Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

trending

Dahulu Guru Pesantren, Kini Pria Jambi Ini Sukses Bisnis Beromzet Rp1 Miliar

Annisa Afani   |   HaiBunda

Kamis, 05 Aug 2021 08:10 WIB

Latex sap (rubber) being collected in a plantation forest in Thailand.
Pohon getah karet/Foto: Getty Images/georgeclerk

Dalam menjalani hidup dan bisnis setiap orang tak pernah sama. Ada beragam pengalaman sebagai batu loncatan hingga seseorang dapat menjadi sosok yang dikenal saat ini.

Sebagaimana yang terjadi pada seorang pria asal Jambi bernama Laspandi Umar. Pria berusia 38 tahun tersebut nyatanya memiliki semangat dan jiwa optimis untuk membangun diri untuk menjadi seperti saat ini.

Ayah dari empat orang anak ini mengakui bahwa sebelum sukses seperti sekarang, ia dahulu hidup susah dengan banyak perjuangan. Dimulai dari menjadi seorang guru di pesantren, mengadakan kajian bagi anak-anak, hingga jualan es pernah ia alami.

Pria yang dijuluki 'sultan Jambi' tersebut mengenang bahwa dahulu, gajinya sebagai guru tak dapat mencukupi hidup keluarga. Ia harus memutar otak untuk terus memenuhi kebutuhan harian.

Banner Potret Rumah Tengah Hutan Bule Jerman

"Gaji dari guru Rp350 ribu sebulan. Tak cukup untuk hidupi keluarga," tuturnya, dikutip dari channel YouTube AA'IS TV, Selasa (3/8/2021).

Berangkat dari hal tersebut, ia kemudian mulai untuk mencari sumber pendapatan tambahan dengan mengambil jam mengajar di tempat lain. Ditambah, saat itu ia juga berusaha untuk jualan es pada murid-muridnya, Bunda.

Sampai satu hari, ia pun memberanikan diri untuk meminjam modal pada mertua. Hari itu ia diberi uang Rp18 juta untuk memulai usaha.

"Dipinjami mertua Rp18 juta, waktu itu bisnis kredit lemari," cerita pria bergaya sederhana tersebut

Yang namanya bisnis, kerugian tentunya menjadi hal biasa dan lumrah untuk ditemui. Begitu pula pada Laspandi Umar, bisnis tersebut tak berjalan lancar hingga akhirnya tak berlanjut.

Kemudian Laspandi Umar coba peruntungan dengan dagang buah, Bunda. Lalu dari usaha tersebut ia mendapatkan Rp40 juta dan menjadi cikal bakal bisnis getah karetnya.

"Dari situ dapat duit, terkumpul sekitar Rp40 juta. Inilah titik awalnya dagang karet," tuturya.

Ia mulai jual getah karet tersebut masih di lingkup dalam kota. Laspandi umar akui bahwa ia belum paham soal bisnis, hingga perputarannya hanya beli-jual saja.

"Ilmunya belum ada. Jadi mau mengembangkan bisnis, strategi bisnis, itu belum ada."

"Kadang rugi besar, kadang untung besar," sambungnya.

Simak cerita selanjutnya di halaman berikut ya, Bunda.

Tonton juga lima cara hasilkan uang dari tanaman hias dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]


UTANG RP2,3 MILIAR

Latex sap (rubber) being collected in a plantation forest in Thailand.

Pohon getah karet/Foto: Getty Images/georgeclerk

Tak hanya berbicara soal sukses, Laspandi Umar juga beberkan pengalaman dirinya terlilit utang, Bunda. Kala itu, harga getah karet memang tengah anjlok.

Dengan situasi tersebut, ia harus menjual berbagai aset. Disebut oleh dirinya, utang yang ia tanggung saat itu sebesar Rp2,3 miliar.

"Jual aset yang ada. Saat itu saya lihat paling cepat laku itu mobil."

"Tapi tidak cukup, sampai emas punya istri dan anak dijual, kecuali yang ada namanya," tuturnya.

Mengenang masa-masa berutang, Laspandi Umar mengatakan bahwa ia memiliki cara saat menghadapi penagih utang. Ia mengatakan bahwa ada sikap yang sepantasnya dilakukan oleh orang yang memiliki utang.

"Yang pertama sabar. Kalau ada orang yang datang menagih, kita jawab dengan jujur."

"Kalau penagihnya datang siang, kasih minum, makan. Kalau malam, buatkan teh hangat."

Soal berutang, baginya itu merupakan hal yang wajar bagi para pengusaha. Namun ia mengingatkan, bahwa wajib hukumnya untuk membayar dan tak dibawa mati.

"Dalam hukum Islam, memberi utang itu sunah, tapi membayar utangnya wajib," pesannya.

Simak kisah selanjutnya di halaman berikut ya, Bunda.

BISNIS GETAH KARET MULAI BANGKIT KEMBALI

Latex sap (rubber) being collected in a plantation forest in Thailand.

Pohon getah karet/Foto: Getty Images/georgeclerk

Sambil berusaha menutupi utang, Laspandi Umar mulai bangkit kembali untuk beli getah karet, Bunda. Ia akui, transaksi yang ia lakukan saat itu sembunyi-sembunyi karena tak ingin diketahui oleh penagih utang.

Ini karena sebagian uang yang ia miliki harus digunakan untuk memutar bisnis selanjutnya. Sehingga tak bisa ia serahkan seluruhnya untuk tutupi utang.

Saat itu ia hanya mampu beli sebanyak 700 kilogram (kg). Getah tersebut lantas ia jual dan menghasilkan untung sebesar Rp300 ribu.

"Dapat untung Rp300 ribu, langsung kasih ke istri," kenangnya.

Di masa tersebut, halangannya saat itu hanya omongan orang lain. Orang sekitar menilai bahwa jualan ratusan kilo yang ia lakukan itu terkesan boros. Karena ia harus mengeluarkan bahan bakar lebih banyak untuk bolak-balik.

"Mereka bilang boros bensin, belum untuk makan. Tapi modal kita sedikit, jadi jalani saja," kenangnya.

Namun untungnya, dari kegiatan bolak-balik jual getah karet inilah yang mempertemukannya dengan 'Bos Karet', Bunda. Ia kemudian diajak untuk bekerjasama mengumpulkan karet dan dijual.

Awalnya, Laspiandi Umar sulit untuk mendapatkan karet-karet tersebut. Ini karena namanya masih dikenal dengan utang yang belum terlunasi.

Lalu pada akhirnya, satu orang temannya pun ada yang mau membantu. Hingga akhirnya, bisnis yang ia jalani bisa sukses seperti sekarang. Utang yang ia tanggung pun dapat ia lunasi dalam jangka waktu empat bulan.

Perjuangan yang Laspiandi Umar lakukan sejak awal berbuah manis. Dahulu sulit mendapat uang untuk menghidupi keluarga, kini dengan bisnis getah karet miliknya, ia mampu memperoleh omzet hingga Rp100 miliar per bulan.

"Omzet satu bulan, putarannya Rp100 miliar per bulan," tuturnya


(AFN/som)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda