Jakarta -
Nama Rasuna Said diabadikan di salah satu jalan utama di Jakarta. Sosok yang dikenal sebagai Hajjah Rangkayo Rasuna Said adalah wanita bangsawan dari Sumatera Barat.
Rasuna Said lahir pada 14 September 1910 di Maninjau, Sumatera Barat. Dia berasal dari keluarga bangsawan, ayahnya Muhammad Said merupakan aktivis yang terpanjangan di kalangan masyarakat Minang.
Dikutip dari buku
Ulama Perempuan Indonesia karya Jajang Jahroni, Kamis (14/5/2020), sejak sekolah dasar, Rasuna Said mengenyam pendidikan di sekolah agama Islam.
Wanita Muslim itu juga bergabung dengan sekolah Thawalib di Maninjau, yang didirikan oleh sekelompok orang yang menamakan dirinya kaum muda.
Sifat dan pemikiran Rasuna Said sebagai pejuang mulai dibentuk dan digembleng di sekolah itu. Dia begitu bersemangat mendengar pidato-pidato gurunya, H Udin Rahmani, tokoh pergerakan kaum muda dan anggota Sarekat Islam.
Rasuna Said pun ikut belajar keterampilan berpidato dan berdebat. Pada 1926, Rasuna Said yang berusia 16 tahun mulai terjun ke ranah politik, dengan bergabung di organisasi Sarekat Rakyat.
Wanita itu kemudian merintis berdirinya Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI), yang pada tahun 1932 resmi menjadi partai politik. Rasuna kerap berpidato mengkritik kolonial Belanda kala itu.
Keberaniannya mengkritik dengan lantang, membuat Rasuna Said dijuluki Singa Betina. Beberapa kali ia sampai dipaksa berhenti saat pidato oleh aparat pemerintah kolonial belanda.
Bahkan wanita pemberani ini pernah dipenjara selama sekira satu tahun dengan dakwaan ujaran kebencian. Setelah bebas, perempuan bangsawan yang mendapat gelar Rangkayo setelah menikah itu sempat pindah ke Medan.
Di sana ia mendirikan lembaga pendidikan khusus buat wanita, serta menerbitkan majalah Menara Putri. Ide Rasuna Said mengenai kaum wanita dengan segala permasalahannya di muat dalam majalah itu.
Rasuna Said tak kenal lelah memperjuangkan hak-hak wanita, dan pentingnya kaum hawa dalam proses meraih kemerdekaan. Wanita sudah seharusnya punya hal yang sama dengan pria, di bidang pendidikan hingga
politik.
Perjuangan Rasuna Said terus berlanjut pula di masa penjajahan Jepang, hingga Indonesia merdeka. Dia juga terus berkarir di bidang politik.
Wanita bangsawan itu sempat menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung, sebelum tutup usia pada November 1965.Â
Rasuna Said meninggal dunia karena penyakit kanker.
Dilihat dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, atas jasanya dalam memperjuangkan hak perempuan dan berkontribusi meraih kemerdekaan RI, Rasuna Said ditetapkan sebagai pahlawan nasional sejak 1974.
Simak juga video dr. Sumy Hastry ahli forensik wanita pertama yang inspiratif:
[Gambas:Video Haibunda]
(kuy/som)