Jakarta -
Hati
ibu mana yang nggak hancur ketika tahu penyakitnya makin parah bahkan diperkirakan hidup nggak lama lagi. Padahal, anak-anak masih kecil dan butuh dampingan sang bunda. Hiks, bisa dibayangkan kan, Bun, gimana rasanya? Tapi, inilah yang sedang dialami bunda dua anak bernama Sara Chivers.
Delapan tahun lalu Sara didiagnosis kanker. Tapi, dia bisa melawan kanker yang menggerogoti tubuhnya, Bun. Namun, pada bulan Maret lalu, pemeriksaan MRI menunjukkan kalau sel kanker Sara kembali lagi. Kali ini, dengan kondisi yang selalu dtakutkan Sara: kankernya tidak bisa dioperasi, diobati, dan sudah memasuki stadium terminal.
Nggak sampai di situ. Ketika Sara menjalani operasi untuk mengecilkan satu dari tiga tumor agresif yang ada di otaknya, anak keduanya Alfie yang berumur 18 bulan didiagosis terkena kanker otak. Sebagai ibu, fokus Sara hanya menyelamatkan nyawa sang putra, tanpa terlalu peduli dengan keadaannya. Selama itu pula Sara menulis surat untuk Alfiedan kakaknya, Hugh, yang berumur 3 tahun.
Kepada New Daily, Sara bilang hal paling memilukan adalah ketika dia didiagnosis kanker stadium terminal dan kemungkinan tidak bisa melihat sang anak tumbuh besar seperti harapannya selama ini sebagai seorang ibu. Lewat suratlah Sara menunjukan penghormatannya pada sang buah hati.
"Anakku, kamu akan mendengar dari orang lain hal kecil tentang ibu. Parfum pilihanku adalah Michael Kors, makanan favoritku spaghetti bolognese, musim dingin adalah musim kesukaanku. Dan aku berharap bisa memasak lebih baik. Anakku, jangan takut mengekspresikan emosimu.
Ibu nggak akan lelah mendengar kata 'I Love You' dari ayahmu, kamu anak-anakku, keluarga, dan temanku. Belajar yang serius tapi ketahui juga banyak hal lain yang menyenangkan dalam hidup dibanding textbook," tulis Sara dalam suratnya.
Nggak cuma itu, Bun. Sebagai 'wasiat' untuk kedua putranya, Sara menekankan ke Hugh dan Alfie untuk jangan takut gagal. Karena, menurut Sara kita justru lebih banyak belajar dari kegagalan daripada kesuksesan. Sara juga mendorong kedua anaknya untuk berani mencoba hal-hal baru. Hmm, kebayang nggak sih, Bun, gimana perasaan Sara waktu menuliskan kata demi kata di suratnya? Hiks.
Sebagai ibu, Sara juga tahu kalau kelak dewasa kedua putranya akan merasakan yang namanya cinta. Untuk itu, dalam suratnya Sara bilang kalau cinta memang rumit. Tapi, akan lebih baik ketika kita merasakan cinta dan kehilangan daripada tidak pernah merasakan cinta sama sekali.
 'Anakku, Bacalah Surat Ini Jika Nanti Ibu Tak Lagi Ada di Sisimu' /Foto: thinkstock |
"Itulah yang ibu rasakan terhadap kalian berdua. Patah hati nggak cukup menggambarkan betapa sakitnya hati ibu ketika nantinya tak ada di sisimu. Tapi ibu nggak akan pernah menghapus kenangan ketika kita menghabiskan waktu bersama. Kalian berdua adalah kebanggan ibu," tambah Sara.
Di akhir suratnya, Sara juga menyinggung sang suami, Leigh. Kepada Hugh dan Alfie, Sara berpesan agar menjadi anak yang baik. Karena, bukan hal yang mudah bagi seorang ayah membesarkan anak-anaknya sendirian. Sara yakin, keputusan sang suami nantinya pasti demi kebaikan Hugh maupun Alfie.
"Dia adalah teman hidup ibu, segalanya. Dia selalu begitu dan akan selalu seperti itu," ujar Sara.
Kini, Sara juga fokus pada keselamatan Alfie. Bocah itu akan menjalani operasi untuk menyedot cairan yang ada di otaknya. Untuk Sara sendiri, Alfie adalah superhero ciliknya karena di usianya yang baru 18 bulan, Alfie harus melawan kanker otak yang dialaminya.
Dikutip dari Mayo Clinic, karena bisa menyerang sistem pusat tubuh, pasien kanker otak stadium lanjut biasanya sulit melakukan aktivitas fisik. Bahkan nih, Bun, pada beberapa kasus ekstrem pasien hanya bisa terbaring di rumah sakit dengan bantuan life support. Pada pasien kanker otak stadium terminal, sel kanker bisa menyebar ke seluruh tubuh.
Kata Dr dr Sonar Panigoro SpB(Onk) dari RSPI Pondok Indah, kanker yang sudah menyebar ke organ di luar asal kanker digolongkan stadium IV atau akhir. Kanker stadium ini sulit disembuhkan tapi ada program pengobatan paliatif yang bertujuan mengurangi keluhan atau gejala yang timbul.
"Dengan perawatan paliatif keluhan pasien bisa berkurang. Pasien juga diajak untuk lebih bisa menerima keadaannya sehingga masih bisa menjalani hidupnya meski umurnya tak lama lagi," kata dr Sonar dalam wawancara dengan detikHealth.
Bisa dibayangkan bagaimana perasaan Sara sebagai seorang
ibu yang nggak akan pernah tahu kapan tiba waktunya dia meninggalkan anak dan sang suami, Bun? Hiks.
(rdn)