Jakarta -
Sayyida Al Hurra termasuk wanita tangguh nan legendaris dalam sejarah Islam. Sosoknya dikenal sebagai ratu bajak laut yang hebat di awal abad ke-16.
Sayyida Al Hurra lahir dari keluarga Muslim terkemuka di Andalusia sekira tahun 1485. Ketika Kerajaan Islam Granada ditaklukkan Ferdinand dan Isabella, Sayyida Al Hurra dan keluarganya, beserta umat Muslim lainnya melarikan diri ke Maroko.
Dikutip dari buku
Women in Islam-Exploring New Paradigms, Selasa (12/5/2020), Sayyida Al Hurra menetap di Maroko, kemudian saat usia 16 tahun, menikah dengan Abu Hassan al-Mandari, seorang gubernur wilayah Tetouan.
Wanita itu setia mendampingi sang suami. Sayangnya, tahun 1515 suami Sayyida Al Hurra meninggal dunia. Dia pun memimpin Tetouan menggantikan mendiang suami.
Kala itu, populasi Muslim Andalusia yang melarikan diri ke Maroko semakin banyak. Karena sejumlah alasan, termasuk untuk melawan Ferdinand dan Isabella yang menaklukkan kerajaan Islam Granada, Sayyida Al Hurra kemudian menjadi bajak laut dan berjuang bersama rakyatnya.
Dia menjadikan Tetouan sebagai pangkalan utama angkatan laut melawan Spanyol dan Portugis, demi merebut kembali tanah kelahirannya.
Sayyida Al Hurra bersekutu dengan Barbarossa al Algeirs Kanselir Turki untuk menguasai jalur laut Eropa dan Timur Tengah. Wanita berhijab ini kemudian berhasil menguasai Laut Mediterania sebelah barat.
 Ilustrasi/ Foto: Dana Aditiasari |
Selama 30 tahun Sayyida Al Hurra menjadi ratu bajak laut dengan target menyerang kapal Spanyol dan Portugis. Seperti diberitakan The New Arab, sekitar tahun 1540 dia juga sempat menjadi bagian dari serangan bajak laut besar-besaran di Gibraltar.
Sayyida Al Hurra pun menjadi sosok yang membuat gentar Eropa kala itu. Kepemimpinannya sebagaiÂ
ratu bajak laut tak terbantahkan kehebatannya.
Hingga akhirnya Sayyida Al Hurra harus tumbang di tangan menantu lelakinya, Moulay Ahmed Al Hassa Al Mandari. Dilansir dari Aramco World, tahun 1542 sang menantu melakukan pemberontakan melawan kepemimpinannya.
Sayyida Al Hurra kemudian kembali ke wilayah Chefchaouen untuk tinggal di sana hingga akhir hayat.Â
Wanita tangguh itu mengembuskan napas terakhir di tahun 1561.
Simak juga video dr. Sumy Hastry, ahli forensik wanita pertama yang menginspirasi:
(kuy/som)