Jakarta -
Di zaman yang sudah semakin canggih seperti sekarang ini, semua hal bisa dilakukan secara instan dan online. Seperti urusan rumah tangga dan belanja yang bisa selesai dengan memanfaatkan sistem online. Nggak cuma itu, pendidikan pada anak pun ikut terpengaruh dengan makin canggihnya teknologi.
Para ahli mengatakan bahwa sudah terdapat perubahan dalam proses belajar karena anak didik sekarang adalah generasi 'digital native'. Generasi ini lahir di era teknologi digital, sehingga akrab dengan penggunaan komputer atau internet sejak dini.
Mereka terbiasa melakukan kegiatan
belajar di mana saja termasuk di tempat umum. Mereka memang tetap butuh pendidik yang ahli di bidangnya namun tidak harus seseorang yang memiliki lisensi karena itu mereka memerlukan cara belajar yang disebut Pendidikan 3.0.
Terdapat perubahan yang sangat signifikan dari transisi Pendidikan 2.0 yang masih memerlukan guru. Sehingga, ketika memasuki versi Pendidikan 3.0, anak menjadi 'pembelajar sendiri' yang haus akan ilmu dan akan mencarinya sendiri dari berbagai sumber, termasuk dari internet, sehingga tidak tergantung dari seorang guru.
Tentunya kondisi ini akan mengubah peran pendidik menjadi seorang pendamping atau pelatih dan tidak menggurui lagi. Keberadaan internet ini menghilangkan masalah ruang dan waktu. Karena itu dalam hal ini peran kita sebagai orang tua diperlukan sebagai pendamping.
Nah, Bun, ada peran orang tua untuk anak di era pendidikan digital seperti dilansir buku 'Home Learning, Belajar Seru Tanpa Batas' yaitu memotivasi anak menjadi pembelajar yang punya inisiatif dan kreativitas kemudian mengarahkan anak agar ia bisa mengetahui apa yang menjadi minat dan bakatnya.
Selain itu, orang tua juga berperan dalam Menanamkan batas-batas serta nilai-nilai moral dan rohani untuk menyaring dampak negatif dari teknologi modern dan globalisasi. Lalu, kita juga perlu mengarahkan anak pada tujuan yang mereka rancang sendiri, karena dalam proses belajar gaya ini banyak terdapat distraksi.
Jangan lupa ingatkan anak tentang tujuannya adalah
belajar, bukan hanya main game atau bercengkrama dengan teman-teman di media sosial.
Dalam buku yang ditulis oleh Natalia Ridwan, Ning Nathan dan Yulianti Hendra ini juga tertulis bahwa model pendidikan sebaiknya personalised learner-driven dan relevan. "Gambaran ideal sebuah sekolah ialah yang menggabungkan belajar mandiri dengan kegembiraan, kebebasan, dan cinta kasih," kata tim penulis.
Karena tujuannya terpusat pada anak dan sifat 'pembelajar', hendaknya hal ini menjadi perhatian semua orang tua dan pendidik. Ya, karena Sudah saatnya anak-anak kita mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan zamannya.
(aml/rdn)