
parenting
6 Cara Bantu Anak Hadapi Rasa Kecewa
HaiBunda
Selasa, 16 Oct 2018 11:31 WIB

Dilansir moneycrashers, menurut Dr. Ilona Roth penulis terkenal tentang gangguan spektrum autisme dan dosen psikologi senior di Universitas Terbuka Inggris, anak-anak mulai menunjukkan unsur imajinasi pada usia satu tahun. Pada usia dua atau tiga tahun, mereka mulai memikirkan apa yang akan terjadi atau bahkan yang tidak akan terjadi. Akibatnya, mereka mengembangkan harapan awal tentang kekecewaan dan mulai merancang mekanisme penanganan yang akan mereka lakukan nantinya.
Lebih lanjut, Ilona menjelaskan bila orang tua gagal dalam mengajarkan anak untuk menangani kekecewaan, dapat mengakibatkan anak mudah menyerah. Hal Ini juga membuat mereka merasa tidak kompeten, bahkan parahnya bisa depresi, dan tidak mau mengambil risiko apapun lagi karena takut akan lebih banyak menghadapi kekecewaan.
Nah Bun, itu sebabnya perlu ada tindakan dari orang tua untuk bisa mengatasi ini. Seperti dilansir moneycrashers, berikut 6 cara membantu mengatasi rasa kecewa anak.
1. Bantu Mereka Menetapkan Harapan yang Wajar
Anak kecil kadang menemukan transisi, dari setiap keinginan terpenuhi, ke dunia yang sulit. Karena itu, Bunda harus membantu anak untuk memahami situasi tersebut. Contohnya, ketika keluarga merencanakan piknik ke taman, namun tidak jadi karena hujan, Bunda dapat
menjelaskan keadaan tersebut pada si kecil. Meminta ia memahami dan memberi arti bahwa itu bukan artinya tidak akan pernah pergi ke taman lagi.
Mengajarkan tentang kenyataan tidak selalu yang kita inginkan penting guna proses kedewasaan pada anak. Kita terkadang tidak harus menyukai tetapi perlu menerimanya.
2. Biarkan Anak Kecewa
Sangat penting untuk orang tua mengekang insting alaminya saat anak mengalami kesulitan. Ini membantu mereka memahami perbedaan antara masalah besar, di mana mereka butuh bantuan, dan masalah kecil yang dapat mereka tangani sendiri.
Jelaskan bahwa kekecewaan itu wajar ketika sesuatu tidak berjalan seperti yang diharapkan. Berempatilah dengan perasaan frustrasi, marah, dan kesedihan. Bunda bisa memberikan contoh dengan menceritakan kisah masa kecil ketika mengalami kecewa. Hal ini sebagai gambaran bahwa Bunda mengerti tentang kekecewaan yang dirasakan anak.
Selama mereka tidak menyakiti diri sendiri atau merusak barang, jangan menghukum anak-anak karena reaksi negatif mereka. Sebagai gantinya, jelaskan kepada mereka bahwa perasaan negatif mereka tidak membantu memecahkan masalah, yang menyebabkan kekecewaan. Ajari mereka cara-cara positif untuk menenangkan diri, apakah itu menarik napas dalam-dalam, menghitung sampai 10, atau menggambar sesuatu. Bantu mereka membatasi waktu untuk perasaan negatif mereka, Bunda bisa jelaskan semakin cepat mengendalikan perasaan negatif tersebut, semakin cepat pula mereka menyelesaikan kekecewaan dengan tindakan positif.
![]() |
3. Cari Alasan Kecewa Anak
Sambil menceritakan perasaan anak, Bunda dapat membantu anak-anak mencari perspektif dengan mengajukan pertanyaan dan mendengarkan tanggapan mereka. Jangan mencoba memutar situasi atau meminimalkan perasaan mereka. Pahami bahwa setelah peristiwa yang memicu kekecewaan itu, anak-anak dapat diliputi oleh emosi. Biarkan mereka melampiaskan, kemudian ajarkan untuk melihat penyebab kekecewaan tersebut. Proses ini akan memungkinkan mereka menemukan cara untuk menangani kekecewaan di kemudian hari.
Psikolog anak merekomendasikan variasi dari pertanyaan berikut untuk membantu anak Bunda mengidentifikasi alasan kekecewaannya:
a. Apa bagian terburuk untukmu?
b. Menurutmu, mengapa itu terjadi?
c. Berapa lama kekecewaan itu akan bertahan?
d. Adakah yang bisa dilakukan terkait hal itu?
d. Apakah kamu pikir itu akan terjadi lagi?
Semua orang tua memiliki kecenderungan untuk memberi tahu anak-anak mereka cara bertindak, daripada mendengarkan dan membantu anak mencapai kesimpulannya sendiri. Menggunakan cerita anak-anak lain dalam situasi yang sama dan meminta anak untuk mengusulkan solusinya adalah cara terbaik untuk proses penyembuhan. Jadi, bantu anak mencari solusi ya, Bun.
4. Dorong Anak untuk Tekun
6 Cara Bantu Anak Hadapi Rasa Kecewa (Foto: iStock)
4. Dorong anak untuk tekun
Anak-anak belajar paling baik adalah ketika mendengar tentang pengalaman anak-anak lain, bahkan khayalan sekali pun, atau pengalaman orang tua mereka sendiri saat menjadi anak-anak. Sangat penting untuk mengatakan kepada anak bahwa mereka dapat bertahan dari perasaan kecewanya hari ini dan mencapai tujuan mereka besok dengan belajar dari kesalahan dan ketekunan.
Proses yang baik untuk membimbing anak-anak setelah mengalami kekecewaan mencakup elemen-elemen berikut:
a. Mempelajari bahwa kemunduran itu normal
Bayi jatuh berkali-kali ketika belajar berjalan. Belajar melempar atau menendang bola dengan akurat membutuhkan waktu dan latihan.
b. Menetapkan tujuan yang realistis
Anak usia enam tahun tidak sekuat anak sepuluh tahun. Siswa kelas satu belum bisa membaca sebaik siswa kelas dua.
c. Mengerjakan tugas dengan tahapan
Belajar naik sepeda biasanya memerlukan roda bantu, atau bantuan orang tua pada awalnya. Sebuah hasil yang baik tidak dicapai dalam semalam, melainkan melalui proses latihan, trial and error. Menetapkan sasaran yang realistis yang bisa dicapai dapat membangun kepercayaan diri anak.
Bantu anak menemukan keberuntungan di antara kerugian. Kekecewaan karena kalah dalam sebuah pertandingan adalah wajar. Mulailah untuk mengganti anggapan bahwa semua orang lebih baik dari kita menjadi anggapan bahwa beberapa orang lebih baik tetapi beberapa lainnya tidak lebih baik dari kita, dan jika kita berlatih lebih banyak, maka kita akan menjadi lebih baik, dan akan jadi pemenang di lain waktu.
![]() |
5. Hibur mereka
Orang dewasa terkadang lupa bagaimana perasaan kecewa yang menyakitkan dapat terjadi pada anak, terutama ketika peristiwa tersebut di luar kendali anak. Tidak diundang ke ulang tahun teman sekelas atau melewatkan tamasya yang lama dinanti-nantikan sepertinya merupakan hal penting untuk anak, sebelum mereka menghadapi masalah hidup yang lebih besar.
Ketika kekecewaan berasal dari tindakan orang lain, anak-anak memiliki kecenderungan untuk membuat hal kecil menjadi besar. Menyalahkan diri sendiri dan menyamaratakan pengalaman mereka dapat membuat kekecewaan terus terjadi.
Semua orang tua tahu bahwa kadang anak-anak dapat bertindak egois, sembrono, dan tidak memperhatikan konsekuensi. Setiap orang tua juga tahu bahwa mereka dulunya bertindak sama pada masa kanak-kanak, dan mungkin masa dewasanya.
Penting untuk menanamkan pada anak-anak bahwa mereka dicintai karena diri mereka, bukan karena apa yang mereka lakukan. Banyak orang tua salah bersikap, karena hanya memuji keberhasilan, seperti nilai sekolah yang bagus atau menang dalam sepak bola, sementara mengabaikan atau lebih buruk lagi menghukum anaknya karena gagal memenuhi harapan orang tua.
Ekspektasi yang tinggi meningkatkan kemungkinan kegagalan. Anak-anak perlu tahu bahwa apa pun hasil yang mereka raih, orang tua akan mendukung mereka. Jadi, apapun hasil yang diperoleh anak, Bunda harus tetap mendukungnya ya.
6. Tetap tenang
Mendukung setiap yang dilakukan anak adalah hal baik. Lebih dari itu, sebagai orang tua kita harus menunjukkan kepada anak melalui tindakan dan kata-kata tetang bagaimana merespons secara bertanggung jawab terhadap sebuah kesulitan.
Perlu orang tua tahu, seorang anak banyaknya belajar dari proses observasi dan peniruan. Itu artinya, ini bukan tentang apakah anak-anak akan meniru orang tua mereka, tetapi perilaku apa yang akan ditiru anak-anak. Marah ketika Bunda kecewa, menyalahkan orang lain ketika situasi tidak sesuai yang direncanakan, atau hal negatif lainnya bisa ditiru anak-anak. Oleh karena itu, Bunda harus menjadi teladan untuk anak, dengan menunjukkan sikap positif saat menghadapi kekecewaan, dan bersikap tenang walau pada situasi di luar keinginan.
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
3 Tips Ampuh Merespons Anak yang Suka Membantah Orang Tua

Parenting
Anak Merasa Bosan? Yuk Coba 2 Cara Ini Agar Si Kecil Bersemangat

Parenting
Anak Tak Mau Ditinggalkan dan Cemas Berpisah, Harus Bagaimana?

Parenting
Penyebab & Cara Mengatasi Pertengkaran Kakak dan Adik, Yuk Cari Tahu Bunda

Parenting
Tips Agar Anak Tak Jadi Pelampiasan Emosi Bunda

Parenting
Bunda, Ini Alasan Penting Orang Tua Memahami Psikologis Anak
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda