Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

trending

Hamil Nyaris Setengah Abad, Ternyata Wanita Ini Lahirkan Bayi Batu

Annisa Afani   |   HaiBunda

Minggu, 31 May 2020 07:00 WIB

Asian Pregnant Woman patient is on drip receiving a saline solution on bed VIP room at hospital, selective focus.
Ilustrasi hamil/Foto: iStock
Jakarta -

Seorang wanita asal Maroko, bernama Zahra Aboutalib mengalami kondisi medis yang langka. Dia mengalami 'kehamilan' selama nyaris setengah abad atau tepatnya 46 tahun.

Kisahnya tersebut bahkan telah dibuat film dokumenter Inggris, berjudul Extraordinary People, lho Bunda.

Kisah mengejutkan Zahra ini terungkap pada tahun 2001, ketika dia mulai mengalami sakit perut akut pada usia 75 tahun di Rabat, ibu kota Maroko. Kemudian dia dilarikan ke rumah sakit karena nyeri di perutnya yang besar dengan ukuran tidak wajar.

Awalnya, dokter curiga Zahra menderita tumor ovarium. Namun hasil scan ultrasound menunjukkan sesuatu aneh yang tidak dapat diidentifikasi. Untuk mengetahui lebih lanjut, pihak rumah sakit mengirim Zahra melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Setelah pemeriksaan, dilansir dari AsiaOne, para dokter terkejut karena ada bayi di dalam perutnya. Dan yang lebih membuat bingung, bayi tersebut telah dikandungnya sejak 46 tahun yang lalu.

Ternyata pada tahun 1955, Zahra pernah menikah dan mengandung anak pertama saat berusia 26 tahun. Dia senang akan memiliki buah hati meski menderita sakit dan pendarahan.

Namun setelah 48 jam persalinan yang menyakitkan, bayinya tak kunjung lahir. Akhirnya, dia dibawa ke rumah sakit dan dokter mengatakan kepadanya untuk melakukan operasi caesar demi menyelamatkan bayinya.

Di sana, dia mendengar wanita lain berteriak dan meninggal karena melahirkan secara caesar. Dia pun menjadi takut. Dia memilih melarikan diri dari rumah sakit dan kembali ke desanya di luar Casablanca.

"Jika aku akan mati, aku lebih baik mati di rumah," katanya.

Setelah beberapa hari, rasa sakit itu secara ajaib hilang. Menurut legenda setempat, bayi bisa tidur di dalam rahim seorang ibu untuk melindungi kehormatannya. Zahra mempercayai hal itu dan berpikir bahwa bayinya baru saja tidur. Dia percaya bahwa suatu hari nanti bayinya yang tidur akan bangun.

"Aku masih bisa merasakannya di dalam diriku, dan kupikir, jika dia ingin tetap tidur, aku akan membiarkannya tinggal," ungkapnya.

Untuk melupakan trauma kehamilannya yang gagal, Zahra pun mengadopsi tiga orang anak. Namun setelah 46 tahun berlalu sejak hari itu, rasa sakit luar biasa di perutnya kembali menyapa. Putra angkatnya menjadi khawatir tentang kesehatan ibunya yang menurun dan membawanya ke semua dokter setempat.

"Saya membawanya ke dokter di Casablanca. Kami membawanya ke mana-mana. Kemudian kami mendengar ada dokter di Rabat," kata anaknya, Bouchaib Aboutalib.

Ilustrasi ibu hamilIlustrasi ibu hamil. (Foto: iStock)

Zahra nyaris tidak bisa melakukan perjalanan empat jam yang melelahkan ke Rabat. Namun setelah sampai di rumah sakit, dokter melakukan USG dan menemukan bahwa 'bayinya yang sedang tidur' sebenarnya adalah kehamilan ektopik yang telah menjadi mumi di rahimnya selama hampir setengah abad.

Ektopik adalah gangguan kehamilan yang secara harfiah berarti 'tidak pada tempatnya'. Pada kehamilan normal, sel telur yang telah dibuahi akan berkembang di dalam rahim. Namun ektopik biasanya akan berada di saluran tuba, bahkan berada di rongga perut, sebagaimana yang Zahra alami.

Selama kehamilan dulu, rasa sakit yang mulai dialami Zahra sebenarnya adalah tanda-tanda bayi yang tertekan karena kehabisan oksigen. Zahra mengira sebagai tanda bahwa dia siap untuk melahirkan. Pada kenyataannya, bayi itu tidak akan pernah bisa keluar secara alami melalui leher rahimnya.

Pada akhirnya, janin tersebut meninggal di dalam tubuhnya. Dengan ukurannya yang menjadi terlalu besar, tubuh Zahra malah memilih untuk membungkusnya dengan lapisan zat kalsium. Hal tersebut menjadi upaya yang dilakukan tubuh untuk melindungi diri dari jaringan bayi yang mati sehingga mencegah adanya infeksi dan akhirnya janin tersebut menjadi 'batu'.

Pada tahun 1955, Zahra mungkin akan membutuhkan prosedur yang rumit untuk mengeluarkan janin ektopiknya. Keputusannya untuk melarikan diri ke rumah sakit 46 tahun yang lalu mungkin bisa menjadi alasannya untuk menyelamatkan hidup. Karena ada kemungkinan kecil bahwa teknologi yang tersedia kala itu belum canggih untuk memisahkan janin dari organ vitalnya.

Bahkan pada tahun 2001, operasi yang dijalaninya tetap sulit. Bahayanya adalah dia akan mati kehabisan darah saat mereka mengeluarkan bayi batu tersebut. Bayi itu telah menyatu ke kandung kemih, perut, dinding perut dan pembuluh darah Zahra. Dokter bedah pun membutuhkan waktu selama empat jam untuk mengeluarkan janin dari 'makam'nya.

Janin tersebut berhasil dikeluarkan dengan berat 3,1 kilogram (kg) dan panjangnya 42 sentimeter (cm). Saat itu, diketahui hanya ada 300 kasus bayi batu semacam ini. Hal tersebut juga dikenal sebagai lithopedions, dan telah dilaporkan dalam sejarah medis.

Bunda, simak juga curhatan dr. Reisa yang 'sengsara' usai operasi caesar berikut:

[Gambas:Video Haibunda]



(AFN/jue)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda