Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

trending

5 Fakta Menteri Risma Paksa Tunarungu Bicara, Beri Klarifikasi Usai Banjir Kritik

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Jumat, 03 Dec 2021 16:39 WIB

Mensos Risma
Foto: Deny Prastyo Utomo

Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini tengah jadi sorotan. Baru-baru ini, Risma mendapatkan kritik karena terlihat memaksa panyandang disabilitas tunarungu berbicara di depan publik, Bunda.

Saat itu, Risma terlihat tengah menghadiri peringatan Hari Disabilitas Internasioal (HDI) 2021 pada 1 Desember. Dalam acara itu, Risma yang mengenakan baju bernuansa putih terlihat mengajak seorang penyandang rungu wicara untuk naik ke atas panggung. Ia lantas meminta penyandang disabilitas tersebut bicara tanpa alat bantu.

Tindakan Risma tersebut langsung mendapatkan respons beragam, Bunda. Wanita 60 tahun ini bahkan menjadi trending topic di Twitter.

Lalu bagaimana sebenarnya kronologis kejadian yang menghebohkan ini ya? Bagaimana pula tanggapan Risma terkait kritikan yang diterimanya?

Banner Tanaman Hias Pengusir NyamukFoto: HaiBunda/Mia

Berikut telah HaiBunda rangkum 5 fakta kronologi Menteri Risma paksa tunarungu bicara, seperti melansir dari detikcom:

1. Berawal dari pertemuan Risma dengan penyandang disabilitas tunarungu

Dalam acara yang digelar disiarkan langsung di kanal YouTube Kemensos RI, Risma tampak berdiri di atas panggung bersama penyandang disabilitas rungu wicara dan autisme bernama Anfield Wibowo. Anfield yang memang gemar melukis membawa karyanya dan menyampaikan perasaannya sambil memegang mikrofon dan mencoba berbicara.

"Apa? Yang mau disampaikan ke Ibu apa?" tanya Risma ke Anfield.

Anfield yang memegang kertas tampak mencoba berbicara ke Risma. Ia kemudian dibantu oleh seorang juru bicara bahasa isyarat untuk menyampaikan pesannya ke Risma.

"Selamat siang, Ibu dan Bapak, hadirin sekalian di sini. Semoga ibu menteri suka dengan lukisan Anfield. Terima kasih," kata Anfield melalui juru bicara bahasa isyarat di Kemensos.

Setelah berbincang singkat dengan Anfield, Risma lalu mengajak seorang penyandang disabilitas rungu wicara lainnya bernama Aldi naik ke panggung. Dari sini, pemaksaan bicara dimulai.

Intip kebersamaan Menteri Sri Mulyani dan para cucu tercinta, dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

RISMA DAPAT KRITIK DARI KOMUNITAS TUNARUNGU

Mensos Risma

Foto: Tangkapan layar kanal YouTube Kemensos RI

2. Risma paksa tunarungu bicara tanpa alat bantu

Menteri Risma meminta Aldi yang berada di atas panggung untuk bicara tanpa alat bantu. Ia ingin Aldi menyampaikan isi pikirannya terkait lukisan pohon, Bunda.

Dalam keterangannya, Risma secara terang-terangan bilang memaksa Aldi untuk bicara. Ia juga yakin bahwa Aldi bisa bicara.

"Aldi, ini ibu. Kamu sekarang harus bicara, kamu bisa bicara. Ibu paksa kamu untuk bicara. Ibu nanam... eh melukis, tadi melukis pohon, ini pohon kehidupan. Aldi ini pohon kehidupan. Ibu lukis hanya sedikit tadi dilanjutkan oleh temanmu Anfield. Nah, Aldi, yang ibu ingin sampaikan, kamu punya di dalam, apa namanya, pikiranmu, kamu harus sampaikan ke ibu, apa pikiranmu," ujar Risma.

"Kamu sekarang, ibu minta bicara, enggak pakai alat. Kamu bisa bicara," sambungnya.

Aldi tampak mencoba untuk bicara, namun suaranya terdengar lirih. Risma terlihat terus meminta Aldi bicara tanpa menggunakan alat bantu.

3. Perwakilan tuna rungu naik ke atas panggung dan mengkritik Risma

Seorang perwakilan dari Gerakan untuk Kesejahteraan tunarungu Indonesia (Gerkatin) bernama Stefanus tampak naik ke atas panggung saat Aldi dan Risma tengah berdiskusi. Stefanus berbicara menggunakan bahasa isyarat yang diterjemahkan oleh juru bicara bahasa isyarat.

Stefanus memberikan pemahaman pada Risma bahwa penyandang tunarungu memang berkomunikasi dengan alat bantu dengar. Ia mengaku kaget karena Risma memaksa penyandang tunarungu bicara.

"Ibu. mohon maaf, saya mau berbicara dengan ibu sebelumnya. Bahwasanya anak tuli itu memang menggunakan alat bantu dengar, tapi tidak untuk kemudian dipaksa bicara. Tadi saya sangat kaget ketika ibu memberikan pernyataan. Mohon maaf, Bu, apa saya salah?" kata Stefanus.

"Saya ingin menyampaikan bahwasanya bahasa isyarat itu penting bagi kami, bahasa isyarat itu adalah seperti mata bagi kami, mungkin seperti alat bantu dengar. Kalau alat bantu dengar itu bisa mendengarkan suara, tapi kalau suaranya tidak jelas itu tidak akan bisa terdengar juga."

TANGGAPAN RISMA TERKAIT KRITIKAN

Mensos Risma

Foto: Tangkapan layar kanal YouTube Kemensos RI

4. Tanggapan Risma terkait pernyataan perwakilan Gerkatin

Risma langsung menanggapi pernyataan Stefanus saat di atas panggung. Wanita kelahiran Kediri ini mengatakan bahwa dia bukannya menganggap bahasa isyarat tak penting.

Risma hanya ingin mengajarkan anak-anak penyandang tunarungu untuk tidak mesti bisa menggunakan alat bantu dengar. Ia sengaja memaksa bicara demi memaksimalkan anugerah pemberian Tuhan.

"Enggak, enggak," kata Risma.

"Stefan, Ibu tidak... Ibu tidak mengurangi bahasa isyarat, tapi kamu tahu, Tuhan itu memberikan mulut, memberikan telinga, memberikan mata kepada kita. Yang ingin Ibu ajarkan kepada kalian, terutama anak-anak yang dia menggunakan alat bantu dengar sebetulnya tidak mesti dia bisa, sebetulnya tidak mesti bisu. Jadi karena itu kenapa ibu paksa kalian untuk bicara. Ibu paksa memang, supaya kita bisa memaksimalkan pemberian Tuhan kepada kita, mulut, mata, telinga. Jadi Ibu tidak melarang menggunakan bahasa isyarat tapi kalau kamu bisa bicara maka itu akan lebih baik lagi," ujar Risma.

Risma lantas mengambil contoh dari Angkie Yudistia, yakni Staf Khusus Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang juga merupakan penyandang disabilitas tunarungu. Risma menyebut Angkie terus berlatih, sehingga bisa bicara sangat jelas sekarang.

5. Jawaban Risma kembali dikritik

Stefan langsung merespons jawaban Risma nih, Bunda. Stefan mengatakan bahwa kemampuan bicara dan menggunakan bahasa isyarat setiap anak tuli itu berbeda-beda, jadi enggak bisa disamakan.

"Jadi kemampuan bicara anak tuli itu bermacam-macam. Jadi ada yang memang tuli sejak kecil seperti Mbak Angkie. Kemampuan bahasa isyaratnya juga beragam-ragam, ada yang bisa berbahasa isyarat, ada yang tidak bisa berbahasa isyarat. Jadi itu yang harus dihargai. Plus bahasa isyarat itu bisa memberikan pemahaman pada orang tuli. Contohnya, ada juru bicara bahasa isyarat, orang tuli bisa melihat juru bicara bahasa isyarat dengan jelas ketika situasi acara seperti ini. Itu juga sebuah akses bagi kami," ujar Stefan melalui juru bicara bahasa isyarat.

"Aku sangat setuju itu, tapi saya berharap kita harus mencoba. Setuju? Kita harus mencoba," kata Risma kemudian.

Stefan mengaku hanya mencoba menyampaikan pendapatnya saja. Ia meminta maaf bila perkataannya terkesan tidak setuju atau tidak menghormati Risma.

"Saya hanya ingin menyampaikan saja. Mohon maaf tadi bukan tidak menghormati Ibu, bukan tidak setuju dengan Ibu, tapi saya hanya ingin menyampaikan pendapat saya saja," ungkap Stefan.


(ank/fia)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda