Jakarta -
Meski cuma punya satu kaki, semangat atlet renang
Jendi Pangabean tetap membara. Terlebih dalam waktu dekat Jendi bakal berlaga di Asian Para Games (APG) 2018. Dari sosok Jendi, anak-anak bisa mendapat inspirasi, Bun.
Asian Para Games yang akan dihelat bulan Oktober mendatang akan jadi panggung atlet-atlet difabel terbaik dari 42 negara Asia. Sejak mengalami kecelakaan di usia 11 tahun, Jendi harus terbiasa beraktivitas dengan satu kaki. Namun, itu tak memadamkan semangat berprestasinya. Saat ini, bisa dibilang Jendi jadi penguasa Asia Tenggara lewat olahraga renang.
"Waktu kecelakaan saya dalam kondisi sadar dan yang saya ingat perkataan dokter saat itu kaki tak mungkin diselamatkan lagi dan harus diamputasi. Kalau tidak diamputasi bisa mengancam keselamatan saya karena pada saat itu kondisi tubuh sudah kehabisan darah," tutur Jendi seperti dilansir detikSport.
Saat Jendi memang terihat percaya diri. Sedikit throwback nih, Bun, awalnya Jendi Pangabean sempat nggak masalah punya satu kaki karena kala itu dia berpikir bisa pakai kaki palsu. Hingga saat lulus Sekolah Menangah Pertama (SMP) Jendi baru menyadari gimana caranya dengan kondisi begitu dia bisa diterima masyarakat. Terlebih psikologis orang tuanya makin hari makin terpukul.
[Gambas:Instagram]
Tak ingin lama merenungi nasib, Jendi pun bangkit. Saat masa perenungan itu, Jendi hanya ingin berenang. Sebab, renang sudah menjadi hobi. Ya, dari situ Jendi terus berjuang. Meski hidup dalam keterbatasan,
Jendi Pangabean begitu bersyukur karena mendapat kesempatan sebagai atlet di bidang yang sudah jadi hobinya sejak kecil.
Kini berbagai prestasi sudah Jendi raih mulai dari menyabet medali emas di SEA Games 2017 Malaysia hingga yang terbaru Jendi berhasil mendapat 1 medali emas dan 1 medali perak di Internationale Deustche Meisterschaften (IDM) world para swimming championships bulan Juni lalu. Bahkan Jendi Pangabean sudah diangkat jadi pegawai honorer Dinas Pemuda dan Olahraga di Sumatera Selatan lho.
Memang, Bun, keterbatasan fisik jadi hal yang paling mudah membuat anak tidak percaya diri. Miriam Kaufman, Associate Professor of Pediatric, Fakultas Kedokteran, Universitas Toront, Kanada mengatakan, anak akan menghadapi kesulitan bila merasa tidak sama dengan teman-temannya. Tingkat pertumbuhan fisik yang berbeda bisa membuat anak malu, takut, dan kikuk. Anak jadi bingung dan nggak percaya diri dengan pertumbuhan fisiknya.
Dikatakan psikolog anak dari Tiga Generasi, Saskhya Aulia Prima, pada anak normal atau dengan keterbatasan, orang tua bisa membangun kepercayaan diri anak dengan mengedepankan sisi positif anak. Hal-hal sepele seperti bisa minum sendiri bahkan hanya berani berdiri di depan umum, sudah bisa jadi sumber kepercayaan diri bagi anak.
"Saat anak melakukan hal itu, katakan bahwa dia hebat, beri dia apresiasi. Kunci agar anak tidak minder saat bergaul adalah orang tua selalu memberi tahu ke anak bagaimanapun kondisi dia, di luar sana anak tetap hebat. Gali potensi yang ada pada diri anak sehingga bisa membuktikan bahwa dia pun bisa berprestasi dan tampil di masyarakat," tutur Saskhya dilansir detikHealth.
Saskhya menyarankan agar orang tua mengatakan memang si
anak memiliki kondisi yang berbeda dengan teman lainnya. Cukup katakan seperti itu pada anak dan tak perlu dibahas lebih panjang lagi. Setelah itu, jika anak masih sedih, ajak ia ngobrol dan tanyakan apa yang membuat anak sedih.
(aml/rdn)