Jakarta -
Ada anak yang mau atau 'kuat' melihat proses pemotongan hewan
kurban. Tapi, ada juga anak yang takut. Kadang kala, kuat nggak-nya anak melihat proses pemotongan hewan kurban dikaitkan sama berani nggak-nya seorang anak.
Ibu satu anak, Bina, bercerita kalau sang anak sering diajak melihat pemotongan hewan kurban oleh saudara-saudaranya. Tapi, si anak nggak mau dan saat itulah, si anak dianggap nggak berani.
"Apalagi anak saya kan cowok. Tapi saya bilang kalau memang dia nggak mau ya jangan. Daripada nanti malah takut darah. Soalnya ada keponakan saya yang dipaksa melihat proses pemotongan hewan kurban dia jadi trauma," kata Bina.
Memang Bun, kita nggak bisa mengukur keberanian anak dari kuat atau mau nggak-nya anak melihat proses pemotongan hewan kurban. Kata psikolog anak dari Tiga Generasi, Anastasia Satriyo M.Psi., Psikolog, kalau dari perspektif psikologi, berani pada anak dilatih lewat menyelesaikan masalah.
Misalnya, anak lagi nggak pengen belajar tapi harus mau belajar. Terus, dikasih uang jajan sedikit, gimana nih cara dia mengatur pengeluarannya. Atau, anak mau bicara ke pelayan restoran saat dia akan memesan makanan tambahan. Jadi, anak berani kata Anas lebih kepada bagaimana anak menyelesaikan tantangan-tantangan hidup sendiri.
Baca juga:
Keren! Video Bocah Nyanyi Lagu Whitney Houston Ini Jadi Viral"Jangan ukur berani nggak-nya anak dari kuatnya dia melihat pemotongan hewan
kurban. Berani bukan kayak dibikin-bikin, disuruh naik ke tempat tinggi, wah anak berani ya. Bukan gitu. Berani bukan yang ditekan gitu," kata Anas waktu ngobrol sama HaiBunda.
Apalagi, ada juga anak yang gampang banget nggak tegaan pas melihat pemotongan hewan kurban. Bahkan, melihat sapi dipaksa dibaringkan saat akan disembelih aja ada anak yang perasaannya terenyuh dan nggak kuat. Kata Anas, nggak tega pas melihat proses pemotongan hewan kurban berhubungan sama kemampuan empati anak.
Tipe anak yang kayak gini kata Anas hatinya udah peka, Bun. Biasanya, mereka nggak akan tega menyakiti temannya, karena sama binatang aja mereka sudah sayang banget dan nggak tegaan. Walau memang, nggak tegaan pas melihat pemotongan hewan kurban selain tergantung kemampuan empati anak juga tergantung sensitivitas perasaan anak.
"Tapi bukan berarti anak yang kuat lihat proses pemotongan hewan
kurban, nggak punya empati atau nggak sensitif. Nggak kayak gitu. Mungkin dia udah lebih tahan dan lebih biasa. Misalnya dari kecil udah biasa ternak binatang atau ayahnya memang jualan daging sapi," kata Anas.
Baca juga:
KAI Kerahkan 15 Kereta Tambahan Hadapi Libur Idul Adha (rdn)