Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Bun, Anak Bertubuh Pendek Jangan Langsung Dicap Stunting

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Sabtu, 04 Aug 2018 09:09 WIB

Anak pendek sering disebut stunting. Padahal belum tentu seperti itu. Yuk, cari tahu bedanya anak stunting dan pendek.
Bun, Anak Bertubuh Pendek Jangan Langsung Dicap Stunting/ Foto: dok. HaiBunda
Jakarta -

Anak stunting masih jadi masalah di Indonesia. Nah, nggak sedikit orang menganggap anak pendek itu stunting, padahal belum tentu lho. Yuk cari tahu perbedaan stunting dan pendek.

Menurut ahli endokrinologi anak Dr dr Aman Bhakti Pulungan SpA(K) FAAP dari IDAI, filosofi stunting harus dikaitkan dengan malnutrisi dan kelaparan. Jadi, kalau anak yang bapak ibunya pendek nggak bisa dibilang stunting. Atau, jika anak ada kelainan tulang juga nggak bisa dibilang stunting.

"Pertumbuhan itu ada yang normal dan nggak normal. Berdasarkan kurva pertumbuhan WHO, gagal tumbuh dan perawakan pendek itu Z-skornya di bawah -2. Gagal tumbuh itu kurvanya turun ke bawah dan berarti berkurangnya kecepatan linear pertumbuhan anak. Nah, anak dengan kecepatan pertumbuhan rendah biasanya pendek," kata dr Aman di acara Media Briefing 'Mengenal Masalah Pendek pada Anak' di Restoran Seribu Rasa Menteng, Jakarta, baru-baru ini.

Pertumbuhan anak yang lambat bisa disebabkan faktor non edokrin dan endokrin. Non endokrin yakni penyakit kronis atau malnutrisi, kemudian endokrin yakni kelainan pada hormon. Menurut dr Aman, pertumbuhan normal anak kurvanya harus paralel dengan kurva pertumbuhan standar, di antara persentil tiga sampai 97. Di bawah range tiga persen, maka anak bisa dikatakan pendek. Tapi tenang itu semua adalah istilah statistik.

Bun, Anak Bertubuh Pendek Jangan Langsung Dicap StuntingKurva Pertumbuhan WHO/ Foto: IDAI


"Anak bertubuh pendek jangan langsung dicap stunting. Anak dengan tubuh tinggi kalau nggak berprestasi nggak akan berarti dibanding anak tubuhnya pendek namun berprestasi. Jadi tinggi badan itu bukan segalanya ya," kata dr Aman.

Mengapa demikian? dr Aman pernah melakukan penelitian yang menemukan rata-rata tinggi badan anak di seluruh Indonesia nggak sama. Dan di beberapa provinsi, ada anak bertubuh pendek karena faktor keturunan.

"Waktu saya ke provinsi Sumatera Utara, ada sebuah desa rata-rata anaknya pendek, tapi mereka semua pintar-pintar sekali. Coba kalau kita pahamnya stunting itu perawakan tubuh pendek, apakah mereka yang pendek tapi pintar itu dikatakan stunting? Tentu tidak, anak yang stunting itu identik dengan kemampuan intelektualnya yang rendah," lanjut dr Aman.

dr Aman bilang, pertumbuhan anak itu ada temponya, ada yang cepat dan ada yang lambat. Tiap anak memiliki tempo pertumbuhan yang berbeda. Pertumbuhan normal merupakan pertumbuhan secara somatik, genetik, nutrisi, hormonal dan lingkungan yang baik. Pada anak yang stunting, mereka sudah pasti mengalami penyakit kronis dan malnutrisi.

Stunting memiliki dua faktor utama yakni malnutrisi, infeksi berulang dan atau penyakit kronis. dr Aman juga berpesan jangan suruh anak makan terus tanpa diberi stimulasi karena aktivitas fisik juga memengaruhi pertumbuhan anak.

"Kemudian jika anak pendek namun ada gangguan endokrin, hal itu sama sekali nggak bisa disamakan dengan stunting. Gangguan endokrin seperti Intrauterine growth restriction (IUGR) atau pertumbuhan janin terhambat dan Growth Hormon Deficiency (GHD) bisa normal kembali jika diberi hormon pertumbuhan," pungkas dr Aman.

(rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda