Jakarta -
Menyusui alias memberikan air susu ibu (ASI) untuk si kecil memang nggak semudah yang dibayangkan. Sering kali muncul masalah saat menyusui, tapi tetap semangat ya, Bun. Nah, salah satu masalah saat menyusui adalah mastitis. Pernah dengar atau mungkin pernah mengalaminya, Bun?
Mastitis adalah infeksi jaringan payudara yang paling sering terjadi pada saat menyusui. Sekitar 1-3 persen ibu
menyusui mengalami mastitis. Ini bisa terjadi kalau bakteri, yang seringkali dari mulut bayi, masuk ke saluran susu melalui celah pada puting susu.
Menurut Mayo Clinic, kebanyakan kasus mastitis laktasi terjadi dalam enam sampai 12 minggu pertama setelah melahirkan. Mastitis laktasi juga cenderung mempengaruhi satu payudara.
Meski ibu menyusui yang paling sering mengalami mastitis, tapi perempuan yang nggak sedang menyusui seperti pascamenopause juga bisa mengalami mastitis. Bedanya apa? Kalau yang nggak sedang menyusui bisanya dikaitkan dengan peradangan kronis pada saluran di bawah puting susu.
Pada perempuan sehat, mastitis jarang terjadi. Namun pada perempuan dengan diabetes, penyakit kronis, AIDS, atau sistem kekebalan tubuh yang terganggu akan lebih rentan mengalami mastitis.
Terkadang Bunda yang mengalami mastitis memilih menyapih bayinya meski usia si kecil belum enam bulan. Padahal saat mastitis kita masih bisa terus menyusui bayi, meskipun saat itu kita mendapat antibiotik dari dokter.
Gejala MastitisDikutip dari WebMD, berikut ini beberapa tanda atau gejala mastitis:
1. Payudara membengkak
2. Terasa sakit
3. Terasa nyeri dan ada sensasi terbakar terus-menerus saat menyusui
4. Kulit kemerahan dan sering membentuk pola
5. Demam 38,3 derajat Celcius atau lebih, berlangsung secara terus-menerus dan tidak ada perbaikan gejala dalam 48-72 jam pengobatan
6. Menggigil
7. Pegal-pegal
8. Kelelahan
9. Puting susu mengering.
Kapan Harus ke Dokter?Dalam kebanyakan kasus mastitis, kita akan merasakan gejala seperti flu selama beberapa jam sebelum menyadari ada daerah di payudara yang kemerahan. Kalau Bunda melihat kombinasi tanda dan gejala ini, segera ke dokter saja ya, Bun.
Hal lain yang harus dipertimbangkan untuk menemui dokter:
1. Ada debit abnormal dari puting susu
2. Nyeri payudara membuat sulit bekerja karena nyerinya berkepanjangan dan sulit untuk dijelaskan
3. Memiliki gejala terkait lainnya seperti kemerahan, bengkak, dan nyeri yang mengganggu
Penyebab Mastitis1. Saluran Susu Tersumbat
Menyusui memang ada tekniknya ya, Bun. Jadi nggak sekadar kita sodorkan payudara ke mulut si kecil saja. Kalau teknik menyusui kita buru, bisa menyebabkan ASI tersumbat di payudara yang bila tidak ditangani dengan baik akan berkembang menjadi mastitis.
2. Bakteri Masuk ke Payudara
 Berbagai gejala untuk mengetahui mastritis. (Foto: thinkstock) |
Bakteri dari permukaan kulit kita dan mulut bayi bisa masuk ke saluran susu melalui luka atau retak pada puting susu dan juga melalui saluran susu. Susu yang tersumbat di payudara yang tidak dikosongkan menyediakan tempat berkembang biak bagi bakteri.
Sifat antibakteri ASI membantu melindungi bayi dari infeksi, sehingga nggak masalah kalaukita tetap menyusui si kecil.
Faktor Risiko MastitisFaktor risiko mastitis meliputi beberapa hal:
1. Mengalami 'retak' pada puting payudara, meski mastitis bisa berkembang tanpa adanya kulit yang pecah
2. Menyusui dengan menggunakan satu payudara saja
4. Mengenakan bra yang telalu ketat, sabuk pengaman, atau membawa tas berat yang menekan payudara sehingga dapat membatasi aliran ASI
5. Terlalu lelah atau stres
6. Pernah punya pengalaman mastitis sebelumnya
7. Nutrisi buruk
8. Komplikasi
Kalau mastitis tidak diobati dengan benar maka akan menimbulkan massa di payudara, dan bisa berdampak pada munculnya abses. Abses biasanya membutuhkan bedah untuk mengatasinya.
Untuk menghindari komplikasi ini, segera bicarakan dengan dokter setelah menemukan tanda atau gejala mastitis ya, Bun.
Mastitis tidak menyebabkan kanker, namun kanker bisa meniru penampilan mastitis. Jika infeksi payudara lambat hilang, petugas kesehatan mungkin merekomendasikan mammogram atau tes lain untuk menyingkirkan kanker.
Pencegahan Mastitis1. Biarkan bayi benar-benar mengosongkan satu payudara sebelum beralih ke payudara yang lain saat menyusui.
2. Gunakan teknik menyusui yang baik untuk mencegah puting yang sakit dan 'retak'.
4. Hindari dehidrasi dengan minum banyak cairan.
5. Jaga kebersihan dengan cuci tangan, membersihkan puting susu, dan jaga agar mulut bayi tetap bersih.
Pengobatan Mastitis1. Antibiotik
Mengobati mastitis biasanya memerlukan antibiotik yang dikonsumsi 10 sampai 14 hari. Bunda mungkin merasa sehat lagi 24 sampai 48 jam setelah mengonsumsi antibiotik, tapi penting untuk meminum semua antibiotik yang diresepkan dokter ya.
2. Penghilang Rasa Sakit
Dokter mungkin merekomendasikan pereda nyeri ringan, seperti acetaminophen atau ibuprofen.
3. Penyesuaian Teknik Menyusui
Selain obat, kita juga perlu memperbaiki teknik menyusui si kecil ya, Bun. Jadi dokter biasanya
meninjau teknik pemberian ASI atau mungkin akan menghubungi konselor laktasi untuk mendapatkan bantuan, dukungan, dan saran.
4. Perawatan Diri Sendiri
 Banyak istirahat ketika ada mastritis. Foto: thinkstock |
Saat mebgalami mastitis, banyak istirahat ya, Bun. Jangan berhenti menyusui si kecil, dan pastikan tubuh tetap terhidrasi dengan baik untuk membantu tubuh melawan infeksi di payudara.
Jika mastitis tidak sembuh setelah minum antibiotik, penting agar menindaklanjuti dengan dokter untuk memutuskan apakah memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
(Nurvita Indarini)