Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

trending

Bunda Perlu Tahu, Deretan Kasus Kerumunan yang Picu Klaster Corona

Angga Laraspati   |   HaiBunda

Minggu, 29 Nov 2020 20:13 WIB

Positive blood test result for the new rapidly spreading Coronavirus, originating in Wuhan, China
Ilustrasi virus corona/ Foto: iStock
Jakarta -

Bunda nampaknya harus berhati-hati bila mendatangi suatu kerumunan. Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan kerumunan bisa berpotensi besar menjadi tempat penularan COVID-19, bahkan kerumunan bisa melahirkan klaster baru di berbagai daerah.

"Berdasarkan data nasional, terdapat berbagai kegiatan kerumunan yang berdampak pada timbulnya klaster penularan COVID-19 di berbagai daerah di Indonesia," ungkap Prof Wiku Adisasmito dikutip dari covid19.go.id.

Wiku mencontohkan beberapa kasus yang sudah pernah terjadi antara lain Sidang GPIB yang menghasilkan 24 kasus pada 5 provinsi. Ada juga klaster kegiatan Bisnis Tanpa Riba yang menghasilkan 24 kasus di 7 provinsi.

Tak hanya itu saja, Di Lembang, Jawa Barat terdapat klaster Gereja Bethel yang melibatkan sekitar 200 peserta menghasilkan 226 kasus dengan infection rate mencapai 35%. Lalu ada juga klaster Ijtima Ulama di Gowa, Sulawesi Selatan, dengan total peserta sekitar 8.761 orang menghasilkan 1.248 kasus pada 20 provinsi dan klaster Pondok Pesantren Temboro di Jawa Timur menimbulkan 193 kasus di 6 provinsi di lebih dari 14 kabupaten/kota dan 1 negara lain.

"Jadi tidak heran bahwa klaster tersebut terjadi karena adanya kerumunan di masyarakat. Dan masyarakat akan sulit menjaga jarak," imbuh Wiku.

Tidak sampai situ saja, kasus serupa terjadi di kapal Diamond Princess yang mengangkut 2000 - 4000 penumpang dan harus dikarantina di Jepang pada bulan Februari tahun 2020 sebesar 17% dari 3.700 penumpang dan awak kapal terinfeksi COVID-19.

"Berbagai pengalaman ini, sesuai penelitian dari Ibrahim dan Memish tahun 2020 yang menyatakan bahwa kemungkinan adanya hubungan dua arah antara kerumunan dan penyebaran penyakit menular dan ini penting untuk menjadi perhatian publik , bahwa kondisi kerumunan itu harus dihindari," tutur Wiku.

Dampak dari adanya kerumunan juga berpeluang besar membuat testing (pemeriksaan), tracing (pelacakan) dan treatment (perawatan) dilakukan segera dan menyeluruh. Karena periode inkubasi antara terpapar virus dan gejala rata-rata hanya 5 hari dan gejala dapat muncul 2 hari kemudian.

"Jika bisa disimpulkan, bahwa ada waktu sekitar 3 hari terhadap kontak erat itu dilacak. Dan diisolasi segera, sebelum terus melanjutkan penularan ke lingkar yang lebih luas lagi. Saya minta kesadaran dan kerja sama untuk tidak berkerumun. Karena apa yang kita semai, inilah yang akan kita tuai. Jangan gegabah dan egois," katanya.

Oleh karena itu, Satgas Penanganan COVID-19 juga terus mengimbau agar masyarakat selalu #ingatpesanibu dengan melakukan 3M yaitu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan dan #cucitanganpakaisabun.

[Gambas:Video Haibunda]

Banner Biaya Sekolah
(akn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda