Jakarta -
Anak diajak ke luar rewel, di dalam rumah juga nangis mulu, minta apa-apa kalau nggak diturutin bisa nangis histeris hingga melempar semua barang di dekatnya. Diturutin kemauannya salah, nggak dituruti juga salah. Duh, pusing!
Saat anak usia balita bertingkah seperti ini, namanya tantrum, Bun. Bagi orang tua baru mungkin belum paham benar soal ini ya. Yuk, kita belajar bareng-bareng.
Menurut psikolog pendidikan, Orissa Anggita Rinjani,
tantrum adalah ekspresi emosi, terutama rasa marah, yang dikeluarkan secara berlebihan dan dengan kekerasan atau agresivitas seperti berteriak, mengumpat, melempar atau merusak barang, berguling di lantai, berteriak dan menangis kencang, serta memukul.
"Bahkan ada juga yang mengeluarkan emosinya dengan cara menahan napas, muntah, atau berlari menghindar," sambung perempuan yang akrab disapa Ori ini.
Jangan salah, tantrum itu beda lho, Bun, dengan sensory meltdown. Tantrum cirinya didorong oleh keinginan atau tujuan tertentu, mengecek apakah ia diperhatikan dan perilakunya muncul saat ada 'penonton'. Pada tantrum, perilakunya bisa langsung berhenti ketika keinginannya sudah tercapai.
"Sedangkan sensory meltdown merupakan reaksi terhadap sesuatu, sensory overload, tidak peduli apakah diperhatikan atau tidak, perilakunya muncul ketika ada ataupun nggak ada yang 'menonton'," papar Ori dalam dalam kuliah What's App bersama Birth Club January'16 beberapa waktu lalu.
Ori juga menambahkan karena sensory meltdown tidak bertujuan, perilaku berhenti saat anak sudah bisa menenangkan diri atau dibantu untuk tenang.
Menurut survei Rumah Dandelion, sebanyak 65 persen anak pasti mengalami
tantrum, 76 persen anak tantrum saat berada di rumah, 54 persen dengan durasi kurang dari 5 menit. Sementara itu 64 persen cara orang tua menghadapinya adalah dengan mendiamkan.
"Biasanya situasi pemicu anak mengalami temper tantrum yaitu ada di rumah dan di luar rumah. Di rumah seperti saat menjelang tidur, makan, mandi, dan orang tua yang menyetop kegiatan anak seperti ketika nonton televisi atau bermain karena anak harus mandi atau lainnya," ungkap Ori yang juga merupakan co-founder Rumah Dandelion.
Sedangkan di luar rumah situasi pemicunya seperti di restoran, ketika anak bosan atau tidak menyelesaikan makanannya karena ingin kembali bermain, bisa juga di supermarket, tempat bermain (playground), tempat ibadah, juga di sekolah (terutama di waktu transisi kegiatan).
Kenapa Anak Tantrum?Biasanya anak tantrum karena frustrasi, minta diperhatikan atau menolak untuk melakukan suatu kegiatan yang diminta orang tua. Contohnya anak disuruh mandi tapi ia sedang asyik bermain.
"Keterbatasan dalam berbahasa juga berpengaruh terhadap kemampuan anak meregulasi emosinya," tutur wanita Ori yang merupakan lulusan magister Psikologi UI ini.
Ori menambahkan anak dengan temperamen 'difficult child' cenderung lebih sering dan intens tantrumnya dibanding anak dengan temperamen 'easy' maupun 'slow to warm up'.
"
Tantrum biasanya berlangsung sekitar 1 hingga 5 menit dan muncul di usia 12 hingga 15 bulan. Memuncak di usia 1,5 hingga 3 tahun dan dapat bertahan hingga usia 4 hingga 5 tahun bila tidak dihadapi dengan tepat," ungkap psikolog konsultan di Unique Growing Mind Preschool ini.
(aml)