TRENDING
Tanaman Beracun Diusulkan Jadi Obat Corona di AS, Kok Bisa?
Yuni Ayu Amida | HaiBunda
Minggu, 23 Aug 2020 12:48 WIBKepala eksekutif My Pillow, yang juga donatur Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Mike Lindell, mengklaim tanaman oleandrin adalah obat yang ampuh untuk COVID-19. Namun tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa itu aman atau efektif, terlebih tanaman tersebut beracun.
Melansir The New York Times, Lindell mengatakan saat dirinya merekomendasikan senyawa oleandrin sebagai obat Corona, Donald Trump sangat antusias. Donald Trump juga berkata bahwa ia akan meninjau lebih lanjut.
"Benda ini berhasil, ini adalah keajaiban sepanjang masa," kata Lindell.
Sementara itu, klaim yang tidak berdasar ini membuat khawatir para ilmuwan. Tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa oleandrin aman atau efektif sebagai pengobatan virus corona. Tidak jelas dosis apa yang diklaim untuk pengobatan tersebut. Sebaliknya oleandrin dinyatakan mengandung racun yang bisa membunuh, demikian kata para ahli.
"Jangan main-main dengan tanaman ini," kata Cassandra Leah Quave, ahli etnobotan medis di Universitas Emory.
Oleandrin berasal dari Nerium oleander, semak Mediterania berbunga indah yang populer di kalangan penata taman. Hanya saja, tanaman cantik ini kerap bertanggung jawab atas banyak kasus keracunan yang tidak disengaja. Oleandrin adalah bahan kimia yang membuat tanaman ini mematikan, tulis Dr. Quave dalam sebuah artikel di The Conversation.
Menelan bagian mana pun dari tanaman ini, atau bahkan memakan siput yang sebelumnya mengunyah beberapa daunnya, dapat menyebabkan detak jantung tidak teratur dan membunuh manusia dan hewan. Demikian dikatakan para dokter serta ilmuwan lainnya.
Sebenarnya bukan tidak mungkin senyawa beracun bisa dimanfaatkan sebagai obat, Bunda. Akan tetapi perlu penelitian lebih matang karena tinggi risikonya.
Sementara itu, peneliti dari Phoenix Biotechnology diketahui sedang mengerjakan manfaat oleandrin dalam melawan COVID-19. Hanya saja, penelitian tersebut masih pada tahap awal dan hasil di laboratorium belum bisa diaplikasikan langsung ke manusia.
"Tes antiviral pada sel hanya tahap awal. Hasil yang baik perlu dilanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu pada hewan," ujar virolog Scott Weaver dari University of Texas.
Simak juga fakta dan data Corona yang perlu Bunda tahu dalam video ini: