Jakarta -
Ketika isu perselingkuhan hadir di bahtera rumah tangga kita, rasanya dunia terasa akan runtuh ya, Bun. Rumah tangga yang kita kira harmonis, apalagi setelah hadirnya anak, ternyata nggak seindah yang dikira.
Ya, kita pikir semua baik-baik saja dan suami masih tetap memiliki cinta yang sama seperti dulu. Karena itu begitu tahu suami
selingkuh, hmm sedih kesal banget pasti ya.
Kemarahan ini mungkin tergambar dalam video seorang ibu di Sambaliung, Kab. Berau, Kalimantan Timur yang memukuli atau menyiksa anaknya hingga berdarah. Ibu ini berang dan nggak tahu harus gimana lagi menghadapi sang suami yang ketahuan
selingkuh.
Dalam video tersebut, sang ibu meminta anaknya untuk mengikuti kata-katanya yang berisi permintaan agar si ayah pulang. Mendengar permintaan ibunya, si anak hanya mengangguk dan ketakutan. Terlihat juga darah dari hidung dan mulut anak yang tercecer di lantai. Hiks, nggak tega rasanya melihatnya.
Saya pun kepikiran banget dengan hal ini, Bun. Kebetulan nih sedang ngobrol dengan psikolog klinis, Christina Tedja, sehingga saya langsung saja mendiskusikan hal ini.
Menurut Tina, sapaan akrabnya, jika dipandang dari teori psikologis, yang terjadi pada ibu ini adalah perilaku stres, tertekan atau bisa juga cemas akan kondisi yang ia alami.
"Tiap manusia bisa mengatasi ini dengan berbagai defense mechanisme. Salah satunya yang telah dilakukan oleh ibu ini adalah displacement, yaitu mengungkapkan perasaan pada target yang salah (tidak sesungguhnya)," kata psikolog yang berpraktik di Ciputra Medical Center, Lotte Shoping Avenue ini.
Tina menambahkan, pada kasus ini mungkin saja si ibu tidak dapat bertemu dengan suami atau terdapat perasaan takut terhadap suami. Atau bisa juga, karena tidak berani bertindak maka yang dia dilakukan adalah melukai pihak yang tidak bersalah, yaitu anak.
 Ketika Anak Jadi Pelampiasan Ibu karena Suaminya Selingkuh/ Foto: thinkstock |
Menurutnya, ini bukan karena wajah anak mirip ayahnya jadi si ibu seketika jadi emosi saat melihatnya. "Nggak mirip pun, kalau si ibu memilih mekanisme pertahanan seperti itu ya akan sama kejadiannya. Seperti ini juga," tutur Tina.
Tina menegaskan, jika dilihat dari video, apa yang dilakukan si ibu utamanya adalah respons untuk mengatasi perasaan-perasaannya sendiri seperti, takut, cemas, stres dan lainnya. "Nah, alasan kedua ya mungkin untuk menarik perhatian suami," ungkapnya.
Mendapat kekerasan
fisik seperti pukulan, cubitan, atau tendangan tak hanya meninggalkan trauma pada anak secara fisik. Sebab, anak juga bisa mengalami trauma psikis.
Seperti penuturan psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani, dua efek bisa dirasakan anak sekaligus saat mendapat kekerasan fisik, yakni trauma secara fisik dan psikis. Wanita yang akrab disapa Nina ini mengatakan, trauma fisik yang bisa terjadi misalnya memar, luka, dan kesakitan.
"Sementara secara psikis, anak bisa ketakutan, cemas kalau dia mengalami hal yang sama lagi, kemudian menolak berdekatan dengan orang tertentu, bahkan benda tertentu," tuturnya, dikutip dari detikHealth.
(aml)