pentingnya adalah membantu mereka mencari solusi.
Perhatikan ucapan yang Bunda dan Ayah lontarkan kepada anak. Hindari ucapan orang tua seperti, "Jika kamu khawatir, jangan pergi." Ini sama saja mengatakan bahwa jika anak cemas tentang sesuatu berarti dia tak bisa melakukannya.
Bunda dan Ayah bisa menggunakan
ucapan orang tua seperti, "Bunda dengar kamu khawatir tentang ini. Apa yang bisa kamu lakukan untuk mengatasinya?"
Melansir dari
Child Mind, bunda juga bisa melontarkan pertanyaan terbuka kepada anak. "Bagaimana perasaan kamu tentang matematika?"
Pun Bunda dan Ayah jangan sampai justru memperkuat ketakutan anak-anak dengan mengatakan, "Mungkin ini adalah sesuatu yang harus kamu takuti."
Bunda juga bisa simak manfaat ajak anak bermain di
playground umum, dalam video berikut:
[Gambas:Video Haibunda]
(som/muf)