Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Mudah Tidaknya Jadi Ayah Dipengaruhi Kondisi Mental Pria Saat Muda

  |   HaiBunda

Rabu, 21 Mar 2018 19:01 WIB

Menjadi seorang ayah memang bisa jadi tantangan tersendiri buat seorang pria.
Mudah Tidaknya Jadi Ayah DItentukan Kondisi Mental Pria Saat Muda/ Foto: thinkstock
Jakarta - Transisi dari seorang yang belum punya anak menjadi seorang ayah bisa jadi tantangan tersendiri buat pria. Nah, mudah nggaknya menjalani peran baru sebagai seorang ayah juga ditentukan kondisi mental pria di masa mudanya, Bun.

Soalnya, pria yang punya masalah kesehatan mental saat usia dewasa muda atau dewasa empat kali lebih mungkin mengalami kesulitan dalam menjalani peran barunya sebagai ayah. Ini berdasarkan studi dari Murdoch Children's Research Institute.

Untuk pertama kalinya, para peneliti mengalami pria dari masa remaja sampai jadi ayah untuk mengecek kondisi kesehatan mentalnya. Jadi, partisipan diminta mengisi kuesioner kurang lebih selama 20 tahun. Ditemukan pria yang saat usia dewasa muda dan dewasa dengan masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan mengalami masalah kesehatan mental selama pasangannya hamil.

Pemimpin studi, Elizabeth Spry bilang menjadi seorang ayah bisa jadi proses yang sulit buat pria yang berjuang dengan isu kesehatan jiwa. Nah, masalah kesehatan jiwa umumnya membuat stres pria juga keluarganya. Dengan tahu mana pria yang berisiko memiliki kesulitan dalam transisinya sebagai seorang ayah senggaknya menurut Elizabeth kita bisa memberi support dan treatment yang diperlukan.



"Untuk mayoritas ayah baru, masalah kesehatan mental selama pasangannya hamil merupakan kelanjutan dari masalah yang pernah dia alami sebelumnya dan ini berlanjut sampai pasangannya sudah melahirkan," kata Elizabeth dikutip dari Essential Baby.

Studi yang dipublikasi di British Journal of Psychiatry Open juga menemukan pria dengan masalah kesehatan mental cenderung merasa dicueki. Kata Elizabeth ini karena kurangnya info yang mereka dapatkan. Apalagi rata-rata hanya kondisi si istri aja yang jadi fokus. Padahal, masalah mental si ayah dan ibu berimplikasi pada anak-anak mereka. Ya kan, Bun?

Rencananya, akan dilakukan studi lanjutan untuk mengetahui apa dampak ketika pria mengalami kesulitan dalam transisinya sebagai ayah dengan kondisi mental anaknya kelak. Sementara itu, psikiater perinatal Dr Matthew Roberts menekankan menjadi seorang ayah adalah fase yang umum dilewati seseorang.

Nah, kalau kita mau membantu memperbaiki kualitas hidup seorang anak sejak bayi maka kita perlu memperhatikan keseluruhan keluarga. Selain itu, Matthew berpesan supaya para ayah nggak segan minta bantuan jika dirinya merasa nggak nyaman atau mengalami perasaan nggak mengenakkan selama menjalani peran baru sebagai ayah.

"Carilah bantuan, tak perlu malu. Atau sekadar berbagi dengan sesama ayah baru itu membantu sekali. Dukungan sederhana seperti di tempat kerja ayah bisa bernegosiasi tentang pekerjaannya, itu amat berarti lho," kata Matthew.

Dilansir Today, pakar parenting Dr Deborah Gilboa bilang depresi pasca melahirkan juga bisa dialami para ayah setelah anak-anaknya lahir. Kata Deborah, sepuluh persen pria dan 14 persen wanita mengalami depresi pasca melahirkan. Sayangnya, stigma kalau pria pasti kuat dan depresi pasca melahirkan hanya lumrah dialami wanita bikin depresi pasca melahirkan para ayah nggak tertangani dengan baik.

"Supaya keluarga kita sehat, termasuk kesehatan mental kita, kita harus lebih banyak bicara, lebih banyak menerima, dan lebih banyak membantu orang dewasa yang mengalami masalah ini," kata Gilbao.

Seperti depresi pasca melahirkan yang dialami para bunda, seorang ayah bisa merasa kelelahan, tidak bergairah dan merasa sedih tanpa sebab pasca si kecil lahir. Untuk itu, Bun, setelah si kecil lahir, penting banget kita dan pasangan tetap saling memperhatikan.

(rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda