kehamilan

Sama-sama Berisiko, Ini Perbedaan Hamil Ektopik dan Keguguran

Annisa Afani   |   HaiBunda

Minggu, 23 Feb 2020 12:40 WIB

Jakarta -

Kehamilan tidak normal seperti ektopik atau keguguran tentu menakutkan. Namun, meski memiliki risiko yang sama, ternyata ada perbedaan antara keduanya.

Tentu saja, kehamilan selalu menjadi harapan dan sukacita bagi seluruh calon orang tua, Namun, di balik rasa bahagia yang menyelimuti, tentunya ada perasaan was-was yang juga kerap menghampiri karena khawatir akan terjadinya segala kemungkinan yang tidak diinginkan.


Sebagai contoh terjadinya kehamilan tidak normal seperti ektopik, atau gangguan kehamilan lainnya yakni keguguran. Dua hal ini memiliki perbedaan dengan risiko yang sama, yakni kehilangan calon buah hati.

Kehamilan ektopik terjadi karena embrio yang dikandung berkembang di luar rahim, tapi menetap di tempat yang tidak semestinya. Ia dapat tumbuh dan berkembang di tuba atau bahkan di rongga perut. Hal ini tentu sangat mengancam keselamatan ibu yang mengandung.

"Hamil ektopik adalah kehamilan dengan pertumbuhan sel telur yang dibuahi, namun tidak menempel pada dinding endometrium rahim (hamil diluar kandungan)," jelas dr.Rinto Riantori, Sp.OG dari Mayapada Healthcare Jakarta Selatan.

Tidak ada tanda khusus bagi seorang ibu dengan kehamilan ektopik. Gejala yang dirasakan sama seperti ibu hamil normal pada umumnya. Sementara itu, gejala yang dirasakan oleh ibu dengan kehamilan ektopik baru akan terlihat saat:

1. Pada trimester awal akan terjadinya pendarahan pada vagina. Ini akibat desakan bayi yang berkembang dan juga merobek dinding saluran telur yang tipis.

2. Muncul keluhan seperti rasa nyeri yang hebat di perut bagian bawah.

"Pasien akan mengeluhkan rasa nyeri dan terjadi perdarahan dari vagina atau ada bercak-bercak. Biasanya terjadi saat usia kehamilan trimester awal atau masih hamil muda," tutur dr.Kanadi Sumarapa, Sp.OG, dikutip dari detikcom.

Perlu adanya tindakan sebelum terjadinya hal fatal yang tidak diinginkan dari kehamilan ini. Biasanya, ada dua bentuk perawatan yang dokter tawarkan.

Dilansir Web MD, opsi pertama adalah operasi pengangkatan embrio. Dalam prosedurnya, dokter akan membuat sayatan kecil di perut bagian bawah. Alat yang digunakan untuk pengangkatan embrio disebut dengan laparoskop, itu sebabnya operasi ini disebut sebagai operasi laparoskop.

Opsi kedua, kehamilan ektopik juga bisa ditangani dengan obat, yakni metotreksat. Namun, tidak semua ibu hamil ektopik bisa mengonsumsinya. Metotreksat dianjurkan dokter apabila usia kehamilan tersebut masih pada tahap awal. Selain itu, tingkat hormon HCG ibu hamil juga harus rendah. Obat ini bekerja untuk menghentikan pertumbuhan sel dalam tubuh, tentunya dapat mengakhiri kehamilan.

ilustrasi ibu hamilIlustrasi ibu hamil/ Foto: iStock


Keguguran

Umumnya dalam kehamilan normal, membutuhkan waktu sekitar 38 minggu agar sel telur yang dibuahi dapat berkembang menjadi janin dan lahir dengan usia kandungan yang cukup.

Namun, ada kalanya janin yang dibuahi dalam kandungan tidak lagi berkembang bahkan menghilang. Kehilangan kandungan dini ini disebut sebagai keguguran. Dalam beberapa kasus, keguguran ini dapat terjadi bahkan sebelum ibu hamil mengetahui bahwa dirinya tengah mengandung.

Hal ini tentunya sangat menggannggu karena selain mengalami kesedihan atas hilangnya calon bayi, juga membutuhkan waktu untuk penyembuhan baik secara fisik maupun emosional. Berikut beberapa faktor mengapa keguguran dapat terjadi, diantaranya:

1. Infeksi rahim.

2. Faktor genetik yang terjadi pada kromosom janin.

3. Diabetes yang tidak terkontrol.

4. Masalah dengan rahim dan serviks.

5. Merokok.

6. Penyalahgunaan obat-obatan dan minum alkohol.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Gejala keguguran yang paling umum dialami ialah terjadinya pendarahan. Berikut gejala ibu hamil yang mengalami keguguran:

1. Demam.

2. Nyeri perut bagian bawah.

3. Pendarahan yang hebat pada vagina.

Nah, meski memiliki resiko yang sama-sama menyakitkan, hamil ektopik dan keguguran ternyata berbeda. Kehamilan ektopik harus terpaksa diakhiri karena akan mengancam keselamatan ibu, sedangkan keguguran, janin yang dikandung menghilang dalam bentuk pendarahan secara alami.

Bunda, simak juga 8 faktor pemicu keguguran, di video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

(AFN/muf)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT