Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Waduh, Anak Bisa Depresi karena Kita Sering Posting Foto-fotonya

Amelia Sewaka   |   HaiBunda

Senin, 26 Feb 2018 18:00 WIB

Kita yang mem-posting foto anak di media sosial, tapi bisa-bisa anak depresi karenanya. Duh!
Waduh, Anak Bisa Depresi karena Kita Sering Posting Foto-fotonya/ Foto: thinkstock
Jakarta - Maksud hati ingin menjadikan media sosial sebagai album foto sekaligus buku harian yang mencatat dan mendokumentasikan dengan baik semua foto dan kegiatan yang dilakukan si kecil. Eh yang terjadi si kecil malah dapat tekanan dan jadi depresi.

Saat kita memposting foto si kecil ke media sosial, mungkin ada yang menyanjung mereka cantik, ganteng, ataupun pintar di kolom komentar. Tapi hati orang siapa yang tahu ya, Bun, bisa saja di belakang, tanpa menuliskannya di kolom komentar ada yang menggunjing kenapa anak kita begini atau begitu.

Menurut psikolog anak dan keluarga, Amanda Margia Wiranata, kita sebagai orang tua ya sah-sah saja untuk mem-posting atau meng-upload foto buah hati kita ke sosial media pribadi kita. Tapi sih, Bun, demi keamanan kita nggak usah terlalu detil memposting aktivitas anak.



"Sebenarnya jika kita mengurangi postingan soal anak kita, hal itu juga sebagai bentuk proteksi kita ke anak terhadap cyberbully," ungkap Amanda dalam seminar 'Peran Orang Tua di Era Digital', di Menara Standard Chartered, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

Kok cyberbully? Amanda menjelaskan anak nggak tahu apa-apa tapi wajah atau perilakunya di-posting di media sosial kita. Lalu tiba-tiba ada hater sang ibu atau ayah yang kemudian orang tersebut mulai menjelek-jelekkan anak kita. Kasihan banget anak kita ya, Bun.

Lagipula menurut Amanda, jika anak terlalu banyak dipapar di sosial media, maka secara nggak langsung kepribadiannya dibentuk dari persepsi orang lain. Nah, akibatnya si anak tidak menemukan jati dirinya yang sebenarnya.

"Dia hanya mengikuti apa kata orang, misal dia tahu dia cantik dari kata-kata orang tapi nggak nemu tuh cantik yang dimaksud seperti apa, dia nggak ngerti," tutur psikolog dari Universitas Indonesia ini.

Akhirnya ketika orang lain berkata sedikit di luar yang ia dengar seperti, 'Kamu sekarang gemukan ya, pipi kamu tembem ya', maka si anak akan sibuk sendiri tuh menguruskan badannya.

"Anak jadi bergantung pada penilaian orang lain tapi dia nggak nemu dirinya sendiri di dalamnya, konsep diri apa karena ia sibuk mendengan penilaian sosial," papar Amanda.

Akibatnya nih, Bun, akhirnya anak jadi punya 'topeng'. Iya, karena fotonya diedit di mana-mana oleh orang tua. Jadi bukan hanya polesan make up, tapi si anak juga jadi banyak topeng, dia nggak menemukan dirinya sendiri. Anak jadi harus jaga diri jika di depan si A dan harus jadi seperti B ketika berada di kelompok B. Kasihan banget ya.

"Akhirnya si anak mencoba memenuhi semua harapan orang lain tapi berujung pada depresi," tutur Amanda.

Amanda lantas mencontohkan aktor Robin Williams. Sebegitu hebatnya aktor sekaligus komedian ini tapi bisa terkena depresi lantaran berusaha menjadi apa yang orang mau, padahal sudah sekian banyak prestasi yang ia torehkan.



Ketika ia tidak bisa memenuhi harapan tersebut, ia dihujat dan merasa nggak punya prestasi lagi. Bahkan film-filmnya dirasa makin jelek dan hal tersebut merusak konsep dirinya.

"Apalagi ini, anak-anak yang masih fragile, masih masa pertumbuhan. Yuk, jagalah anak supaya jangan sampai si kecil terkena paparan media sebelum dia kuat pribadinya," saran Amanda.

Mungkin anak dirasa sudah kuat pribadinya adalah ketika ia sudah melewati masa pubertasnya. Nah, kita sebagai orang tua harus bisa 'mengisi' anak dulu nih agar pribadi dan mentalnya kuat, bahwa yang terpenting adalah inner beauty dan nggak hanya tampilan luar saja.

"Jelaskan juga bahwa kita nggak bisa memuaskan semua hasrat orang, yang penting kamu punya passion apa ya dalami di situ. Berprestasilah di bidang tersebut dan tidak mencemarkan nama baikmu sendiri," papar Amanda. (aml)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda