Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

trending

Kisah Tragis 2 ABG Dihukum Mati Keluarga Sendiri karena Jatuh Cinta

Annisa Afani   |   HaiBunda

Senin, 24 Aug 2020 23:30 WIB

ilustrasi pasangan
Kisah Tragis 2 ABG Dihukum Mati Keluarga Sendiri karena Jatuh Cinta/Foto: iStock
Jakarta -

Kisah tragis ini dialami oleh sejoli di Ali Brohi Goth, Pakistan. Mereka adalah Ghani Rehman dan Bakhtaja pada tahun 2017 lalu, Bunda. Keduanya dihukum mati oleh keluarganya sendiri karena saling mencintai.

Ghani dan Bakhtaja yang tinggal di salah satu wilayah miskin di Karachi ini sudah saling mengenal sejak kecil. Bakhtaja tinggal di rumah berlantai dua, yang tak jauh dari rumah Ghani. Gadis 15 tahun itu mencuri perhatiannya ketika berdiri di balkon.

Setelah itu, mereka saling jatuh hati. Menurut laporan polisi, mengutip paman Baktaja, kedua remaja tersebut punya hubungan terlarang meski tak dijelaskan maksudnya.

Mengutip Gulfnews, Ghani yang saat itu berusia 18 tahun itu telah berusaha dan meminta izin untuk menikahi kekasihnya, Bunda. Namun permintaannya selalu ditolak.

Ghani dikenal sebagai anak sopan dan pekerja keras. Sementara Bakhtaja, tidak banyak yang diketahui tentang dirinya.

Karena permintaan untuk menikah selalu ditolak, pasangan ini akhirnya melarikan diri dengan membawa uang tunai serta perhiasan yang sebelumnya telah dipersiapkan. Namun saat mereka tiba di Hyderabad, Ghani ditelpon ayahnya bahwa keluarga telah menyetujui pernikahan mereka dan diminta untuk pulang.

Ayah Ghani, Muhammad Afzal datang ke rumah ayah Bakhtaja, Hikmat Khan, untuk membuat kesepakatan dengan memberikan seekor sapi dan sejumlah uang. Mereka akan menikahkan keduanya dan merahasiakan adanya kesepakatan tersebut.

Tapi salah seorang kerabat yang lebih tua, Sirtaj Khan mengetahui kesepakatan itu dan mengungkapkannya ke publik. Dia memprovokasi bahwa Ghani dan Bakhtaja pantas dihukum mati karena telah mempermalukan keluarga.

"Dia adalah orang yang berpikiran jahat," kata seorang penduduk setempat tentang Sirtaj Khan.

Nahasnya, kedua orang tua pasangan tersebut pun menyetujuinya. Mereka mengatakan bahwa itu akan menjadi contoh bagi anak-anak yang lain.

Dan pada malam sebelum Ghani akan dihukum mati, ayahnya sempat mengajaknya makan malam bersama. Namun dia menolak dan memilih berdiam diri di kamar lantaran tahu apa yang akan dihadapinya sebentar lagi.

Ghani tahu dia akan dihukum mati. Pasalnya, kurang dari 24 jam sebelumnya, kekasihnya telah meninggal dunia setelah disetrum listrik oleh ayahnya.

Setelah ayah Ghani selesai makan malam, dia masuk ke kamar Ghani, dan menahannya ke tempat tidur. Dibantu oleh sang paman, Sirtaj Khan, kaki dan tangan Ghani diikat menggunakan kabel listrik yang terkelupas.

Kemudian, dia disengat listrik. Namun karena tak meninggal setelah lebih dari 10 menit disengat listrik, pamannya yang keji mencekik Ghani hingga tewas.

Atas perbuatannya, para ayah dan paman yang melakukan aksi kejam kepada buah hatinya ditangkap. Sedangkan Sirtaj Khan juga diringkus setelah sempat melarikan diri ke Kunar, Afghanistan.

Bakhtaja dan Ghani dimakamkan terpisah 10 meter di pemakaman setempat. Kuburan mereka digali dan ditutup dengan kain merah. Ataullah, seorang penggali kubur mengatakan bahwa mayat sepasang kekasih itu dalam keadaan gosong ketika dikebumikan.

Ilustrasi pasangan menikahIlustrasi pasangan/ Foto: iStock

Di Pakistan sendiri, pembunuhan ilegal ini disebut sebagai 'pembunuhan atas nama kehormatan', Bunda. Selain itu, perempuan juga selalu menjadi korban utamanya.

Bahkan terhitung lebih banyak perempuan Pakistan yang dibunuh oleh anggota keluarga dekat karena dinilai memiliki perilaku yang tidak bermoral. Angka kematian kasus ini justru lebih tinggi dibandingkan angka pembunuhan warga sipil akibat terorisme, lho.

Kebrutalan semacam itu memang sudah menjadi rahasia umum. Tetapi, umumnya terjadi di daerah pedesaan di mana kepala desa menjalankan sistem peradilan sendiri.

"Di Karachi memang ada budaya kesukuan yang tetap dijalankan tapi kami tidak tahu bisa sejauh ini," kata Mahnaz Rahman, Direktur Resident Auraf Foundation, sebuah kelompok hak asasi perempuan.

Komisi Hak Asasi Manusia Pakistan telah melaporkan rata-rata 650 pembunuhan atas nama kehormatan setiap tahunnya. Tapi karena kebanyakan tidak dilaporkan, jumlah sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi.

Bunda, simak juga kisah pernikahan Armand Maulana dan Dewi Gita yang awalnya tak mendapat restu dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]



(AFN/jue)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda