Jakarta -
Mual, muntah, pegal di punggung bawah, hingga ngidam, umum dirasakan pada ibu hamil. Di saat-saat seperti ini rasanya senang banget kalau diperhatikan sama
suami. Sayangnya, seorang sahabat HaiBunda, NR, mengaku tidak pernah mendapatkannya.
"Aku tidak mendapat perhatian dari suamiku," kenang NR.
Saat hamil, NR jalan-jalan pagi di sekitar rumah sendiri. Pun di akhir pekan, ketika suaminya libur bekerja, NR tetap jalan pagi sendiri. Mual, muntah, ngidam, ke pasar, ataupun ke dokter untuk cek kehamilan pun dihadapi dan dilakukannya sendiri.
Kata NR, dia dan suaminya memang menikah karena perjodohan. Namun sepertinya pepatah Jawa 'witing tresno jalaran soko kulino' tidak berlaku dalam kehidupan mereka. Mereka masing-masing masih sama-sama merasa asing, menyimpan sendiri hal-hal yang sulit diungkapkan pada pasangan.
Baca juga:
Dear Suami, Hal Simpel Ini Juga Dibutuhkan Istri Saat HamilNR yang berasal dari Sumatera, beberapa saat setelah menikah memang tinggal di Jakarta. Sebagai seorang perantauan mungkin berat menjalani semua hal sendiri. Tapi untungnya NR merasa dirinya kuat. Bahkan sampai waktu melahirkan tiba, dia pergi ke bidan sendiri tanpa disertai sang
suami.
"Iya kalau inget dulu tuh sedih aja rasanya, kalau lihat orang rasanya ngiri gitu. Istri hamil di anter kemana-mana, jalan pagi ditemenin, dimanja. Ini buru-buru, ngelahirin aja sendirian," tutur NR.
"Sampai ditanya sama bidan, bu suaminya mana, saya bingung jawabnya karena dia tidur di rumah orang tuanya," lanjut NR.
Komunikasi yang tersumbat dengan pasangan rasanya nggak enak banget ya. Karena hal ini menyebabkan NR tidak bisa leluasa menyampaikan apa yang dirasakan dan yang dipikirkannya. Tapi dia sendiri juga nggak tahu dari mana komunikasi akan dijalin. Karena menurutnya, sang suami pun enggan berdiskusi bersamanya. Setiap kali dirinya akan memulai pembicaraan, suami sudah bersikap defensif.
Segala macam perasaan disimpannya bertahun-tahun. Kini, saking menggunungnya tumpukan masalah tak terselesaikan membuatnya menjadi sosok yang gampang tersinggung. Alhasil anaknya yang menjadi pelampiasan.
Baca juga:
Saat Hamil Malah Jadi Sebal ke Suami, Pernah Mengalami, Bun?Meski hubungannya dengan suami tidak hangat, namun mereka dikaruniai anak kedua. Nah, saat hamil anak kedua ini, NR memilih menjalaninya di kampung halamannya. Saat itu dia merasa bahagia banget karena dikelilingi orang yang peduli dan perhatian pada dirinya.
"Bukan bermaksud durhaka sama suami tapi mau gimana, toh saya juga butuh diperhatiin biar gimanapun juga," ungkap NR.
NR mengatakan dirinya sama sekali nggak butuh dibelikan barang mahal atau dihibur secara materi oleh suaminya. Kehadiran
suami di sampingnya dan bersikap hangat, baginya jauh lebih berharga. Apalagi perhatian suami, meskipun untuk hal-hal kecil,
bisa mengurangi kecemasan dan stres pada ibu hamil.
Menurut psikolog anak dan keluarga Roslina Verauli atau Vera, dukungan memang penting banget nih diberi ke ibu yang lagi hamil dan setelah melahirkan. Perubahan yang dialami saat hamil kadang membuat ibu sensitif. Untuk itu, dukungan dari suami lewat hal simpel seperti memijat istri, membantu mengerjakan pekerjaan rumah dan mau mendengar keluh kesah istri luar biasa banget lho efeknya.
"Dukungan ini penting supaya ibu hamil dan menyusui nggak stres. Dengan suami dan lingkungan sekitar yang lebih peka, itu berarti banget lho," kata Vera seperti dikutip dari detikHealth.
Baca juga:
Ketika Kau Selingkuh, Haruskah Aku Memaafkanmu, Suamiku?Terkait masalah komunikasi suami istri, menurut dr Andri, SpKJ, FAPM, dari Klinik Psikosomatik RS Omni Alam Sutera, memang rentan terjadi. Namun jika suami istri memiliki kematangan emosi yang baik, maka masalah komunikasi yang muncul bisa terselesaikan dengan baik.
"Tapi bisa juga meski komunikasinya baik, tapi salah satunya punya masalah kejiwaan seperti gangguan perilaku, ya tetap akan bermasalah pernikahannya," tutur dr Andri kepada detikHealth.
Dikatakan dr Andri, masalah komunikasi yang dialami pasutri memang bisa jadi didasari oleh gangguan kepribadian. Gangguan kepribadian adalah kondisi di mana pengidapnya memiliki pola pikir yang tidak sehat dan tidak mengikuti norma umum, misalnya jadi sulit merasa, memahami atau berinteraksi dengan orang lain, serta kesulitan berinteraksi secara sosial.
(aml)