Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Penyebab Anak Bertingkah Lebih Dewasa dari Usianya di Medsos

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Kamis, 09 Aug 2018 17:01 WIB

Anak bertingkah dewasa sebelum waktunya di media sosial ada penyebabnya lho, Bun. Ini dia.
Penyebab Anak Bertingkah Lebih Dewasa dari Usianya di Medsos/ Foto: Thinkstock
Jakarta - Baru-baru ini viral video anak perempuan minta cerai di media sosial. Setiap dari kita yang nonton pasti tertawa dan bertanya-tanya 'Tahu dari mana sih ini anak?'. Di sisi lain, sebenarnya video tersebut bikin miris ya, anak zaman sekarang kok bertingkah dewasa sebelum waktunya?

Bunda pernah punya pikiran seperti itu? Nah, menanggapi hal ini psikolog anak dan remaja, Novita Tandry MPsych bilang kalau perilaku anak yang dewasa sebelum waktunya saat main medsos semua dipengaruhi media sosial dan lingkungannya.

"Tentunya media yang memengaruhi itu semua. Tontonan anak zaman sekarang kan televisi, YouTube. Lalu, mereka sebenarnya tahu nggak sih kalau ditanya definisi kata cerai itu apa? Pasti mereka nggak tahu kalau perceraian itu adalah dua orang yang bersatu pernikahan, sah secara hukum dan agama, mereka nggak cocok, mereka akhirnya berpisah. Anak-anak itu nggak tahu kan, bercerai artinya berpisah suami istri dan panjang urusannya," kata Novita saat ditemui usai sebuah acara di bilangan Kebon Sirih, Jakarta Pusat.

Kata Novita, sebenarnya anak membuat video itu untuk lucu-lucuan saja, tanpa tahu maksud sebenarnya. Kemudian, apakah ada dampak ke anak jika dia melakukan hal itu? Novita bilang banyak dampaknya. Jadi begini, anak itu bisa kita sebut generasi alpha karena lahir di atas tahun 2010. Generasi yang bukan millenial lagi, apalagi generasi X,Y dan Z.

"Yang disebut generasi Alpha itu sebenarnya jauh lebih terdidik dengan tingkat pendidikan minimal S1. Tapi, yang disayangkan mereka punya empati yang lebih rendah dibanding sebelumnya, kenapa? Karena berhadapan dengan gadget. Mereka jarang berhadapan dengan sesama manusia. Wajah, ekspresi, emosi sebagian dari mereka nggak tahu bagaimana cara mengeluarkannya. Mereka lihatnya benda mati, jadi membuat anak generasi tersebut kelihatannya nggak punya empati, tata krama dan etika," lanjut Novita.

[Gambas:Instagram]



Lingkungannya juga turut memengaruhi pembentukkan karakter sang anak. Misal keluarganya nonton sinetron terus atau membiarkan anak terpapar hal seperti itu maka anak-anak akan membentuk karakter dari situ. Lagipula, menurut Novita anak-anak usia dini menyerap apa saja tanpa bisa memfilter ditambah pikiran mereka yang masih abstrak.

"Anak saya aja temannya datang ke rumah, 'Hai tante!' Langsung naik ke atas, pulang juga begitu 'Bye tante!' nggak ada basa-basi. Dan itu dia berkunjung ke rumah naik ke atas dengan sepatu lengkapnya. Kalau zaman kita dulu, buka sepatu, salam, permisi dulu. Masuk rumah ditawari makan tapi kita nggak berani makan, padahal kita lapar sekali. Karena kita diajari orang tua kalau nggak ditanya tiga kali, jawabannya nggak. Sekarang mana ada, lapar langsung dia makan, dia habiskan," tutur Novita.

Jadi berbeda, anak generasi Alpha sekarang makin pelik ditambah dengan orang tua yang nggak sadar bahwa tata krama dan sopan santun semakin luntur. Oleh karena itu Novita menyarankan agar orang tua tetap membatasi anak bermain gadget dan ikut memfilter konten yang dikonsumsi anak. Jika nggak, otak di bagian perifrontal korteks yang mengatur empati, kognitif dan emosi akan terpengaruh.

"Orang tua mau nangis, jungkir balik, anak akan cuek, mengerikan ya seperti itu karena perifrontal korteksnya sudah 'konslet'," tutup Novita. (rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda