Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Ketahui Gangguan Kecemasan pada Anak Sekolah: Penyebab, Ciri-Ciri, dan Cara Mengatasinya

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Senin, 11 Dec 2023 18:05 WIB

Ilustrasi Ibu dan Anak
Ilustrasi Anak Cemas/ Foto: Getty Images/iStockphoto
Daftar Isi

Bukan hal yang baru lagi ketika anak-anak mungkin merasa cemas untuk pergi ke sekolah. Ditambah, pandemi COVID-19 pernah membuat segalanya serba terbatas, hingga rutinitas menjadi terganggu. Si Kecil mungkin lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, dan ini membuatnya cemas harus bertemu orang banyak ketika masuk sekolah.

Pergi ke sekolah juga bisa menjadi masalah bagi anak yang kesulitan berpisah dengan orang tuanya. Kecemasan akan perpisahan dalam jumlah tertentu adalah hal yang normal, tetapi ini perlu mendapat perhatian ketika anak-anak tidak dapat menyesuaikan diri seiring berjalannya waktu dan kecemasan membuat sekolah menjadi sulit atau bahkan tidak mungkin baginya.

Lantas, bagaimana kita tahu apakah protes anak merupakan sebuah taktik untuk menghindari rasa tidak nyaman atau justru memang mereka minta tolong karena merasa cemas? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini, Bunda!

Penyebab gangguan kecemasan pada anak

Bagi anak yang duduk di taman kanak-kanak (TK), sekolah adalah sebuah konsep abstrak yang belum pernah ada sebelumnya bagi mereka. Orang-orang asing dan rutinitas bisa jadi menakutkan bagi anak-anak ini. Beberapa anak prasekolah mungkin juga masih mengalami kecemasan akan perpisahan, tetapi ini sepenuhnya normal. Ini berarti bahwa anak memiliki keterikatan yang kuat kepada pengasuh mereka. Demikian mengutip Parents.

Biasanya, anak-anak dengan kecemasan sekolah akan menunjukkan serangkaian gejala yang berhubungan dengan stres atau kecemasan. Anak-anak TK mungkin berbicara tentang ketakutan mereka terhadap sekolah dan berulang kali meminta kepastian, seperti "Bisakah Bunda tetap bersamaku saat di sekolah?", atau "Apakah aku harus pergi (ke sekolah)?". Mereka mungkin juga mengeluh sakit perut atau sakit kepala, atau akan mengamuk saat orang tua akan meninggalkannya.

Sementara itu, kecemasan sekolah pada siswa sekolah dasar (SD) mempunyai banyak penyebab yang berbeda-beda. Sebagai permulaan, anak mungkin stres karena tuntutan sekolah atau kelas. Si Kecil mungkin memiliki ketidakmampuan belajar yang tidak terdeteksi, Bunda. Jika mereka mengalami kesulitan dalam mata pelajaran tertentu, tetapi guru tidak menyadarinya atau mengira siswanya tidak berusaha, maka anak tersebut akan merasa khawatir terhadap sekolah.

Faktor lain, termasuk gangguan kecemasan umum (GAD) dan kecemasan sosial, juga dapat membuat sekolah tampak menakutkan. Anak-anak dengan GAD mengalami kekhawatiran berlebihan terhadap hal-hal sehari-hari, mulai dari prestasi akademis hingga jauh dari orang tua.

Anak-anak dengan kecemasan sosial sering kali merasa diawasi secara intens dan khawatir akan melakukan sesuatu yang memalukan. Ada yang takut berbicara di depan kelas, ada pula yang kesulitan berjalan ke papan tulis.

Mereka juga kemungkinan akan mengalami gejala fisik, seperti sakit kepala, mual, diare, hingga sulit tidur, yang muncul sebelum ke sekolah. Beberapa anak bahkan menolak sekolah karena ketakutan yang begitu kuat sehingga mereka tidak dapat dibujuk untuk masuk ke dalam mobil atau masuk ke gedung sekolah. Jika mereka berhasil sampai ke sekolah, mereka mungkin menangis, mengeluh sakit dan nyeri, dan tidak dapat dihibur oleh guru atau staf sekolah.

Penting untuk dicatat bahwa anak-anak dengan kecemasan terkait sekolah berjuang setiap harinya Bunda. Itu bukanlah sesuatu yang mereka alami pada suatu hari, tetapi tidak merasakannya lagi di hari berikutnya.

Ilustrasi Ibu dan AnakIlustrasi Ibu dan Anak/ Foto: Getty Images/iStockphoto

Ciri-ciri gangguan kecemasan pada anak sekolah

Dilansir Healthline, kemungkinan gejala kecemasan pada anak-anak berusia 10 tahun ke bawah mungkin termasuk:

  • Mudah tersinggung, menangis, membentak, atau mengamuk.
  • Penolakan untuk berpartisipasi dalam proses persiapan ke sekolah.
  • Kehilangan nafsu makan atau mual menjelang waktu berangkat sekolah.
  • Mengalami mimpi buruk atau kesulitan tidur.
  • Mengeluh sakit kepala atau diare.
  • Peningkatan denyut jantung dan/atau pernapasan cepat.

Gejala gangguan kecemasan pada anak-anak yang lebih tua

Seiring bertambahnya usia, kecemasan pada anak mungkin muncul dalam bentuk perilaku menghindari sekolah. Tanda-tanda kecemasan pada anak-anak yang duduk di bangku sekolah menengah pertama dan atas akan bervariasi tergantung budaya dan masing-masing keluarga. Beberapa gejala yang umum terkait gangguan kecemasan ini, seperti:

  • Suka membolos atau tidak hadir di kelas.
  • Penolakan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sekolah.
  • Pernapasan cepat dan/atau detak jantung yang meningkat.
  • Kehilangan nafsu makan, mual, atau sakit kepala.
  • Perilaku menyakiti diri sendiri.

Cara Mengatasi gangguan kecemasan pada anak sekolah

Dikutip dari Medical News Today, sebenarnya tidak ada pendekatan universal untuk mengatasi gangguan kecemasan di sekolah. Strategi terbaik mungkin bergantung pada tingkat keparahan gejala dan penyebab yang mendasarinya, Bunda.

Profesional kesehatan mental dapat menggunakan kombinasi psikoterapi, dukungan pendidikan, dan pengobatan untuk mengatasi kecemasan di sekolah. Oleh karena itu, pendekatan tim kolaboratif yang melibatkan anak, orang tua atau pengasuhnya, personel sekolah, dan profesional kesehatan mental seringkali diperlukan.

Langkah pertama dalam pengobatan sering kali adalah bertemu dengan staf sekolah untuk mengembangkan rencana penanganan. Hal ini dapat mencakup penyesuaian jadwal anak, memberikan dukungan di kelas, atau melibatkan anak dalam kegiatan sosial di luar sekolah.

Babyshop juniors sweater anak

Penting juga bagi orang tua dan pengasuh untuk memberikan dukungan kepada anak-anak yang mengalami kecemasan sekolah. Dukungan tersebut dapat berupa:

  • Berbicara dengan anak tentang kecemasan dan ketakutannya.
  • Membantu anak mengembangkan mekanisme koping yang sehat.
  • Mencontohkan perilaku positif.
  • Mengajarkan teknik relaksasi pada anak.
  • Tetap terlibat dalam pendidikan anak.

Orang tua dan pengasuh juga harus menghindari reaksi berlebihan terhadap kecemasan yang anak alami. Misalnya, menghindari pertengkaran, suap (iming-iming hadiah), atau ancaman. Jika Bunda dan Ayah sulit menanganinya sendiri, maka mintalah bantuan dari  ahli kesehatan mental.

Demikian penjelasan tentang gangguan kecemasan pada anak sekolah. Semoga informasi ini bermanfaat ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/ank)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda