Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Penyebab dan Cara Menangani Meltdown, Kondisi Anak Marah Seperti Tantrum

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Senin, 11 Jan 2021 12:31 WIB

Anak menangis
Penyebab dan Cara Menangani Meltdown, Kondisi Anak Marah Seperti Tantrum/ Foto: iStock

Bunda pernah dengar istilah meltdown? Beberapa orang kerap mengaitkan meltdown dengan kondisi tantrum pada anak.

Perlu diketahui ya, meltdown berbeda dengan tantrum. Psikolog anak Saskhya Aulia Prima M.Psi mengatakan, tantrum adalah luapan atau ekspresi emosi-emosi besar pada anak, berupa marah, kesal, dan frustrasi.

Sementara meltdown terjadi karena bawaan-bawaan tertentu. Misalnya, ada masalah sensori atau hipersensitivitas pada anak terhadap suatu hal.

"Salah satu contoh meltdown adalah anak marah dan frustasi karena mendengar suara kencang atau ketika melihat orang banyak dan tidak beraturan," kata Saskhya, kepada HaiBunda baru-baru ini.

Anak yang meltdown bisa tiba-tiba berteriak lho. Kondisi ini bisa terjadi lebih lama daripada anak yang frustasi karena tantrum.

Selain itu, meltdown juga tidak terjadi pada semua anak. Kondisi yang disebabkan hipersensitivitas ini bisa membuat anak sulit meregulasikan atau mengontrol emosinya.

"Kalau tantrum biasanya terjadi setiap episode enggak lebih dari 30 menit. Nah, kalau terjadi lebih dari 30 menit, bisa jadi meltdown," ujar Saskhya.

"Ada kan suatu saat di hidup kita tiba-tiba enggak berhenti menangis. Itu biasanya ada meltdown tertentu tanpa tahu sumbernya," sambungnya.

Untuk membedakan anak tantrum atau meltdown cukup sulit, Bunda. Saskhya menyarankan orang tua segera ke ahli profesional untuk mengetahui tanda-tanda anak meltdown.

Kondisi meltdown dan tantrum terjadi dengan durasi, penyebab dan intensitas yang berbeda. Ahli profesional akan mencari penyebab meltdown untuk selanjutnya melakukan pengobatan, seperti terapi sensori integrasi.

"Misalnya, di beberapa anak ada sensitivitas suara keras atau tempat ramai, jadi bisa bilang ke orang tuanya untuk menghindari stimulus tersebut. Mungkin dia juga harus terapi sensori integrasi. Secara jangka panjang, ya harus ada terapi khusus kalau penyebabnya bukan karena kewajaran perkembangan," ucap Saskhya.

Jika si kecil menunjukkan tanda meltdown, Bunda jangan panik ya. Untuk tahu tips menangani anak meltdown, BACA HALAMAN BERIKUTNYA.

Simak juga tips mengatasi anak tantrum, dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

Artis penyintas COVID-19Foto: HaiBunda/ Mia Kurnia Sari

Mengatasi Meltdown pada Anak

A mother holding a crying toddler daughter indoors in kitchen when cooking.

Penyebab dan Cara Menangani Meltdown, Kondisi Anak Marah Seperti Tantrum/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Halfpoint

Mengatasi meltdown pada anak

Meltdown menyebabkan anak kehilangan kendali dan menjadi sangat emosional, sehingga tidak bisa menahannya. Mengatasi anak meltdown tidak mudah, Bunda.

Berikut 3 cara mengatasi meltdown pada anak menurut psikolog klinis Dr. Shefali:

1. Tetap tenang

Saat anak kewalahan menangani perasaan mereka, kehadiran orang tua yang tenang itu penting. Kita perlu menunjukkan pada anak bahwa kita selalu ada untuk mereka.

Meski begitu, Bunda tidak boleh memperlihatkan sikap mengendalikan atau mendominasi di depan anak ya. Kita cukup berada di samping mereka dengan tenang dan mencoba memeluk jika anak mengizinkan.

"Ketika anak-anak melihat orang tuanya terhubung dengan empati, mereka secara alami akan menyerap kekuatan orang tuanya dalam diam, hingga perlahan menemukan jalan keluar," kata Shefali, mengutip laman resminya.

2. Beri ruang anak untuk berekspresi

Setiap manusia ingin dilihat, didengar, dan diterima apa adanya. Hal ini juga dirasakan anak-anak, Bunda.

Coba berikan ruang pada anak untuk mengekspresikan perasaanya tanpa penjelasan atau penilaian. Cara ini mengajarkan anak untuk tidak merasa terancam saat muncul perasaan-perasaan yang mengganggunya.

3. Beri contoh

Orang tua perlu memberi contoh agar anak tidak takut saat meltdown muncul. Ketika anak melihat orang tuanya tidak terpengaruh, mereka juga akan belajar untuk menjadi sama.

"Bukan tugas kita untuk mengontrol kapan dan bagaimana perasaan anak. Tugas kita hanya mendukung dan membimbing mereka melewati masalah dan membantu untuk beralih ke perasaan lain," ujar Shefali.


(ank/rap)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda