Jakarta -
Bagi Bunda yang suka mengikuti selebgram di media sosial, mungkin tahu selebgram cantik Mylisa Sanny. Selebgram cantik itu dinyatakan meninggal dunia pada Jumat (28/2/2020). Hal ini dikabarkan oleh rekannya Purnama Rezeki yang memiliki akun dengan username @popoy_ahmad di Instagram.
"
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Telah meninggal dunia Mylisa Sanny," tulisnya.
Mylisa Sanny yang lahir di Medan pada 8 Maret 1990 itu diketahui mengidap Myelodysplastic Syndromes (MDS) atau praleukemia. Sebelumnya, diungkap Purnama banyak berita simpang siur terkait penyebab kematian Mylisa Sanny.
"
Selama ini dia tutupi penyakitnya, tapi dia tetap bisa menghibur orang lain. Terlalu miris dengan komentar negatif netizen!" tulis Purnama.
"
Dan berita Sanny hamil, itu hanya pengalihan aja.. agar dia enggak di tanya-tanya kenapa enggga aktif lagi di IG! Dia enggak pengen orang lain tau kalo dia lagi sakit jadi dia ngaku kalo dia hamil.. padahal enggak!" sambungnya.
Menurut Purnama, selama ini
selebgram itu sakit tapi masih bisa menghibur dan memberikan kebahagiaan untuk orang lain. Terkait penyakit yang diidap Mylisa Sanny, praleukemia.
Selebgram Mylisa Sanny meninggal/ Foto: Instagram |
Myelodysplastic Syndromes (MDS) atau praleukemia adalah sekelompok gangguan sumsum tulang yang beragam di mana sumsum tulang tidak menghasilkan cukup sel darah yang sehat. MDS sering disebut sebagai gangguan kegagalan sumsum tulang.
"MDS terutama merupakan penyakit pada orang tua (sebagian besar pasien berusia lebih dari 65 tahun), tetapi MDS dapat mempengaruhi pasien yang lebih muda juga," tulis MDS Foundation.
Hingga kini, penyebab pasti MDS atau praleukemia belum diketahui. Beberapa bukti menunjukkan bahwa orang-orang tertentu dilahirkan dengan kecenderungan untuk mengembangkan MDS.
Kecenderungan ini dapat dianggap sebagai saklar yang dipicu oleh faktor eksternal. Jika faktor eksternal tidak dapat diidentifikasi, maka penyakit ini disebut sebagai MDS primer.
Pada tahap awal MDS, pasien mungkin tidak mengalami gejala sama sekali. Tes darah rutin dapat mengungkapkan jumlah sel darah merah yang berkurang, atau hematokrit yang rendah, kadang-kadang seiring dengan berkurangnya sel darah putih dan atau jumlah trombosit yang berkurang.
Kadang-kadang, jumlah sel darah putih dan trombosit mungkin rendah sementara hematokrit tetap normal. Namun, beberapa pasien, terutama mereka yang jumlah sel darahnya jauh di bawah normal, mengalami gejala yang pasti. Gejala-gejala ini tergantung pada jenis sel darah yang terlibat serta tingkat jumlah sel.
Simak juga tips mengatasi tensi darah rendah melalui video berikut:
(aci/som)