Jakarta -
Balita
tantrum memang wajar-wajar aja ya, Bun. Tapi saat ini terjadi memang kesabaran kita diuji banget. Rasanya tergoda untuk mengambil langkah instan agar si kecil segera tenang. Tapi kita perlu pertimbangkan juga sih, Bun, langkah itu efektif atau nggak.
Kalau anak tantrum saat di rumah sih masih mending ya. Tapi kalau tantrumnya terjadi saat di tempat umum, tentu kita dan si kecil bisa jadi pusat perhatian. Saya pernah melihat anak tantrum di pusat perbelanjaan karena minta mainan namun nggak dipenuhi oleh ibunya. Anak itu menangis histeris sampai berguling-guling di lantai.
"Ya udah sih, Bu, dibeliin aja. Malu dilihatin orang," ujar ibu lain yang memang ada di tempat itu.
Tapi si ibu bergeming. Saya melihat gurat kesal di wajahnya, tapi dia sepertinta berusaha keras untuk menahan kekesalannya.
Kata psikolog pendidikan, Orissa Anggita Rinjani, yang perlu kita lakukan ketika anak mengalami tantrum, yang pertama adalah dengan meregulasi emosi anak. "Tugas orang tua adalah membantu anak tenang karena itu orang tua pun harus tenang terlebih dahulu. Tidak lupa acknowledge juga perasaan anak seperti, 'Mama tahu kamu lagi kesal dan ingin nonton' dan abaikan tantrumnya," kata psikolog yang akrab disapa Ori ini.
Lalu beri pula waktu jeda (brief time out) untuk anak bisa tenang. Bila ada kecenderungan anak menyakiti diri atau orang lain, bawa ke tempat aman dan tenang, Bun.
"Berikan perhatian atau apresiasi kepada anak ketika ia bisa tenang," papar Ori dalam dalam kuliah What's App bersama @
bcjanuary16 (
Birth Club January'16) beberapa waktu lalu.
Ori menekankan bukan waktu yang tepat untuk mendisiplinkan anak ketika mereka sedang
tantrum. Kenapa? Karena mereka tidak memiliki energi untuk belajar.
"Tapi tetap, orang tua perlu menjelaskan kepada anak tentang apa yang mereka alami setelah tantrumnya selesai," ungkap Ori.
Menurut psikolog anak dan remaja, Ratih Zulhaqqi, perilaku tantrum dan agresivitas memang sebagian muncul karena anak sulit mengekspresikan apa yang ada di dalam pikirannya dan lingkungan tidak dapat memahami apa yang ia inginkan, sehingga respons yang muncul adalah marah.
"Jika kita membiasakan anak untuk berekspresi secara verbal maka ia akan mengembangkan satu cara penyelesaian masalah yang baru yaitu dengan menggunakan kemampuan verbal sehingga bisa mengurangi munculnya tantrum," papar Ratih dikutip detikhealth.
Ajari anak untuk berekspresi emosi secara tepat dan mengenal berbagai macam benutk emosi ya, Bun, sehingga ia dapat membedakan respons yang satu dengan lainnya secara tepat.
(Nurvita Indarini)